Lentera 24.com | PALEMBANG -- Penyelenggaraan Asian Games 2018 tinggal empat bulan lagi. Hal paling mencemaskan adalah jika penyelenggaraan...
Lentera24.com | PALEMBANG -- Penyelenggaraan Asian Games 2018 tinggal empat bulan lagi. Hal paling mencemaskan adalah jika penyelenggaraan pesta olahraga negara-negara Asia di Jakarta dan Palembang ini, diganggu kabut asap akibat kebakaran hutan. Kabupaten Ogan Ilir (OI), Banyuasin, dan Ogan Komering Ilir (OKI) harus menjadi perhatian khusus, sebab selama ini kabut asap yang melanda Palembang berasal dari wilayah tersebut.
Berdasarkan pengamatan Mongabay Indonesia selama musim kemarau lima tahun terakhir, jika terjadi kebakaran di kawasan Suaka Margasatwa Padang Sugihan Sebokor, yang terletak di Kabupaten Banyuasin dan OKI, kabut asapnya akan melanda Palembang. Begitu pula jika kebakaran terjadi di wilayah Kecamatan Pemulutan dan sekitar Jalan Palembang-Inderalaya, Kabupaten OI. Terakhir, kebakaran di Cengal dan Tulungselapan, Kabupaten OKI, juga memberikan sumbangan kabut asap ke Palembang, Sumatera Selatan.
Bagaimana kebakaran di Kabupaten Musi Banyuasin? Sama seperti kebakaran di wilayah timur Jambi dan Riau, kabut asapnya akan menyebar hingga ke Singapura dan Malaysia, sehingga mengganggu penerbangan maupun pelayaran di dua negara tersebut. Jika penerbangan para atlet ke Palembang maupun Jakarta melalui Singapura atau Malaysia, jelas akan terganggu.
Terhadap ancaman kebakaran hutan dan lahan selama Asian Games 2018, awal April 2018, Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin, meminta seluruh kepala daerah yang rawan kebakaran hutan dan lahan di Sumsel, ketika memasuki musim kemarau yang diperkirakan mulai Juni, Juli, dan Agustus 2018, untuk tidak meninggalkan daerah tanpa izin darinya. Perintah tersebut juga berlaku terhadap camat dan kepala desa.
Dijelaskan Alex, ada empat kabupaten yang rawan kebakaran hutan dan lahan yakni Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, Musi Banyuasin (Muba), dan Banyuasin. Kabupaten OKI memiliki lahan gambut terluas di Sumsel, sekitar 60 persen berada di wilayah konsesi Perusahaan Asia Pulp and Paper (APP).
Terkait 60 persen lahan gambut tersebut, pihak APP sudah melakukan berbagai langkah antisipasi pencegahan karhutla mulai dari kelengkapan fasilitas hingga pendanaan. “Kalau 60 persen lahan gambut sudah dapat diatasi oleh APP, artinya kerja kita sudah sedikit ringan tinggal 40 persennya lagi,” katanya.
Alex menambahkan, dari empat kabupaten yang rawan karhutla, semua sudah melakukan langkah antisipasi pencegahan mulai dari perencanaan, kelengkapan fasilitas termasuk posko pemantauan titik api.
Desa rawan
Beberapa desa di sekitar wilayah yang rawan kebakaran, oleh Pemerintah Sumatera Selatan melalui Tim Restorasi Gambut (TRG) yang didukung Badan Restorasi Gambut (BRG), TNI, kepolisian, sejumlah lembaga international, dan perusahaan, dilakukan upaya pembinaan. Ada pembentukan posko atau tim penannggulangan api di 54 desa yang berada di Kabupaten OKI, Banyuasin, Musi Banyuasin, OI, dan PALI.
“Kebakaran hutan dan lahan di Sumatera Selatan karena perbuatan manusia. Khusus masyarakat desa atau yang berada di sekitar hutan dan lahan, karena kemiskinan dan minimnya pengetahuan, membuat mereka melakukan aktivitas yang berdampak pada kerusakan hutan dan lahan gambut, seperti kebakaran, sehingga perlu pembinaan dan penguatan ekonomi,” kata Dr. Najib Asmani, koordinator TRG Sumsel, Sabtu (21/04/2018).
Di Kabupaten OKI di Kecamatan Tulungselapan antara lain Desa Kuala Duabelas, Simpang Tiga Sakti, Simpang Tiga Makmur, dan Rantau Lurus. Di Kabupaten Banyuasin di Kecamatan Muara Sugihan antara lain Desa Beringin Agung, Gilirang, Timbul Jaya, Kuala Sugihan, dan Daya Murni.
Di Kabupaten Muba, di Kecamatan Bayung Lencir antara lain Desa Pulai Gading, Pangkalan Bayat, Lubuk Bintialo, Mangsang, dan Karya Mukti. Sementara di Kabupaten OI belum ada yang dilibatkan program revitalisasi ekonomi, karena Kabupaten OI bukan target restorasi gambut pemerintah di Sumsel, sehingga tidak ada anggaran negara untuk saat ini.
“Berdasarkan dukungan BRG, lembaga international dan perusahaan, sudah 38 desa yang tersentuh program revitalisasi ekonomi,” jelas Najib. [] MONGABAY.CO.ID
Foto : Mongabay.co.id |
Bagaimana kebakaran di Kabupaten Musi Banyuasin? Sama seperti kebakaran di wilayah timur Jambi dan Riau, kabut asapnya akan menyebar hingga ke Singapura dan Malaysia, sehingga mengganggu penerbangan maupun pelayaran di dua negara tersebut. Jika penerbangan para atlet ke Palembang maupun Jakarta melalui Singapura atau Malaysia, jelas akan terganggu.
Terhadap ancaman kebakaran hutan dan lahan selama Asian Games 2018, awal April 2018, Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin, meminta seluruh kepala daerah yang rawan kebakaran hutan dan lahan di Sumsel, ketika memasuki musim kemarau yang diperkirakan mulai Juni, Juli, dan Agustus 2018, untuk tidak meninggalkan daerah tanpa izin darinya. Perintah tersebut juga berlaku terhadap camat dan kepala desa.
Dijelaskan Alex, ada empat kabupaten yang rawan kebakaran hutan dan lahan yakni Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, Musi Banyuasin (Muba), dan Banyuasin. Kabupaten OKI memiliki lahan gambut terluas di Sumsel, sekitar 60 persen berada di wilayah konsesi Perusahaan Asia Pulp and Paper (APP).
Terkait 60 persen lahan gambut tersebut, pihak APP sudah melakukan berbagai langkah antisipasi pencegahan karhutla mulai dari kelengkapan fasilitas hingga pendanaan. “Kalau 60 persen lahan gambut sudah dapat diatasi oleh APP, artinya kerja kita sudah sedikit ringan tinggal 40 persennya lagi,” katanya.
Alex menambahkan, dari empat kabupaten yang rawan karhutla, semua sudah melakukan langkah antisipasi pencegahan mulai dari perencanaan, kelengkapan fasilitas termasuk posko pemantauan titik api.
Desa rawan
Beberapa desa di sekitar wilayah yang rawan kebakaran, oleh Pemerintah Sumatera Selatan melalui Tim Restorasi Gambut (TRG) yang didukung Badan Restorasi Gambut (BRG), TNI, kepolisian, sejumlah lembaga international, dan perusahaan, dilakukan upaya pembinaan. Ada pembentukan posko atau tim penannggulangan api di 54 desa yang berada di Kabupaten OKI, Banyuasin, Musi Banyuasin, OI, dan PALI.
“Kebakaran hutan dan lahan di Sumatera Selatan karena perbuatan manusia. Khusus masyarakat desa atau yang berada di sekitar hutan dan lahan, karena kemiskinan dan minimnya pengetahuan, membuat mereka melakukan aktivitas yang berdampak pada kerusakan hutan dan lahan gambut, seperti kebakaran, sehingga perlu pembinaan dan penguatan ekonomi,” kata Dr. Najib Asmani, koordinator TRG Sumsel, Sabtu (21/04/2018).
Di Kabupaten OKI di Kecamatan Tulungselapan antara lain Desa Kuala Duabelas, Simpang Tiga Sakti, Simpang Tiga Makmur, dan Rantau Lurus. Di Kabupaten Banyuasin di Kecamatan Muara Sugihan antara lain Desa Beringin Agung, Gilirang, Timbul Jaya, Kuala Sugihan, dan Daya Murni.
Di Kabupaten Muba, di Kecamatan Bayung Lencir antara lain Desa Pulai Gading, Pangkalan Bayat, Lubuk Bintialo, Mangsang, dan Karya Mukti. Sementara di Kabupaten OI belum ada yang dilibatkan program revitalisasi ekonomi, karena Kabupaten OI bukan target restorasi gambut pemerintah di Sumsel, sehingga tidak ada anggaran negara untuk saat ini.
“Berdasarkan dukungan BRG, lembaga international dan perusahaan, sudah 38 desa yang tersentuh program revitalisasi ekonomi,” jelas Najib. [] MONGABAY.CO.ID