Lentera 24.com | BANDA ACEH -- Hiru k-pikuk pemilihan umum legislatif dan pemilihan presiden sudah usai. Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah ...
Lentera24.com | BANDA ACEH -- Hiruk-pikuk pemilihan umum legislatif dan pemilihan presiden sudah usai. Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah pula menetapkan Ir Joko Widodo dan KH Ma'ruf Amin sebagai Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Minggu (30/06/) siang.
Penetapan itu setelah Mahkamah Konstitusi (MK) menolak gugatan pasangan calon 02, Prabowo Subianto - Sandiaga Salahuddin Uno.
Menyikapi usainya Pemilu dan Pilpres. Beragam argumentasi muncul. Paling dominan adalah menyesalkan putusan MK. menolak gugatan Prabowo-Sandi. Adapula, yang mengapresiasi putusan tersebut.
Namun, yang menarik adalah postingan Dosen IAIN Langsa, Dr. Amiruddin Yahya Azzawy, MA, dilaman facebook miliknya. Ia menulis tentang pentingnya menata kembali soliditas negeri ini.
Berikut cuplikan potingan Amiruddin Yahya:
Menghasilkan Ulang Soliditas Negeri
Perbedaan itu bagian dari nature, menolak perbedaan atau tidak menerima fakta ini tidak logic, karena berbeda sifatnya profan --- keunikan bumi. Berbeda tidak hanya dalam konteks politik, tetapi semua dimensi. Cara pandang dan bersikap itu berbeda, tidak tunggal. Jika ada kesamaan, itu juga suatu kewajaran.
Kesadaran pada perbedaan menghasilkan "kearifan dan mutual respek". Kesadaran itu memproduksi "harmonisasi". Kebencian akan bergerak pada kecintaan. Pilihan politik jangan sampai mengkarantina kearifan dan kebhinekaan. Memang, politik penting dalam bernegara.Tetapi, pilihan politik jangan sampai berdampak pada perpecahan.
Paska pemilu usai - kita harus dapat menghasilkan ulang soliditas dan kebersamaan. Hal ini penting untuk memproduksi progresivitas dan kemakmuran bangsa. Ada banyak tugas lain yang lebih berat --- lebih dari sekedar perdebatan dalam hasil pemilu. Tugas itu, yakni; memajukan negeri untuk mencapai kesejahteraan rakyat, dan adil secara hukum.
Meskipun, tidak dipungkiri --- dimana konflik batin dan rasa kecewa sering muncul dalam event demokrasi, yang dipicu fanatisme personal dan kelompok yang menguat. Harusnya, kondisi psikologis seperti ini tidak perlu terjadi dalam demokrasi. Maka, langkah yang elegan dan tepat --- paska pemilu --- semua pihak harus dapat "menghasilkan ulang soliditas negeri dan menemukan kembali kebersamaan yang hilang," tulis Amiruddin Yahya dilaman media sosial facebook-nya.
Sementara, Direktur LSM Komunitas Rumoh Aceh, Putra Zulfirman yang dihubungi dari Banda Aceh, Minggu malam mengatakan, saat ini dibutuhkan merajut kembali pembangunan sosial kemasyarakatan usai kontestasi Pemilu dan Pilpres 2019.
"Secara konstitusional sudah usai. Kini saatnya kembali menata kehidupan sosial dan bernegara kita. Dalam hal ini rajutan persatuan dan kesatuan diatas segalanya," tutur aktivis muda ini.
Ia juga menyinggung soal kedamaian Aceh. Kata dia, proses damai Aceh harus bisa membawa kesejahteraan bagi rakyat. Elite politik di bumi Serambi Mekkah diharap bisa membangun persatuan dan kesatuan untuk Aceh lebih maju.
"Kemakmuran Aceh tergantung dari sejauhmana elitnya bisa menata dan merawat damai berkesinambungan. Korelasinya dengan pusat adalah Aceh daerah modal yang perlu terus diprioritaskan pembangunannya," tutup Putra. [] L24-004
Foto : Dr Amiruddin Yahya Azzawy MA
Menyikapi usainya Pemilu dan Pilpres. Beragam argumentasi muncul. Paling dominan adalah menyesalkan putusan MK. menolak gugatan Prabowo-Sandi. Adapula, yang mengapresiasi putusan tersebut.
Namun, yang menarik adalah postingan Dosen IAIN Langsa, Dr. Amiruddin Yahya Azzawy, MA, dilaman facebook miliknya. Ia menulis tentang pentingnya menata kembali soliditas negeri ini.
Berikut cuplikan potingan Amiruddin Yahya:
Menghasilkan Ulang Soliditas Negeri
Perbedaan itu bagian dari nature, menolak perbedaan atau tidak menerima fakta ini tidak logic, karena berbeda sifatnya profan --- keunikan bumi. Berbeda tidak hanya dalam konteks politik, tetapi semua dimensi. Cara pandang dan bersikap itu berbeda, tidak tunggal. Jika ada kesamaan, itu juga suatu kewajaran.
Kesadaran pada perbedaan menghasilkan "kearifan dan mutual respek". Kesadaran itu memproduksi "harmonisasi". Kebencian akan bergerak pada kecintaan. Pilihan politik jangan sampai mengkarantina kearifan dan kebhinekaan. Memang, politik penting dalam bernegara.Tetapi, pilihan politik jangan sampai berdampak pada perpecahan.
Paska pemilu usai - kita harus dapat menghasilkan ulang soliditas dan kebersamaan. Hal ini penting untuk memproduksi progresivitas dan kemakmuran bangsa. Ada banyak tugas lain yang lebih berat --- lebih dari sekedar perdebatan dalam hasil pemilu. Tugas itu, yakni; memajukan negeri untuk mencapai kesejahteraan rakyat, dan adil secara hukum.
Meskipun, tidak dipungkiri --- dimana konflik batin dan rasa kecewa sering muncul dalam event demokrasi, yang dipicu fanatisme personal dan kelompok yang menguat. Harusnya, kondisi psikologis seperti ini tidak perlu terjadi dalam demokrasi. Maka, langkah yang elegan dan tepat --- paska pemilu --- semua pihak harus dapat "menghasilkan ulang soliditas negeri dan menemukan kembali kebersamaan yang hilang," tulis Amiruddin Yahya dilaman media sosial facebook-nya.
Sementara, Direktur LSM Komunitas Rumoh Aceh, Putra Zulfirman yang dihubungi dari Banda Aceh, Minggu malam mengatakan, saat ini dibutuhkan merajut kembali pembangunan sosial kemasyarakatan usai kontestasi Pemilu dan Pilpres 2019.
"Secara konstitusional sudah usai. Kini saatnya kembali menata kehidupan sosial dan bernegara kita. Dalam hal ini rajutan persatuan dan kesatuan diatas segalanya," tutur aktivis muda ini.
Ia juga menyinggung soal kedamaian Aceh. Kata dia, proses damai Aceh harus bisa membawa kesejahteraan bagi rakyat. Elite politik di bumi Serambi Mekkah diharap bisa membangun persatuan dan kesatuan untuk Aceh lebih maju.
"Kemakmuran Aceh tergantung dari sejauhmana elitnya bisa menata dan merawat damai berkesinambungan. Korelasinya dengan pusat adalah Aceh daerah modal yang perlu terus diprioritaskan pembangunannya," tutup Putra. [] L24-004