HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

30% Pelajar di Tamiang tak Bisa Baca Quran

* MPD Lahirkan Kurikulum Lokal Suara-Tamiang.com,  KUALASIMPANG - Sekitar 30 persen pelajar di Aceh Tamiang belum bisa membaca ...

* MPD Lahirkan Kurikulum Lokal

Suara-Tamiang.com,  KUALASIMPANG - Sekitar 30 persen pelajar di Aceh Tamiang belum bisa membaca Alquran. Hal itu diketahui berdasarkan hasil analisis yang dilakukan Majelis Pendidikan Daerah (MPD) Aceh Tamiang terhadap murid kelas 5-6 SD, serta pelajar SMP dan SMA di kabupaten itu beberapa waktu lalu.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, MPD Aceh Tamiang memasukkan materi membaca dan menulis ayat-ayat sebagai muatan lokal dalam kurikulum mulai jenjang SD sampai SMA sederajat. Muatan lokal tersebut disusun dalam rapat koordinasi (rakor) MPD bersama Dinas Pendidikan dan Kankemenag setempat, Rabu (24/2).

Ketua MPD Aceh Tamiang, Mukhlis NT kepada Serambi, kemarin, mengatakan, sesuai kewenangan, pihaknya mengembangkan kurikulum sekolah dan madrasah yang islami dengan menggali berbagai masalah pada semua tingkatan lembaga pendidikan baik yang berstatus negeri maupun swasta.

Dikatakan, jalur pendidikan formal merupakan bagain dari upaya menghidupkan ciri-ciri keislaman dan adat budaya lokal agar dapat dilaksanakan secara efektif. Apalagi, program itu didukung oleh Permendiknas No 22 Tahun 2006, dimana daerah dapat menyusun kurikulum daerah yang disesuaikan dengan kearifan lokal.

Disebutkan, narasumber yang diundang pada rakor itu adalah Ketua MPU Langsa, Dr Zulkarnain MA dan Ketua Majelis Adat Aceh (MAA) Kabupaten Aceh Tamiang, Drs Syarifuddin Ismail. “Kita berharap kurikulum dengan muatan lokal yang sudah kita rumuskan dapat dituangkan ke dalam peraturan bupati agar dapat diterapkan pada semua sekolah di Aceh Tamiang,” pungkasnya.

Wakil Ketua DPRK Aceh Tamiang, Juanda mengaku prihatin dengan kondisi tersebut. Menurutnya, realita itu merupakan bentuk kegagalan pendidikan terhadap anak-anak di Tamiang terutama pada lingkup keluarga. “Yang paling bertanggung jawab terhadap kemampuan anak-anak membaca Alquran adalah keluarga,” ujarnya.

Karena itu, lanjut Juanda, pihaknya menyambut baik kurikulum bermuatan lokal yang dilahirkan MPD Aceh Tamiang. Sebab, kini tanggung jawab agar semua anak-anak di Tamiang bisa membaca Alquran bukan hanya milik Pemkab, tapi juga semua elemen masyarakat. “DPRK siap mendukung langkah ini,” ujar Juanda.(md)