Perkembangan teknologi sangat berkembang pesat, dengan internet kita tidak hanya mendekatkan yang jauh, mengetahui informasi sangat cepat, t...
Perkembangan teknologi sangat berkembang pesat, dengan internet kita tidak hanya mendekatkan yang jauh, mengetahui informasi sangat cepat, tapi sudah memasuki tahap “Berbelanja Tanpa Membawa Uang”.
Kata uang yang biasa kita dengar adalah alat tukar menukar yang diterima masyarakat dan digunakan sebagai alat untuk membayar berbagai barang atau jasa secara sah. Entah apa yang terjadi pada dunia ini sehingga arus perkembangan bergerak begitu cepat, perubahannya tidak bisa di tahan. Saat ini kita lihat pembayaran parkir, makanan, dan pakaian di mall-mall yang sering kita kunjungi.
Pihak pengelola mall-mall tersebut menerapkan sistem pembayaran uang elektronik yang menjadikan orang-orang yang biasa memakai uang cash menjadi terbiasa memakai uang elektronik. Tidak hanya di mall saja tetapi saat kita ingin memasuki jalan bebas hambatan atau yang biasa kita sebut tol juga sudah menerapkan pembayaran uang elektronik agar lebih cepat dan tidak membuat kemacetan di gerbang tol dan uang elektronik juga di terapkan saat kita ingin menggunakan KRL dan busway.
Banyak beberapa orang belum tahu apa itu pembayaran digital atau uang elektronik, pembayaran digital adalah jenis pembayaran yang menggunakan media elektronik seperti sms, internet banking, mobile banking, dompet elektronik, dsb. Sistem pembayaran digital atau uang elektronik semakin hari semaking menanjak popularitasnya dan semaking berkembang sangat cepat.
Menurut saya metode pembayaran digital ini sangat menguntungkan, “kenapa menguntungkan?” karena yang pertama kita bisa mendapatkan keamanan dalam pembayaran, semisalnya kita membawa uang tunai yang terlalu banyak akan meningkatkan risiko hilang, dicuri, atau dirampok. Kedua kita akan mendapatkan kenyamanan lebih saat menggunakan bila dibandingkan dengan transaksi tunai, jika kita akan bertransaksi dengan nilai jutaan, tentu akan merepotkan dan tidak aman bila membawa uang sebanyak itu, maka kita lebih efektif dan efisien menggunakan transaksi digital.
Ketiga kecepatan dalam transaksi, semua transaksi elektronik menggunakan konektivitas internet untuk transmisi datanya, zaman sekarang kecepatan internet sudah tidak diragukan lagi kemampuannya untuk dapat memproses perpindahan data dalam hitungan detik. Keempat produk yang beragam, sistem pembayaran digital memiliki banyak produk, misalnya saja kartu debit, dompet elektronik, elektronik money, flazz card, internet banking, mobile banking, dsb.
Berdasasarkan hasil riset dari Snapcart, diketahui ada tiga transaksi yang sering digunakan dengan menggunakan uang elektronik dalam dompet digital. Ketiganya, yaitu transaksi retail (28%), pemesanan transportasi online (27%), dan pemesanan makanan online (20%). Sisanya untuk transaksi e-commerce (15%) dan pembayaran tagihan (7%). Data ini menunjukan bahwa uang elektronik untuk transaksi harian seperti transportasi, pengiriman makanan cepat saji, dan belanja telah semakin popular di kalangan konsumen Indonesia,” ujar peneliti Snapchart Indonesia Eko Wicaksono, dalam keterangan tertulisnya, Senin (15/7/2019).
Selain itu, hasil riset pada bulan Mei 2019 ini dilakukan dengan metode survei online melalui aplikasi Snapcart di kota-kota besar Indonesia yang membuktikan bahwa 58% responden menggunakan brand OVO sebagai aplikasi pembayaran digital favorite mereka. Dompet digital yang berbasis aplikasi lain seperti Go-Pay (23%), DANA (6%), LinkAja (1%), dan 12% responden menyebutkan brand lain seperti Flazz, Brizzi, dan Mandiri e-money yang merupakan uang elektronik dari institusi keuangan.
Tidak hanya transaksi retail dan jasa online saja, pengguna aplikasi pembayaran digital pun kerap melakukan transaksi berbagai rekening tagihan rutin, seperti listrik, air, asuransi, pajak, dan lain-lain. Dengan menggunakan uang elektronik, pembayaran berbagai tagihan menjadi lebih mudah, cepat, dan aman.
Dibalik kelancaran, efektif, dan efisien sebuah sistem pasti pernah terjadi kerusakan atau kesalahan server tersebut. Beberapa orang akan bertanya “bagaimana caranya jika uang elektronik hilang?”, itu adalah sebuah komentar-komentar yang biasa kita lihat di ulasan aplikasi-aplikasi pembayaran digital. Untuk uang elektronik berbasis cip, dibedakan dua jenis. Pertama, kepemilikannya yang tidak terdaftar (unregistered) dan yang kepemilikannya terdaftar (registered).
Untuk yang pertama, jika kartu kita hilang maka uang kita juga akan ikut hilang. Bank penerbit uang elektronik tidak wajib mengganti uang kita yang lenyap. Karena, kepemilikan uang ini tidak bisa dipastikan. Itulah kenapa, maksimal uang elektronik unregistered hanya Rp2 juta. Sedangkan untuk yang kedua atau registered, maksimal Rp10 juta dan masih bisa diganti bank, karena kepemilikannya diketahui.
Sedangkan uang elektronik berbasis server, sulit hilang kecuali ada masalah dengan server, aplikasinya atau ada yang membelanjakan. Saat kasus hilangnya saldo Gopay saya yang pernah terjadi, ternyata disebabkan masalah pada server. Beberapa orang juga pernah kehilangan saldo OVO pengguna Grab yang tiba-tiba menjadi 0, karena aplikasi yang bermasalah.
Suka atau tidak suka, rela atau tidak rela kita akan memasuki era dimana kita akan melakukan transaksi menggunakan pembayaran digital. Tugas untuk memberikan pemahaman atau penjelasan kepasa masyarakat bukan cuma milik pemerintah, tapi kita sebagai insan yang tahu akan gejala tersebut juga berkewajiban memberikan penjelasan atau edukasi kepasa sesame kita. Maka dari itu, kita harus bisa memanfaatkan perkembangan teknologi semaksimal mungkin.
Pengirim :
Daffa Irsyaad Rafiriswaji
Vokasi, Universitas Indonesia
Email : daffairsyadr@gmail.com
Foto : Ilustrasi |
Pihak pengelola mall-mall tersebut menerapkan sistem pembayaran uang elektronik yang menjadikan orang-orang yang biasa memakai uang cash menjadi terbiasa memakai uang elektronik. Tidak hanya di mall saja tetapi saat kita ingin memasuki jalan bebas hambatan atau yang biasa kita sebut tol juga sudah menerapkan pembayaran uang elektronik agar lebih cepat dan tidak membuat kemacetan di gerbang tol dan uang elektronik juga di terapkan saat kita ingin menggunakan KRL dan busway.
Banyak beberapa orang belum tahu apa itu pembayaran digital atau uang elektronik, pembayaran digital adalah jenis pembayaran yang menggunakan media elektronik seperti sms, internet banking, mobile banking, dompet elektronik, dsb. Sistem pembayaran digital atau uang elektronik semakin hari semaking menanjak popularitasnya dan semaking berkembang sangat cepat.
Menurut saya metode pembayaran digital ini sangat menguntungkan, “kenapa menguntungkan?” karena yang pertama kita bisa mendapatkan keamanan dalam pembayaran, semisalnya kita membawa uang tunai yang terlalu banyak akan meningkatkan risiko hilang, dicuri, atau dirampok. Kedua kita akan mendapatkan kenyamanan lebih saat menggunakan bila dibandingkan dengan transaksi tunai, jika kita akan bertransaksi dengan nilai jutaan, tentu akan merepotkan dan tidak aman bila membawa uang sebanyak itu, maka kita lebih efektif dan efisien menggunakan transaksi digital.
Ketiga kecepatan dalam transaksi, semua transaksi elektronik menggunakan konektivitas internet untuk transmisi datanya, zaman sekarang kecepatan internet sudah tidak diragukan lagi kemampuannya untuk dapat memproses perpindahan data dalam hitungan detik. Keempat produk yang beragam, sistem pembayaran digital memiliki banyak produk, misalnya saja kartu debit, dompet elektronik, elektronik money, flazz card, internet banking, mobile banking, dsb.
Berdasasarkan hasil riset dari Snapcart, diketahui ada tiga transaksi yang sering digunakan dengan menggunakan uang elektronik dalam dompet digital. Ketiganya, yaitu transaksi retail (28%), pemesanan transportasi online (27%), dan pemesanan makanan online (20%). Sisanya untuk transaksi e-commerce (15%) dan pembayaran tagihan (7%). Data ini menunjukan bahwa uang elektronik untuk transaksi harian seperti transportasi, pengiriman makanan cepat saji, dan belanja telah semakin popular di kalangan konsumen Indonesia,” ujar peneliti Snapchart Indonesia Eko Wicaksono, dalam keterangan tertulisnya, Senin (15/7/2019).
Selain itu, hasil riset pada bulan Mei 2019 ini dilakukan dengan metode survei online melalui aplikasi Snapcart di kota-kota besar Indonesia yang membuktikan bahwa 58% responden menggunakan brand OVO sebagai aplikasi pembayaran digital favorite mereka. Dompet digital yang berbasis aplikasi lain seperti Go-Pay (23%), DANA (6%), LinkAja (1%), dan 12% responden menyebutkan brand lain seperti Flazz, Brizzi, dan Mandiri e-money yang merupakan uang elektronik dari institusi keuangan.
Tidak hanya transaksi retail dan jasa online saja, pengguna aplikasi pembayaran digital pun kerap melakukan transaksi berbagai rekening tagihan rutin, seperti listrik, air, asuransi, pajak, dan lain-lain. Dengan menggunakan uang elektronik, pembayaran berbagai tagihan menjadi lebih mudah, cepat, dan aman.
Dibalik kelancaran, efektif, dan efisien sebuah sistem pasti pernah terjadi kerusakan atau kesalahan server tersebut. Beberapa orang akan bertanya “bagaimana caranya jika uang elektronik hilang?”, itu adalah sebuah komentar-komentar yang biasa kita lihat di ulasan aplikasi-aplikasi pembayaran digital. Untuk uang elektronik berbasis cip, dibedakan dua jenis. Pertama, kepemilikannya yang tidak terdaftar (unregistered) dan yang kepemilikannya terdaftar (registered).
Untuk yang pertama, jika kartu kita hilang maka uang kita juga akan ikut hilang. Bank penerbit uang elektronik tidak wajib mengganti uang kita yang lenyap. Karena, kepemilikan uang ini tidak bisa dipastikan. Itulah kenapa, maksimal uang elektronik unregistered hanya Rp2 juta. Sedangkan untuk yang kedua atau registered, maksimal Rp10 juta dan masih bisa diganti bank, karena kepemilikannya diketahui.
Sedangkan uang elektronik berbasis server, sulit hilang kecuali ada masalah dengan server, aplikasinya atau ada yang membelanjakan. Saat kasus hilangnya saldo Gopay saya yang pernah terjadi, ternyata disebabkan masalah pada server. Beberapa orang juga pernah kehilangan saldo OVO pengguna Grab yang tiba-tiba menjadi 0, karena aplikasi yang bermasalah.
Suka atau tidak suka, rela atau tidak rela kita akan memasuki era dimana kita akan melakukan transaksi menggunakan pembayaran digital. Tugas untuk memberikan pemahaman atau penjelasan kepasa masyarakat bukan cuma milik pemerintah, tapi kita sebagai insan yang tahu akan gejala tersebut juga berkewajiban memberikan penjelasan atau edukasi kepasa sesame kita. Maka dari itu, kita harus bisa memanfaatkan perkembangan teknologi semaksimal mungkin.
Pengirim :
Daffa Irsyaad Rafiriswaji
Vokasi, Universitas Indonesia
Email : daffairsyadr@gmail.com