Lentera 24.com | TAKENGON -- Harga buah alpukat di sentra produksi Kabupaten Aceh Tengah melambung mencapai Rp15 ribu/Kg, karena faktor mus...
Lentera24.com | TAKENGON -- Harga buah alpukat di sentra produksi Kabupaten Aceh Tengah melambung mencapai Rp15 ribu/Kg, karena faktor musim yang belum terjadi, sedangkan permintaan konsumen tetap tinggi.
Pedagang buah di Pasar Paya Ilang Takengon, Juanda, kepada wartawan, Selasa menuturkan, harga alpukat saat ini mencapai kisaran Rp15.000 sedangkan jika musim panen merata di tingkat petani, harganya hanya berkisar Rp4.000/Kg.
"Jarang sekarang buahnya, memang belum musim," tutur Juanda.
Menurut dia, pasokan buah alpukat saat ini hanya ada dari dua wilayah yakni wilayah Arul Kumer, Kecamatan Silih Nara dan Blang Mancung, Kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah.
"Tapi masih kecil-kecil buahnya. Kalau alpukat yang bagus itu dari Bintang dan Kelitu (Kecamatan Bintang). Itu besar-besar buanya, isinya bagus. Tapi sekarang belum musim," kata Juanda.
Berkurangnya pasokan buah alpukat di pasaran yang dikarenakan musim buah belum terjadi, kata Juanda, sudah berlangsung sejak Januari 2018. Sejak saat itu harga alpukat bahkan pernah mencapai Rp20.000/Kg.
Sedangkan dia memprediksi musim panen alpukat baru merata di semua wilayah di daerah itu pada bulan Juni 2018.
Kebutuhan buah alpukat sendiri untuk konsumen di seputaran Kota Takengon biasanya tetap tinggi karena adanya permintaan para pedagang warung dan caffe yang selalu menyediakan alpukat sebagai olahan jus bagi para pelanggannya.
Para konsumen juga biasanya berbelanja buah alpukat untuk dijadikan oleh-oleh khas dari Dataran Tinggi Gayo jika akan berpergian keluar daerah.
Buah alpukat dari daerah ini adalah jenis Alpukat Gayo yang dikenal memiliki citarasa yang lezat.
Nama Alpukat Gayo sendiri telah dipatenkan dan ditetapkan sebagai Buah Unggul Nasional oleh Menteri Pertanian RI sejak 21 Januari 2008, melalui Surat Keputusan Nomor SK 78/kpts/SR.120/2008.
Sementara potensi pengembangan tanaman buah alpukat di Aceh Tengah saat ini juga masih terbuka lebar dikarenakan minat para petani dalam budidaya tanaman ini masih kalah dengan kopi.
Hal ini juga bisa dilihat dari data Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Aceh Tengah tahun 2015 yang menunjukkan bahwa produksi alpukat di daerah ini masih berada diangka 2.894 ton per tahun. [] ANTARA
Foto : Antara |
"Jarang sekarang buahnya, memang belum musim," tutur Juanda.
Menurut dia, pasokan buah alpukat saat ini hanya ada dari dua wilayah yakni wilayah Arul Kumer, Kecamatan Silih Nara dan Blang Mancung, Kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah.
"Tapi masih kecil-kecil buahnya. Kalau alpukat yang bagus itu dari Bintang dan Kelitu (Kecamatan Bintang). Itu besar-besar buanya, isinya bagus. Tapi sekarang belum musim," kata Juanda.
Berkurangnya pasokan buah alpukat di pasaran yang dikarenakan musim buah belum terjadi, kata Juanda, sudah berlangsung sejak Januari 2018. Sejak saat itu harga alpukat bahkan pernah mencapai Rp20.000/Kg.
Sedangkan dia memprediksi musim panen alpukat baru merata di semua wilayah di daerah itu pada bulan Juni 2018.
Kebutuhan buah alpukat sendiri untuk konsumen di seputaran Kota Takengon biasanya tetap tinggi karena adanya permintaan para pedagang warung dan caffe yang selalu menyediakan alpukat sebagai olahan jus bagi para pelanggannya.
Para konsumen juga biasanya berbelanja buah alpukat untuk dijadikan oleh-oleh khas dari Dataran Tinggi Gayo jika akan berpergian keluar daerah.
Buah alpukat dari daerah ini adalah jenis Alpukat Gayo yang dikenal memiliki citarasa yang lezat.
Nama Alpukat Gayo sendiri telah dipatenkan dan ditetapkan sebagai Buah Unggul Nasional oleh Menteri Pertanian RI sejak 21 Januari 2008, melalui Surat Keputusan Nomor SK 78/kpts/SR.120/2008.
Sementara potensi pengembangan tanaman buah alpukat di Aceh Tengah saat ini juga masih terbuka lebar dikarenakan minat para petani dalam budidaya tanaman ini masih kalah dengan kopi.
Hal ini juga bisa dilihat dari data Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Aceh Tengah tahun 2015 yang menunjukkan bahwa produksi alpukat di daerah ini masih berada diangka 2.894 ton per tahun. [] ANTARA