HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Morel Lombok Salah Satu Jamur Termahal di Dunia

Lentera 24.com | LOMBOK -- Gunung Rinjani di Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan gunung tertinggi kedua di Indonesia setel...

Lentera24.com | LOMBOK -- Gunung Rinjani di Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan gunung tertinggi kedua di Indonesia setelah Gunung Kerinci. Gunung ketinggian 3.726 meter di atas permukaan laut dipercaya oleh sebagian masyarakat setempat sebagai tempat bersemayam para dewa.

Foto : republika.co.id
Terlepas dari legenda tersebut, Rinjani sejatinya memberikan berkah bagi masyarakat Pulau Lombok. Keberadaan Gunung Rinjani memberikan peluang berusaha di sektor jasa pendakian bagi ribuan orang.

Ada yang menjadi pengangkut barang (porter) dan pemandu wisata. Aktivitas tersebut juga mampu menggerakkan perekonomian warga desa di kaki gunung.

Tidak hanya dari sektor pariwisata. Gunung Rinjani juga menjadi tempat masyarakat di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani mengais rezeki. Mereka banyak memanfaatkan hasil hutan bukan kayu (HHBK) untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Gunung Rinjani yang ditetapkan sebagai Taman Nasional melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.280/Kpts-II/1997, ditumbuhi berbagai jenis HHBK berupa flora. Beberapa di antaranya diperbolehkan untuk dimanfaatkan, seperti rumput, pakis, dan jenis lainnya.

Dari sekian jenis flora yang ada di kawasan konservasi tersebut, satu di antaranya ternyata memiliki nilai ekonomi tinggi, karena harganya cukup mahal. Tumbuhan tersebut adalah jenis jamur bernama "morels" (marchella spp).

Jamur yang tergolong hanya bisa tumbuh di daerah tropis tertentu itu pertama kali ditemukan oleh Kepala Seksi Pengelolaan Wilayah I Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) Teguh Rianto.

Penemuan jenis jamur termahal kedua di dunia tersebut hanya secara kebetulan ketika melakukan patroli di dalam kawasan taman nasional pada 2009. Oleh karena tergolong jamur bernilai ekonomi tinggi, Teguh Rianto kemudian menjadikannya sebagai bahan penelitian tesis untuk menyelesaikan program pascasarjana (S2) di Institut Pertanian Bogor (IPB).

Hasil penelitian tersebut kemudian dilaporkan untuk ditindaklanjuti dalam bentuk kebijakan penelitian lanjutan.

BTNGR ketika kepalanya masih dijabat R. Agus Budi Santosa berkoordinasi dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan (P3H) Bogor, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK).

Penelitian lanjutan pun dilakukan oleh Tim Riset Morel Rinjani yang berjumlah enam orang. Seluruhnya dari P3H Bogor, yakni Dr Maman Turjaman, Dr Asep Hidayat, Sarah A Faulina, Najmullah, Aryanto, dan Sira Silaban.

Penelitian dibiayai oleh Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian LHK, melalui BTNGR. Proses penelitian dimulai dari eksplorasi lapangan pada Mei-Agustus 2017, sambil melakukan isolasi dengan cara memasukkan spora ke dalam media tumbuh jamur.

Media tersebut terbuat dari agar yang di dalamnya terdapat makanan, nitrogen, karbohidrat dalam bentuk gula untuk energi jamur tumbuh. Ada juga vitamin serta antibiotik untuk mencegah berkembangnya bakteri.

Langkah selanjutnya adalah melakukan pemurnian di laboratorium untuk menghasilkan DNA. Proses pemurnian dilakukan dengan cara memisahkan spora yang tumbuh dan yang terkontaminasi. Spora yang tumbuh kemudian dilihat menggunakan mikroskop untuk mengetahui jenis dan warnanya.

Setelah melalui proses tersebut, tim peneliti kemudian mengirim sekitar 45 sampel DNA ke First Base Sequencing Service yang berbasis di Singapura.

Perusahaan itu diminta untuk membantu mengeksekuenser sampel DNA jamur morels yang diperoleh dari TNGR karena terkait dengan efisiensi biaya. P3H Bogor sebenarnya memiliki alat, namun kapasitas yang dibutuhkan minimal lebih dari seratusan sampel.

Setelah DNA diperoleh, Tim Riset Morel Rinjani kemudian melakukan pengecekan base jamur morchella di National Center For Biotechnology (NCBI). Dari hasil pengecekan tersebut, Tim P3H Bogor kemudian memberikan nama jamur "morel" Rinjani (morchella rassipes).

"'Morel' adalah jenis jamur termahal kedua di dunia, setelah jamur 'truffles'. Makanya kami termotivasi untuk melakukan riset, meskipun pelaksanaannya pada 2017 atau delapan tahun setelah adanya penemuan di Gunung Rinjani," ujarnya. [] REPUBLIKA.CO.ID