HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Sifat Lupa pada Manusia dari Sudut Pandang Psikologis

Ketika kita dihadapkan pada sebuah informasi, sistem sensorik kita secara otomatis akan mengambil informasi itu untuk dibawa ke otak dan dis...

Ketika kita dihadapkan pada sebuah informasi, sistem sensorik kita secara otomatis akan mengambil informasi itu untuk dibawa ke otak dan disimpan dalam memori. Namun terkadang informasi itu tidak benar-benar tersimpan dalam memori, ada beberapa bagian atau bahkan semuanya tidak masuk dalam memori jangka panjang kita. 


Foto : Ilustrasi
Misalnya ketika kita sudah belajar maksimal sebelum menghadapi ujian, namun ketika kita dihadapkan pada soal ujian kita tidak mampu untuk menjawabnya. Hal inilah yang disebut dengan kelupaan, yakni peristiwa dimana kita tidak dapat mengingat atau me-recall informasi yang telah kita terima sebelumnya. 

Lupa menjadi kasus yang sering dialami oleh sebagian besar orang-orang yang ada di dunia, mulai dari anak-anak, remaja, bahkan dewasa. 

Ada beberapa teori yang dapat  menjelaskan bagaimana kelupaan itu bisa terjadi, yakni :
  1. Kegagalan fungsi penyandian (failure to encode) dan mengacu pada kegagalan memasukkan informasi ke dalam LTM. Misalnya ketika kita diperkenalkan kepada seseorang dan tidak lama kemudian kita tidak mampu mengingat nama orang tersebut. Disini, kita mungkin bukannya melupakan nama itu namun mungkin nama itu tidak pernah masuk pada sistem memori klita.
  2. Kegagalan konsolidasi (consolidation failure). Hal ini ditandai dengan hilangnya memori akibat gangguan organik saat pembentukan jejak memori yang berakibat pada terbentuknya memori tidak sempurna.
  3. Amnesia, merupakan jenis kelupaan yang terjadi akibat problem di otak. Amnesia disini tidak terjadi semudah seperti kasus dalam film-film yang disebabkan oleh pukulan di kepala hingga menyebabkan hilangnya ingatan, namun amnesia terjadi disebabkan oleh penyakit (seperti alzhaimer dan syndrom korsakoff).
  4. Decay (pembusukan), yakni memudarnya memori seiring berjalannya waktu atau akibat memori itu jarang digunakan.
  5. Interferensi, yakni bercampur-baurnya memori yang serupa. Misalnya saat seseorang menjadi mahasiswa baru dia akan mendapat nomor mahasiswa yang sekaligus menjadi nomor absennya, ketika ia menghafal nomor tesebut secara tidak sadar ia akan lupa nomor absen yang ia gunakan selama tiga tahun di SMA.
  6. Represi, yakni suatu tindakan mendorong pemikiran-pemikiran, memori-memori, atau perasaan-perasaan yang mengancam bagi seseorang untuk keluar dari ingatannya.
  7. Kegagalan yang disengaja (motivated forgetting), ketika seseorang menolak membicarakan atau memikirkan suatu pengalaman traumatik, maka kemungkinan ia akan mulai melupakan pengalaman tersebut.
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya lupa, seperti :

* Kadar gula darah yang tinggi
Memori yang tersimpan dalam otak bisa saja terganggu akibat kadar gula darah yang tinggi. Kondisi ini akan mengganggu bagian otak yang berkaitan dengan memori.

* Kurang istirahat
Manusia membutuhkan istirahat untuk bisa menyimpan memori yang baru, dalam sebuah penelitian disarankan untuk melakukan tidur pendek saat tubuh merasa lelah, sekitar 10 menit saja. Hal ini akan efektif meningkatkan efektifitas proses kerja memori yang penting dalam otak.

* Mengalami depresi 
Ketika seseorang depresi dapat memungkinkan membunuh sel-sel di dalam otaknya yang menyebabkan daya ingat menurun.

* Jarang berolahraga
Jarang berolahraga dapat menyebabkan penumpukan lemak di pembuluh darah dan menghambat sirkulasi oksigen ke otak. Hal inilah yang menyebabkan otak cepat lelah dan susah untuk mengingat.

* Berusia lebih dari 65 tahun
Lupa juga disebabkan karena usia yang sudah memasuki usia tua, biasanya pada usia ini tubuh seseorang akan sulit menyerap vitamin B12 yang meningkatkan daya ingat.

Lupa memang sering kali menjengkelkan dan merugikan. Orang pelupa biasanya sering diejek dan diledek, lupa lebih sering dinilai dan dicap negatif. Namun, kita juga perlu bersyukur karena adanya mekanisme lupa dalam otak kita. Bayangkan jika semua peristiwa yang pernah kita jalani sejak bayi masih bertahan di dalam otak dan sering muncul karena kita tak bisa melupakannya. 

Mekanisme lupa membebaskan otak kita dari beban sangat berat yang harus diembannya, lupa memungkinkan otak kita digunakan untuk berbagai keperluan lain karena kapasitasnya tidak pernah sampai penuh padat. Mekanisme lupa juga membebaskan kita dari pengalaman buruk dimasa lalu. Lupa memberikan kesempatan kita untuk memilah dan mengolah informasi apa saja yang sebaiknya tetap disimpan dalam otak atau sebaiknya dibuang. []

Pengirim : 
Febri Alviona
Mahasiswi Semester III Jurusan Psikologi Islam UIN Imam Bonjol Padang
Email : febrialviona@gmail.com