Lentera 24.com | BANDA ACEH -- Pelaksana Tugas Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, menyebutkan atas nama pemerintah Aceh dan pribadi, dirinya...
Lentera24.com | BANDA ACEH -- Pelaksana
Tugas Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, menyebutkan atas nama pemerintah Aceh dan
pribadi, dirinya mendukung sepenuhnya pengembangan pendidikan di Aceh. Salah
satu pengembangan yang akan segera diwujudkan pemerintah adalah pembangunan
kampus II Universitas Syiah Kuala yang berada di kawasan Kabupaten Aceh
Besar.
"Atas nama
pemerintah dan rakyat, saya tidak boleh tidak mendukung pengembangan kampus
Unsyiah," kata Nova saat mengikuti rapat terkait pembahasan pembangunan
Kampus II Unsyiah di ruangan rapat rektor, Kamis 14/02/2018. Rapat yang
dipimpin langsung Rektor Unsyiah diikuti langsung oleh Dirjen Pengelolaan
Hutan Produksi Lestari Hilman Nugroho dan dan Robin Sitaba Salah Satu Pemegang
Saham PT. Acehnusa Indrapuri.
"Bukan hanya
mendukung tapi saya ada di dalam. Kami satu derap langkah (dengan rektor
Unsyiah). Apa pun yang harus kami berikan, akan kami berikan untuk pengembangan
Unsyiah. Harus dan wajib kita dukung," kata Nova.
Nova menyebutkan,
pengembangan kampus Unsyiah menjadi suatu yang harus diupayakan secara serius.
Kendala yang dihadapi saat ini adalah pada kepemilikan lahan. Jika persoalan
lahan selesai, pemerintah Aceh bersama akademisi di Unsyiah tinggal memikirkan
skema pembangunan infrastruktur dan pengembangan Sumber Daya Manusia. Untuk itu
ia meminta dukungan semua pihak agar cita-cita itu terwujud.
"Sebenarnya
(kampus Unsyiah sekarang) sudah kraudit, sesak. Untuk pengembangan lebih lanjut
tidak memungkinkan lagi (di Darussalam)," kata Nova.
Untuk membangun kampus
II Unsyiah, pihak universitas bersama pemerintah Aceh telah mengajukan
permohonan alih kepemimpinan lahan dari PT. Acehnusa Indrapuri (PT. ANI) seluas
2.572 hektare. Salah satu pemegang saham PT. ANI, Robin Sitaba, menyebutkan
secara pribadi dirinya sangat mendukung rencana pemerintah Aceh tersebut.
"Saya sifatnya merekomendasikan dengan catatan-catatan aturan yang harus
diikuti," kata Robin.
Robin menyebutkan
harus ada tim khusus terpadu yang dibentuk untuk membuat rencana bersama antara
PT. ANI, pemerintah Aceh, Unsyiah dan Dirjen Pengelolaan Hutan Produksi
Lestari, sehingga proses pembangunan kampus Unsyiah bisa segera terwujud.
"Yang pasti
mewakili dari pemegang saham saya setuju dan akan merapatkan secepatnya (dengan
pemegang saham lain). Secepatnya kita bisa membentuk tim terpadu," kata
Robin.
Direktur Jenderal
Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL), Hilman Nugroho, menyebutkan dari
2.572 hektare yang diajukan untuk kawasan pembangunan kampus Unsyiah, di
antaranya terbagi dalam tiga kawasan. Kawasan terkecil adalah kawasan khusus
untuk areal penggunaan lain yang luasannya hanya sekitar 182 hektar. Sementara
sisanya berada di kawasan hutan produksi dan kawasan hutan produksi yang bisa
dikonversi.
"Khusus untuk
areal penggunaan lain hanya harus diberikan oleh pak bupati (Aceh Besar),"
kata Hilman Nugroho. Sementara penggunaan kawasan hutan produksi dan
kawasan hutan produksi yang bisa dikonversi harus terlebih dahulu diubah
menjadi kawasan hutan khusus penggunaan lain.
Namun demikian, secara
prinsip, pihaknya sangat mengapresiasi keinginan pemerintah Aceh tersebut.
"Pengembangan kampus Unsyiah merupakan posisi kunci. Pusat harus
memperhatikan secara khusus sebagaimana hajat pak rektor dan plt
gubernur," kata Hilman.
Jika untuk memulai
pembangunan, Hilman menyebutkan bahwa pembangunan di areal penggunaan lain
seluas 182 hektar bisa secepatnya dilakukan. Sementara itu, Plt Gubernur
menyebutkan bahwa pembangunan di lahan 2.572 sudah dipikirkan ssecara matang
dengan masterplan yang matang pula. Konsep pembangunan adalah kampus masa
depan. Di mana secara umum, tata ruang, konsep pembangunan serta laboratorium
telah disusun sedemikian rupa.
Akademisi yang juga
mantan Rektor Unsyiah, Profesor Abdi Abdul Wahab, mengatakan sebenarnya proses
pencarian lahan untuk perluasan kampus Unsyiah sudah dimulai sejak 2003 lalu.
Namun, usaha itu timbul-tenggelam. "Alhamdulillah hari ini kita mendengar
ide itu diteruskan dan barangkali kita semua memahami pengembangan kampus sudah
sangat sulit," katanya.
Profesor Abdi
mengatakan, pembangunan kampus baru untuk Unsyiah merupakan sebuah investasi
yang cukup besar bagi Aceh bahkan Indonesia. Investasi yang dimaksud Guru Besar
Unsyiah itu adalah dalam hal pengkaderan Sumber Daya Manusia.
"Universitas
tidak mencari keuntungan tapi menciptakan Sumber Daya Manusia," kata Nova.
"Ini kesempatan untuk membantu masyarakat. Kita di kampus konsen untuk
mencerdaskan bangsa," kata Profesor Abdi. [] L24-012 (M. Amin)