Lentera 24.com | DELI SERDANG -- Pemerintah Kabupaten Deli Serdang Upacara Peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ke 110, di Lapa...
Lentera24.com | DELI SERDANG -- Pemerintah Kabupaten Deli Serdang Upacara Peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ke 110, di Lapangan Alun-alun Pemkab, Senin (21/5), yang berthemakan “Pembangunan Sumber Daya Manusia memperkuat pondasi kebangkita Nasional Indonesia di era Digital”.
Peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke 110 ini juga dirangkaikan dengan berziarah serta menabur bunga di makam pahlawan yang berada di Kota Lubuk Pakam.
Bertindak sebagai Irup Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Deli Serdang H Zainuddin Mars, Danup Lettu Inf Ismail dari Brigif 7 RR, dihadiri Plt Ketua TP PKK Ny Hj Asdiana Zainuddin dan Pimpinan Organisasi Wanita lainnya, Ketua DPRD Ricky Prandana Nasution SE, Kapolres Deli Serdang AKBP Eddi Surantha Tarigan bersama unsur FKPD lainnya, Sekdakab Darwin Zein, Staf ahli Bupati, para Asisten, Pimpinan OPD, para Camat , LVRI, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, KNPI dan pimpinan OKP lainnya, diikuti peserta upacara dari barisan TNI/Polri, Mahasiswa, Siswa SMA/SMK, SMP dan Pramuka.
Plt Bupati H Zainuddin Mars ketika itu menyampaikan sambutan tertulis Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Rudiantara.
“Ketika rakyat berinisiatif untuk berjuang demi meraih kemerdekaan dengan membentuk berbagai perkumpulan, lebih dari seabad lalu, kita nyaris tak punya apa-apa. Kita hanya memiliki semangat dalam jiwa dan kesiapan mempertaruhkan nyawa. namun sejarah kemudian membuktikan, bahwa semangat dan komitmen itu saja telah cukup, asalkan kita bersatu dalam cita-cita yang sama, kemerdekaan bangsa”, kata Menteri Kominfo.
“Bersatu, adalah kata kunci ketika kita ingin menggapai cita-cita yang sangat mulia. Namun pada saat yang sama, tantangan yang mahakuat menghadang didepan. Boedi Oetomo memberi contoh bagaimana dengan berkumpul dan berorganisasi tanpa melihat asal-muasal primordial, akhirnya bisa mendorong tumbuhnya semangat nasionalisme yang menjadi bahan bakar utama kemerdekaan”.
“Seratus sepuluh tahun kemudian bangsa ini telah tumbuh menjadi bangsa yang besar dan maju, sejajar dengan bangsa-bangsa lain, meski belum sepenuhnya sempurna, rakyatnya telah menikmati hasil perjuangan para pahlawannya berupa meningkatnya perekonomian, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Keringat dan darah pendahulu bangsa telah menjelma menjadi hamparan permadani perikehidupan yang nyaman dalam rengkuhan kelambu kemerdekaan”.
“Kalau sekarang bangsa ini punya hampir segala yang dibutuhkan, seharusnya kita terinspirasi bahwa dengan kondisi embrio bangsa seabad lalu yang berada dalam rundungan kepapaan pun, kita telah mampu menghasilkan energi yang dahsyat untuk membawa kepada kejayaan. apalagi kini, ketika kita jauh lebih siap, tak berkekurangan dalam sumber daya alam dan sumber daya manusia”.
“Bung Karno juga menggambarkan persatuan bangsa seperti layaknya sapu lidi, jika tidak diikat, maka lidi tersebut akan tercerai berai, tidak berguna dan mudah dipatahkan. tetapi jikalau lidi-lidi itu digabungkan, diikat menjadi sapu, mana ada manusia bisa mematahkan sapu lidi yang sudah terikat”.
“Gambaran tersebut aktual sekali pada masa sekarang ini, kita merasakan bahwa ada kekuatan-kekuatan yang berusaha merenggangkan ikatan sapu lidi kita. Kita disuguhi hasutan-hasutan yang membuat kita bertikai dan tanpa sadar mengiris ikatan yang sudah puluhan tahun menyatukan segala perbedaan tersebut”. [] L24-011 (kbn)
Peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke 110 ini juga dirangkaikan dengan berziarah serta menabur bunga di makam pahlawan yang berada di Kota Lubuk Pakam.
Bertindak sebagai Irup Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Deli Serdang H Zainuddin Mars, Danup Lettu Inf Ismail dari Brigif 7 RR, dihadiri Plt Ketua TP PKK Ny Hj Asdiana Zainuddin dan Pimpinan Organisasi Wanita lainnya, Ketua DPRD Ricky Prandana Nasution SE, Kapolres Deli Serdang AKBP Eddi Surantha Tarigan bersama unsur FKPD lainnya, Sekdakab Darwin Zein, Staf ahli Bupati, para Asisten, Pimpinan OPD, para Camat , LVRI, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, KNPI dan pimpinan OKP lainnya, diikuti peserta upacara dari barisan TNI/Polri, Mahasiswa, Siswa SMA/SMK, SMP dan Pramuka.
Plt Bupati H Zainuddin Mars ketika itu menyampaikan sambutan tertulis Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Rudiantara.
“Ketika rakyat berinisiatif untuk berjuang demi meraih kemerdekaan dengan membentuk berbagai perkumpulan, lebih dari seabad lalu, kita nyaris tak punya apa-apa. Kita hanya memiliki semangat dalam jiwa dan kesiapan mempertaruhkan nyawa. namun sejarah kemudian membuktikan, bahwa semangat dan komitmen itu saja telah cukup, asalkan kita bersatu dalam cita-cita yang sama, kemerdekaan bangsa”, kata Menteri Kominfo.
“Bersatu, adalah kata kunci ketika kita ingin menggapai cita-cita yang sangat mulia. Namun pada saat yang sama, tantangan yang mahakuat menghadang didepan. Boedi Oetomo memberi contoh bagaimana dengan berkumpul dan berorganisasi tanpa melihat asal-muasal primordial, akhirnya bisa mendorong tumbuhnya semangat nasionalisme yang menjadi bahan bakar utama kemerdekaan”.
“Seratus sepuluh tahun kemudian bangsa ini telah tumbuh menjadi bangsa yang besar dan maju, sejajar dengan bangsa-bangsa lain, meski belum sepenuhnya sempurna, rakyatnya telah menikmati hasil perjuangan para pahlawannya berupa meningkatnya perekonomian, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Keringat dan darah pendahulu bangsa telah menjelma menjadi hamparan permadani perikehidupan yang nyaman dalam rengkuhan kelambu kemerdekaan”.
“Kalau sekarang bangsa ini punya hampir segala yang dibutuhkan, seharusnya kita terinspirasi bahwa dengan kondisi embrio bangsa seabad lalu yang berada dalam rundungan kepapaan pun, kita telah mampu menghasilkan energi yang dahsyat untuk membawa kepada kejayaan. apalagi kini, ketika kita jauh lebih siap, tak berkekurangan dalam sumber daya alam dan sumber daya manusia”.
“Bung Karno juga menggambarkan persatuan bangsa seperti layaknya sapu lidi, jika tidak diikat, maka lidi tersebut akan tercerai berai, tidak berguna dan mudah dipatahkan. tetapi jikalau lidi-lidi itu digabungkan, diikat menjadi sapu, mana ada manusia bisa mematahkan sapu lidi yang sudah terikat”.
“Gambaran tersebut aktual sekali pada masa sekarang ini, kita merasakan bahwa ada kekuatan-kekuatan yang berusaha merenggangkan ikatan sapu lidi kita. Kita disuguhi hasutan-hasutan yang membuat kita bertikai dan tanpa sadar mengiris ikatan yang sudah puluhan tahun menyatukan segala perbedaan tersebut”. [] L24-011 (kbn)