Foto : masyarakat demo(suparmin) suara-tamiang.com, ACEH TAMIANG -- Masyarakat dari Kecamatan Bendahara dan Kecamatan Banda Mulia Kab...
Foto : masyarakat demo(suparmin) |
Pengunjuk rasa sempat saling dorong dengan petugas dari Polres dan Satpol PP ketika merangsek ingin memasuki kantor Bupati dengan tujuan agar mereka dapat bertemu langsung dengan kepala Daerah untuk menuntut janji terkait tanah miliknya dan milik orang tuanya yang diserobot PT RAPALA segera dikembalikan.
Para pengunjuk rasa juga menganggap Bupati Aceh Tamiang mandul dalam penanganan kasus sengketa tanah, sehingga sudah berjalan tiga tahun ini penaganan penyelesaiannya belum ada kejelasannya.
"Terhitung sejak tahun 1986 hingga sampai saat ini perselisihan sengketa lahan warga Desa Paya Rahat, Tengku Tinggi, Tanjung Lipat dan desa lubuk Aceh dengan PT Rapala tidak ada titik penyelesaiannya.
Pemerintah terus melakukan pembiaran dan bahkan Bupati terus menghindar tidak berani menemui pengunjuk rasa setiap kami melakukan demo", ungkap Koordinator pengunjuk rasa, M. Idris alias H.Agam dalam orasinya.
Pembiaran tersebut kata H.Agam merupakan bentuk tidak bertanggung jawabnya Pemerintah sehingga Bupati tidak berani nongol menemui pendemo.
Bupati Hamdan Sati juga dituding memihak kepentingan PT Rapala sehingga tega melihat rakyat tertindas dan terzalimi oleh PT Rapala.
Bahkan sejak masa lampau semasa rezim orde baru hingga sekarang, penindasan ala penjajahan tersebut kerap mereka terima.
"Orang tua kami telah dianiaya, ditangkap, diculik, dipenjara dan bahkan ada yang telah dibunuh. Sekarang malah saudara saudara kami sebanyak 12 orang ditahan oleh penegak hukum demi melindungi pemilik modal, dalam hal ini PT Rapala", ungkapnya.
Jika belum juga mendapatkan komitmen dan keputusan pasti dari Kepala Daerah, pengunjuk rasa mengancam akan menduduki Kantor Bupati hingga batas yang belum ditentukan.
Pantauan beritalima, usai melakukan orasi, para pengunjuk rasa membentang tenda untuk tempat duduk dan istirahat dihalaman Kantor Bupati.
pengunjuk rasa juga mempersiapkan diri untuk bermalam dilokasi halaman kantor Bupati dengan membawa bekal berupa beras serta kebutuhan lainnya termasuk peralatan memasak berupa dandang dan kuali besar.
Bahkan para pendemo menolak dengan tegas ketika Asisiten 1 Helmi, SE menemui untuk berdialog dengan mereka sembari mengucapkan ketidak percayaannya terhadap Asisiten 1.
Mereka para pengunjuk rasa tetap bersihkukuh ingin diterima langsung dan berdialog dengan Bupati Hamdan. (suparmin/beritalima)