Lentera 24.com | ACEH TAMIANG – Oknum Datok Penghulu (Kepala Desa) Sulum diduga merasa kecut dan cemas saat mengetahui ditelpon Pimpin...
Lentera24.com | ACEH TAMIANG – Oknum Datok
Penghulu (Kepala Desa) Sulum diduga merasa kecut dan cemas saat mengetahui
ditelpon Pimpinan Redaksi Lentera24.com. Sehingga tidak mengakui kalau dirinya
sebagai seorang Datok Penghulu Kampung, bahkan dirinya telah menyamar dan mengaku
warga Desa Sungai Kuruk, Kecamatan Seruway dengan menggunakan identitas diri
bernama Karya.
Masyarakat Desa Sulum,
Kecamatan Sekerak mencium adanya dugaan praktik penyimpangan penggunaan Alokasi
Dana Desa (ADD) tahun anggaran 2017 di Desanya. Aroma berbau penyimpangan
penggunaan anggaran dimaksud terendus pada satu mata kegiatan yang dinilai
tidak sesuai dengan Rancangan Anggaran Belanja (RAB) pekerjaan pembukaan jalan
baru di Dusun Tani.
Rasa kecurigaan masyarakat Desa
Sulum tersebut disampaikan kepada Lentera24 secara tertulis dengan disertai
dengan bubuhan tanda tangan sebanyak 84 orang yang diwakilkan melalui sejumlah
warga di Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang, Senin (15/10).
“Program itu dikerjakan melalui
kegiatan pembukaan jalan baru berukuran 5x2000 meter di Dusun Tani dengan mata
anggaran senilai Rp.81.1140.000, kalau dilihat dari rincian biaya yang harus
dikeluarkan pada perencanaan 40 persen, diantaranya untuk biaya mobilisasi
sebanyak Rp.10 Juta, anggaran untuk Buldoser selama 10 hari seharga 69.130.000.
anggaran untuk buldoser inilah yang perlu dipertanyakan dan dipertanggung
jawabkan oleh pengguna anggaran ADD tersebut,” sebut Saparuddin yang merupakan
utusan dari 84 orang warga Desa Sulum.
Program pembukaan jalan baru
tersebut kata Saparuddin merupakan satu kegiatan yang didalamnya mengandung
unsur kebohongan alias mengada-ada. Pasalnya yang disebut dalam RAB
sebagai “pembukaan jalan baru” itu
ternyata badan jalan yang sudah ada sejak puluhan tahun lalu yang merupakan
jalan yang dibuat oleh pengusaha kayu pemegang HPH masa lalu.
“Badan jalan yang sudah ada itu
hanya dibersihkan saja. Namun yang anehnya, walkaupun mata anggarannya ada
dibuat untuk biaya buldoser, tetapi fakta dilapangan, pihak pengelola anggaran
kegiatan tidak pernah mendatangkan alat berat yang bernama buldoser untuk
kegiatan pembukaan jalan baru yang diduga bohongan tersebut,” ujar orang yang
kerap disapa bang Udin itu.
Imbuh Saparuddin lagi, sebagian
besar masyarakat Desa Sulum, terutama 84 orang warga yang membubuhkan tanda
tangan itu menilai, kalau kegiatan pembukaan jalan baru berukuran 5x2000 meter
namun pada kenyataannya adalah hanya pemeliharaan / membersihkan badan jalan
merupakan sebuah kegiatan yang diduga mengandung rekayasa demi tujuan untuk
meraih keuntungan.
Selanjutnya kata utusan warga
ini menegaskan, pihak pengelola anggaran wajib mempertanggung jawabkan secara
hukum atas dugaan penyelewengan anggaran yang diperuntukkan buat biaya buldoser
yang telah dicairkan, sementara pihak pelaksana kegiatan tidak pernah
mendatangkan maupun mempekerjakan alat berat buldoser terkait mata kegiatan
tersebut.
“Sepertinya ada terindikasi
gelagat permainan atau diduga sebagai kegiatan fiktif,” ujar Saparuddin.
Sementara itu, Datok Penghulu
Kampung Sulum, Kecamatan Sekerak, Jamal Arif ketika dikonfirmasi Lentera24
melalui ponselnya bernomor 0852777883xx mengaku bukan sebagai Datok dan bukan
warga Desa Sulum.
“Nama saya Karya, saya warga
Sungai Kuruk,” ujarnya kepada Lentera24, Selasa (16/10). Padahal sebelumnya,
sejumlah wartawan lain juga mengkonfirmasi Jamal Arif terkait masalah kegiatan
pekerjaan yang menggunakan dana ADD tetap menghubungi nomor yang sama dan
berhasil mendapatkan jawaban dari sang Datok.
Melihat dari upaya menghindarnya Jamal Arif untuk dilakukan konfirmasi telah meninjukkan kepada publik bahwa sikap seorang Datok yang tidak gentlemen dan tidak mencerminkan sikap sebagai pimpinan yang bertanggung jawab atas permasalahan yang ada di Desanya. []
L24-002