Foto : Ilustrasi/tandan buah segar(TBS) suara-tamiang.com, ACEH TAMIANG -- harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Kabupaten Ac...
Foto : Ilustrasi/tandan buah segar(TBS) |
"Jadi harga TBS saat ini sudah berkisar Rp 650/kg di tingkat agen kampung," kata Basir, petani sekaligus agen sawit di Desa Rantau Bintang, Kecamatan Bandar Pusaka, Aceh Tamiang, kemarin.
Menurut Basir, kenaikan harga TBS kelapa sawit itu tidak signifikan, masih jauh dari harga yang diharapkan petani yakni Rp 1.000/kg. Artinya, meski faktanya harga TBS naik, tapi penaikan itu tidak begitu membantu petani khususnya petani yang memiliki lahan di daerah yang terisolir.
"Harga TBS Rp 650/kg belum dipotong biaya panen dan ngepok Rp 250, ditambah ongkos getek Rp 20.000/ton, sehingga sisa uang dari hasil penjualan TBS yang diterima petani nyaris dibagi dua dengan pengeluaran," kata Basir merinci.
Dia menambahkan, sebagai agen yang juga memiliki lahan pribadi, dia sangat paham dengan keluhan petani kelapa sawit.
"Harga di pabrik saat ini naik jadi Rp 920/kg, tapi itu belum termasuk potongan tonase dan ancaman susut waktu antre panjang di PKS. Namun begitu, tetap kami sesuaikan harganya dengan para pelanggan," sambungnya.
Harga Karet
Sem,entara itu, sejak harga getah karet terjun bebas dan bertahan murah dalam kurun dua tahun terakhir, seluruh petani karet di Aceh Tamiang kesulitan mencari penghasilan tambahan.
Hal itu juga dialami Cogih, seorang petani karet di kawasan hulu, persisnya di Desa Sekumur, Kecamatan Sekrak, yang merasa kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Sebab, kata Cogih, dari kebun karetnya yang tidak begitu luas, hasilnmya sekarang tidak bisa diandalkan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Saat ini mayoritas petani karet masih menelan pil pahit, harus melunasi utang terdahulu sewaktu harga getah stabil.
Di sisi lain, tidak sedikit kasus lahan petani yang disita oleh pihak perbankan karena pemilik tak mampu membayar kredit.
"Harga getah di tingkat agen pengumpul Rp 5.000/kg sudah bertahan selama dua tahun. Saat ini penghasilan dari penjualan getah hanya cukup untuk keperluan makan sehari-hari," katanya.
Cogih mengaku memiliki lahan karet seluas satu hektare. Namun akibat himpitan ekonomi, dia terpaksa menderes karet di kebun milik anaknya seluas 12,5 rante.
Mirisnya, pohon karet milik anaknya sejatinya belum layak dideres karena belum cukup umur. Tapi terpaksa, pohon karet yang masih "perawan" tersebut disayat batangnya supaya mengeluarkan getah guna menghasilkan uang.
Menurutnya, ada sekitar 270 pohon karet akan dideres terlalu dini. Usia tanaman baru sekitar enam tahun, jika dideres dampaknya akan merusak pertumbuhan tanaman, selain kandungan getahnya belum maksimal.
"Memang belum layak dideres, tapi tuntutan ekonomi harus didahulukan. Kalau kebiasaan petani di desa ini, minimal usia tujuh tahun baru bisa deres," kata Cogih. (ck05/medanbisnis)