Foto : Ilustrasi/google suara-tamiang.com, KARANG BARU -- Kasus dugaan kelalaian (malpraktik) terjadi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSU...
Foto : Ilustrasi/google |
Naas bagi Afrijal, baru dua hari dirawat, kondisinya bukan membaik, justru timbul penyakit baru. Pasalnya, sekujur badan ayah tiga orang anak ini menjadi bengkak-bengkak. Bahkan kandung kemih (bagian kemaluan) jadi membesar membuatnya tidak mampu berjalan.
Informasi dihimpun, korban sempat masuk IGD Jumat (18/9) akibat menderita sesak nafas, lalu ditangani dokter spesialis berinisial Ros.
Kemudian Afrijal dirawat di ruang Iskandar Muda dengan fasilitas BPJS.
Namun, tak berselang lama, pasien ini dipindahkan ke ruang Cut Meutia yang hanya dihuni dua orang pasien.
"Sesak nafas saya sudah hilang, kok jadinya datang bengkak. Gejala bengkak sudah terasa dari tadi malam pada saat habis infus ketiga.
Lalu saya minta kepada pihak tenaga medis untuk mencabut infus di tangan saya, tapi mereka justru menyarankan untuk pindah ruangan lain dengan alasan agar mendapat pelayanan lebih baik, tapi saya menolak," papar Afrijal Hutasuhut kepada MedanBisnis di ruang pasien Cut Meutia, Sabtu (19/9) sekira pukul 15.30 WIB.
Yang lebih menyedihkan, diceritakan Afrijal, kemarin malam tepatnya sekitar pukul 02.30 WIB saat infus habis, tidak ada perawat yang datang menggantinya, menyebabkan keluar darah dari selang infus.
Padahal sebelumnya keluarga sudah mengingatkan kepada perawat jaga untuk mengganti infus yang cairannya tinggal sedikit. Tapi jawaban salah seorang perawat "nanti saja karena belum habis.
Beruntung pasien terbangun dari tidur, langsung sadar botol infusnya sudah kering. Sementara darah dari tangan sudah naik ke selang infus, barulah perawat mengeceknya.
"Darahnya sampai berceceran di kasur saat diganti infus. Karena takut saya komplain, paramedis seperti merasa bersalah.
Dari situlah saya menduga sudah terjadi kelalaian. Mereka salah menyuntikkan obat melalui selang infus, sehingga efeknya tubuh saya menjadi bengkak," beber Afrijal.
Atas kejadian tersebut, Afrijal mengancam akan menuntut otoritas RSUD Aceh Tamiang jika tidak bertanggungjawab.
Menurutnya, pascakejadian muncul bengkak di sejumlah organ tubuhnya terasa kebas susah digerakkan. Pihak rumah sakit berulangkali menawarkan rujukan ke RS Adam Malik Medan, tapi ditolak.
"Kalau mau dirujuk ke Medan, saya siap, tapi hilangkan dulu bengkak di tubuh saya. Pihak RSUD Aceh Tamiang jelas bisa lepas tangan kalau saya bersedia dirujuk ke RS lain," tudingnya, sembari mengatakan dari pkul delapan malam sampai sore itu bengkanya belum hilang.
Pasien mengaku tidak mengenal persis dokter yang menyuntikkan obat untuknya. Namun begitu kejadian ini, banyak dokter yang datang ke ruangan tersebut untuk melihat keadaannya.
"Kata mereka, dokter akan memasang infus di tangan sebelah kanan serta menyuntik obat injeksi untuk penurun bengkak, tapi belum dilakukan sampai sekarang," tambah Afrijal.
Pengamatan MedanBisnis, separuh tubuh pasien mengalami bengkak yakni di bagian kaki, tangan dan wajah sebelah kiri. Yang lebih mencengangkan, organ yang menyatu dengan alat vital korban juga ikut bengkak. Bengkak juga sudah menjalar ke bagian telapak kaki sebelah kanan.
Pantauan lain, ketika itu Direktur RSUD Aceh Tamiang dr Lia Imelda Siregar tampak sedang berbincang serius dengan Kasie Pelayanan dan Etika serta sejumlah petugas medis di ruang inap Cut Meutia.
Tak lama berselang, dr Lia masuk ke ruangan pasien Afrijal Hutasuhut, tanpa didampingi paramedis, termasuk keluarga pasien juga diminta untuk keluar.
"Saya minta waktunya berdua untuk bicara sama pasien," ucap dr Lia yang saat itu mengenakan jilbab warna merah.
Setelah bicara empat mata dengan pasien Afrijal Hutasuhut sekitar 10 menit, dr Lia meninggalkan ruangan dengan membawa setumpuk kertas.
Kepada sejumlah wartawan, dr Lia menjelaskan, pihaknya akan melakukan upaya rujuk ke RS Adam Malik Medan. Sebab, baru-baru ini pasien atas nama Afrijal juga pernah dirawat di RS Adam Malik.
"Selain keterbatasan peralatan medis di RSUD Aceh Tamiang, berdasarkan hasil laborotarium dari RS Adam Malik tanggal 9 September 2015, keterangannya sebenarnya kondisi pasien memang belum full sehat, sehingga mesti dirujuk kembali," jelas Lia.
Disinggung soal dugaan salah suntik yang menyebabkan tubuh pasien bengkak, dr Lia mengakui ada kesalahan, namun saat akan dipasang infus untuk memasukkan obat injeksi agar bengkaknya bisa kempes, pembuluh darah pasien tidak ditemukan sehingga belum dilakukan upaya tersebut.
Menurutnya, pasien Afrijal Hutasuhut ditangani dokter Ros. Tapi yang bersangkutan sedang ada pelatihan sehingga digantikan dokter jaga pada Jumat malam itu.
"Yang menyuntik pasien dr Rina, atas intruksi dr Ros, sehingga tidak ada masalah soal penanganan. Berhubung dr Ros tidak ada di tempat sedang mengikuti pelatihan, maka posisinya boleh digantikan dokter jaga," jelasnya lagi.
Laporan terakhir diterima MedanBisnis, pada Sabtu malam sekira pukul 22.30 WIB, Afrijal sudah dirujuk ke RS Adam Malik Medan. (ck 05/medanbisnis)