Mendengar kata NU tentu sudah tak asing lagi bagi masyarakat Indonesia, khususnya bagi masyarakat bagian jawa. Karena NU adalah organisasi i...
Mendengar kata NU tentu sudah tak asing lagi bagi masyarakat Indonesia, khususnya bagi masyarakat bagian jawa. Karena NU adalah organisasi islam terbesar di Indonesia yang berkecimpung dalam berbagai bidang. Hal ini dapat kita lihat dari sejarah kemerdekaan Indonesia yang tak lepas dari tokoh-tokoh NU.
Hingga kini pun NU masih menunjukkan eksistensinya dalam bidang pemerintahan yang turut menyumbang tokoh-tokoh penting untuk menduduki jabatan tinggi di negri ini.
Sebagai organisasi yang berpengaruh di Indonesia NU tentu memiliki program pengkaderan yang dapat menjaring seluruh lapisan masyarakat.
Pengkaderan itu diharapkan dapat melahirkan bibit-bibit baru yang unggul dan potensial serta mampu melanjutkan cita-cita para pendiri NU. Salah satu program pengkaderan tersebut adalah IPNU IPPNU yang menjaring masyarakat dari usia 14 tahun hingga 27 tahun.
Dilihat dari usia yang disasar program pengkaderan IPNU IPPNU tersebut dapat disimpulkan bahwa mereka adalah bibit-bibit muda yang akan menjadi tokoh penggerak NU.
Dengan bekal pelatihan yang diadakan dari tingkat pemula atau yang biasa disingkat MAKESTA (Masa Kesetiaan Anggota) untuk pengkaderan awal IPNU IPPNU, sampai pada pelatihan tingkat utama atau yang biasa disingkat LAKUT (Latihan Kader Utama), tentu akan melatih mental kepemimipinan bagi kader-kader muda NU.
Bukan hanya mental kepemimpinan yang akan didapatkan dari berbagai pelatihan tersebut, akan tetapi rasa tanggung jawab dalam mengemban cita-cita para pendiri tokoh NU itu sendiri yang akan menjadikan organisasi ini semakin kuat dan berkembang.
Dalam hal ini IPNU IPPNU menjadi pondasi terkuat dalam melahirkan generasi yang militant untuk kejayaan NU.
Sebagai akar pondasi NU, dalam mencari kader tentu IPNU IPPNU juga mengalami kesulitan. Mengingat usia yang disasar adalah kalangan pelajar, kesulitan yang paling sering dihadapi adalah mengajak agar mereka mau ikut berorganisasi di luar organisasi sekolah.
Kebanyakan anggapan dari mereka adalah lebih penting organisasi di sekolah yang tentu akan memberikan dampak lebih baik pada citra mereka disekolah hingga mendapat nilai plus di mata guru-guru sekolah.
Selain itu kesulitan yang dihadapi dalam pengkaderan IPNU IPPNU adalah ijin orang tua. Sebagian orang tua melarang untuk ikut berorganisasi dengan alasan yang sangat sederhana misalnya karena terlalu sering mengadakan acara. Anggapan-anggapan tersebut muncul karena kurangnya pemahaman sebagian orang tua terhadap organisasi.
Terlepas dari kesulitan-kesulitan tersebut IPNU IPPNU mampu menjadi gerbang utama lahirnya tokoh-tokoh NU. Hal itu tentu tak lepas dari peran serta banom-banom NU lainya yang senantiasa bersinergi membangun NU lebih maju.
Dalam setiap pengadaan acara IPNU IPPNU tentu tak lepas dari dukungan banom lainya seperti Ansor dan Muslimat. Hal ini menujukkan bahwa hubungan kepemimpinan NU dari tingkat junior sampai tingkat senior sangatlah baik.
Sebagai organisasi yang menampung para pelajar NU tentulah IPNU IPPNU memiliki kegiatan yang menarik untuk diikuti bagi para pelajar, seperti yang baru saja dilaksanakan oleh pimpinan tingkat Cabang yaitu kegiatan fun Camp yang bertempat di kecamatan Tembarak.
Atau kegiatan rutin sebagai ajang pertemuan untuk semua kader seperti Selapanan Pimpinan Anak Cabang (PAC). Dan untuk menjaring kader yang kuat PAC Wonoboyo pun tak ketinggalan mengadakan kegiatan Rangkaian tindak Lanjut (RTL) untuk kegiatan Makesta yang diselenggarakan pada tanggal 31 desember.
Dari setiap pimpinan IPNU IPPNU pasti memiliki cara tersendiri untuk menjaring kader baru. Hal ini dilakukan untuk menjaga keberlangsungan organisasi NU itu sendiri. Akan tetapi kami tak pernah sedikitpun merasa terbebani dengan kegiatan-kegiatan tersebut.
Karena kami yakin dengan janji pendiri NU yang menyatakan bahwa siapa saja yang mau mengurusi NU maka dia kuanggap santriku dan siapa saja yang kuanggap santriku, akan kudoakan Khusnul khotimah beserta anak cucunya. Beliau lah sang guru besar NU KH. Hasyim Asy’ari.
Hingga kini pun NU masih menunjukkan eksistensinya dalam bidang pemerintahan yang turut menyumbang tokoh-tokoh penting untuk menduduki jabatan tinggi di negri ini.
Sebagai organisasi yang berpengaruh di Indonesia NU tentu memiliki program pengkaderan yang dapat menjaring seluruh lapisan masyarakat.
Pengkaderan itu diharapkan dapat melahirkan bibit-bibit baru yang unggul dan potensial serta mampu melanjutkan cita-cita para pendiri NU. Salah satu program pengkaderan tersebut adalah IPNU IPPNU yang menjaring masyarakat dari usia 14 tahun hingga 27 tahun.
Dilihat dari usia yang disasar program pengkaderan IPNU IPPNU tersebut dapat disimpulkan bahwa mereka adalah bibit-bibit muda yang akan menjadi tokoh penggerak NU.
Dengan bekal pelatihan yang diadakan dari tingkat pemula atau yang biasa disingkat MAKESTA (Masa Kesetiaan Anggota) untuk pengkaderan awal IPNU IPPNU, sampai pada pelatihan tingkat utama atau yang biasa disingkat LAKUT (Latihan Kader Utama), tentu akan melatih mental kepemimipinan bagi kader-kader muda NU.
Bukan hanya mental kepemimpinan yang akan didapatkan dari berbagai pelatihan tersebut, akan tetapi rasa tanggung jawab dalam mengemban cita-cita para pendiri tokoh NU itu sendiri yang akan menjadikan organisasi ini semakin kuat dan berkembang.
Dalam hal ini IPNU IPPNU menjadi pondasi terkuat dalam melahirkan generasi yang militant untuk kejayaan NU.
Sebagai akar pondasi NU, dalam mencari kader tentu IPNU IPPNU juga mengalami kesulitan. Mengingat usia yang disasar adalah kalangan pelajar, kesulitan yang paling sering dihadapi adalah mengajak agar mereka mau ikut berorganisasi di luar organisasi sekolah.
Kebanyakan anggapan dari mereka adalah lebih penting organisasi di sekolah yang tentu akan memberikan dampak lebih baik pada citra mereka disekolah hingga mendapat nilai plus di mata guru-guru sekolah.
Selain itu kesulitan yang dihadapi dalam pengkaderan IPNU IPPNU adalah ijin orang tua. Sebagian orang tua melarang untuk ikut berorganisasi dengan alasan yang sangat sederhana misalnya karena terlalu sering mengadakan acara. Anggapan-anggapan tersebut muncul karena kurangnya pemahaman sebagian orang tua terhadap organisasi.
Terlepas dari kesulitan-kesulitan tersebut IPNU IPPNU mampu menjadi gerbang utama lahirnya tokoh-tokoh NU. Hal itu tentu tak lepas dari peran serta banom-banom NU lainya yang senantiasa bersinergi membangun NU lebih maju.
Dalam setiap pengadaan acara IPNU IPPNU tentu tak lepas dari dukungan banom lainya seperti Ansor dan Muslimat. Hal ini menujukkan bahwa hubungan kepemimpinan NU dari tingkat junior sampai tingkat senior sangatlah baik.
Sebagai organisasi yang menampung para pelajar NU tentulah IPNU IPPNU memiliki kegiatan yang menarik untuk diikuti bagi para pelajar, seperti yang baru saja dilaksanakan oleh pimpinan tingkat Cabang yaitu kegiatan fun Camp yang bertempat di kecamatan Tembarak.
Atau kegiatan rutin sebagai ajang pertemuan untuk semua kader seperti Selapanan Pimpinan Anak Cabang (PAC). Dan untuk menjaring kader yang kuat PAC Wonoboyo pun tak ketinggalan mengadakan kegiatan Rangkaian tindak Lanjut (RTL) untuk kegiatan Makesta yang diselenggarakan pada tanggal 31 desember.
Dari setiap pimpinan IPNU IPPNU pasti memiliki cara tersendiri untuk menjaring kader baru. Hal ini dilakukan untuk menjaga keberlangsungan organisasi NU itu sendiri. Akan tetapi kami tak pernah sedikitpun merasa terbebani dengan kegiatan-kegiatan tersebut.
Karena kami yakin dengan janji pendiri NU yang menyatakan bahwa siapa saja yang mau mengurusi NU maka dia kuanggap santriku dan siapa saja yang kuanggap santriku, akan kudoakan Khusnul khotimah beserta anak cucunya. Beliau lah sang guru besar NU KH. Hasyim Asy’ari.
Pengirim :
Suci Salmiyatun
Mahasiswi Prodi Piaud Stainu temanggung dan kader IPPNU Wonoboyo
Email : sucisalmiyatun@gmail.com
Suci Salmiyatun
Mahasiswi Prodi Piaud Stainu temanggung dan kader IPPNU Wonoboyo
Email : sucisalmiyatun@gmail.com