Lentera 24.com | ACEH TAMIANG -- Akibat banjir tahunan yang terus menerus terjadi setiap tahunnya di Kabupaten Aceh Tamiang, luas wilayah K...
Lentera24.com | ACEH TAMIANG -- Akibat banjir tahunan yang terus menerus terjadi setiap tahunnya di Kabupaten Aceh Tamiang, luas wilayah Kampung Tanjung Seumeuntoh Kecamatan Karang Baru berkurang akibat abrasi tebing di Daerah Aliran Sungai (DAS).
Kampung Tanjung Seumeuntoh yang berada disepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Tamiang terus mengalami pengurangan wilayah mencapai 15 hingga 20 meter setiap tahunnya, Hal itu terjadi karena keberadaannya pada cekungan Sungai Tamiang, sehingga terjangan air sangat kuat menghantam bibir sungai dan meruntuhkan tebing - tebing pembatas kebun masyarakat.
Sekretaris Desa Tanjung Seumeuntoh, Ahmad Ramlan mengatakan, kebun coklat miliknya sudah termakan sekitar 20 meter, “Dulunya batang coklat saya ini ada 700 batang, sekarang paling tinggal 400 an batang lagi. Ini semua karena abrasi tebing sungai”, jelasnya kepada wartawan Rabu (15/11) dilokasi abrasi desa Seumeuntoh.
Lain halnya Godek (43) dia memiliki tanaman kayu Jabon 1,5 hektar, dengan tanaman 400 batang, kini hanya tinggal 125 batang lagi, Godek mengaku setiap harinya dia kehilangan tiga batang kayu Jabon akibat diterjang oleh air sungai.
Lebih lanjut diutarakan, jalan yang menghubungkan antar desa dan antar kecamatan sudah lima kali dipindahkan, akibat abrasi sungai. Saat ini jalan tersebut kondisinya juga sudah hampir putus.
“Sangat disayangkan, padahal umur kayu Jabon saya sudah 5 tahunan, dua tahun lagi sudah bisa dipanen, tapi mau bilang apa, Allah berkehandak lain, sudah rugi kayu Jabon rugi lagi tanah milik saya berkurang terus”, kata Godek.
Datok Penghulu Tanjung Seumeuntoh, Amirul Mukminin, yang dihubungi mengatakan, kondisi tersebut sudah berjalan puluhan tahun, dari luas wilayah desa terjadi penyusutan wilayah sebesar 20 persen. Akibat terjadinya abrasi bibir sungai secara terus menerus.
Amirul Mukminin berharap pemerintah memberikan perhatian dan mencarikan solusinya, agar luas kewilayahan tidak berkurang. “Saya berharap kepada pemerintah mencarikan jalan keluarnya, agar kebun kebun masyarakat tidak punah diterjang arus. Dan alhamdulillah perhatian Pemerintah sudah tertuju kesini dengan pemasangan setfell (beton penahan terjangan air) semoga ini bisa dilanjutkan lagi tahun depannya”, ujarnya berharap. [] L24-005
Kampung Tanjung Seumeuntoh yang berada disepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Tamiang terus mengalami pengurangan wilayah mencapai 15 hingga 20 meter setiap tahunnya, Hal itu terjadi karena keberadaannya pada cekungan Sungai Tamiang, sehingga terjangan air sangat kuat menghantam bibir sungai dan meruntuhkan tebing - tebing pembatas kebun masyarakat.
Sekretaris Desa Tanjung Seumeuntoh, Ahmad Ramlan mengatakan, kebun coklat miliknya sudah termakan sekitar 20 meter, “Dulunya batang coklat saya ini ada 700 batang, sekarang paling tinggal 400 an batang lagi. Ini semua karena abrasi tebing sungai”, jelasnya kepada wartawan Rabu (15/11) dilokasi abrasi desa Seumeuntoh.
Lain halnya Godek (43) dia memiliki tanaman kayu Jabon 1,5 hektar, dengan tanaman 400 batang, kini hanya tinggal 125 batang lagi, Godek mengaku setiap harinya dia kehilangan tiga batang kayu Jabon akibat diterjang oleh air sungai.
Lebih lanjut diutarakan, jalan yang menghubungkan antar desa dan antar kecamatan sudah lima kali dipindahkan, akibat abrasi sungai. Saat ini jalan tersebut kondisinya juga sudah hampir putus.
“Sangat disayangkan, padahal umur kayu Jabon saya sudah 5 tahunan, dua tahun lagi sudah bisa dipanen, tapi mau bilang apa, Allah berkehandak lain, sudah rugi kayu Jabon rugi lagi tanah milik saya berkurang terus”, kata Godek.
Datok Penghulu Tanjung Seumeuntoh, Amirul Mukminin, yang dihubungi mengatakan, kondisi tersebut sudah berjalan puluhan tahun, dari luas wilayah desa terjadi penyusutan wilayah sebesar 20 persen. Akibat terjadinya abrasi bibir sungai secara terus menerus.
Amirul Mukminin berharap pemerintah memberikan perhatian dan mencarikan solusinya, agar luas kewilayahan tidak berkurang. “Saya berharap kepada pemerintah mencarikan jalan keluarnya, agar kebun kebun masyarakat tidak punah diterjang arus. Dan alhamdulillah perhatian Pemerintah sudah tertuju kesini dengan pemasangan setfell (beton penahan terjangan air) semoga ini bisa dilanjutkan lagi tahun depannya”, ujarnya berharap. [] L24-005