HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Menjelajah Otak : Daerah yang belum Dijelajahi dalam Diri Manusia

Manusia selalu memiliki keingintahuan tentang apa yang ada dibalik gunung, bukit dan tentang letak hulu suatu sungai. Pada masa kini ilmuan ...

Manusia selalu memiliki keingintahuan tentang apa yang ada dibalik gunung, bukit dan tentang letak hulu suatu sungai. Pada masa kini ilmuan mengalihkan penjelajahannya bukan keluar melainkan ke dalam, ke sebuah teritori yang bahkan lebih penting dari geografi bumi ini, ke sebuah area yang begitu dekat dengan kita, begitu menakjubkan dan sekaligus begitu keras kepala menjaga rahasia-rahasianya. 


Foto : Ilustrasi
Teritori ini yang menjadi sasaran penjelajahan dan penemuan para ahli neurosains kognitif, adalah otak manusia, dengan segala kerumitannya.

Bumi yang kita tempati ini adalah suatu tempat yang luas dan memiliki dimensi geografis yang rumit, sedangkan otak hanyalah suatu benda berukuran kecil (strukturnya lunak seperti tahu, beratnya kurang dari 1,5 kg) namun kemampuannya dalam memproses informasi seolah tidak terbatas. 

Jaringan neuron yang rumit dalam otak manusia, yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, adalah sistem paling rumit yang dikenal manusia. Kemampuan otak manusia untuk melakukan analisis perhitungan terhadap sinyal-sinyal sensoris dan pemahamannya (termasuk pemahaman tentang dunia ini) sungguh rumit. 

Segala persepsi kita mulai dari cinta hingga benci dan segala sesuatu yang kita lakukan, dari mengayunkan pemukul baseball hingga memainkan gitar bersumber dari aktivitas-aktivitas neurons.

Sekalipun struktur geografis otak manusia telah diketahui (setidaknya secara kasar), fungsi-fungsi bagian spesifik pada otak masih terus dipelajari. Penjelajahan terhadap “dunia otak” telah mendapatkan bantuan besar dari teknologi pencitraan yang memungkinkan kita melakukan pengamatan menembus tempurung kepala manusia. 

Sebagaimana pelaut zaman kuno yang memetakan lautan yang berbahaya, memetakan laguna yang aman dan batu-batu karang.

Para ilmuan masa sekarang berusaha membuat peta otak dengan memetakan area-area yang terlibat dalam pemrosesan visual, analisis semantik, interpretasi auditori, dan berbagai fungsi kognitif lain yang hampir tidak terbatas jumlahnya. 

Sebagai hasil evolusi, otak manusia dilingkupi oleh tulang tempurung yang sekeras batu, dibungkus oleh lapisan-lapisan membran yang kuat, dan dilindungi oleh cairan serebral yang kental. Perisai-perisai ini menimbulkan kesulitan bagi para ilmuan yang ingin mengamati aktivitas otak manusia secara lansung. []

Pengirim : 
Wiwin dayanti
Mahasiswi Jurusan Psikologi Islam UIN Imam Bonjol, Padang
Email : wiwindayanti97@gmail.com