suara-tamiang.com , KARANG BARU -- Warga transmigrasi di Dusun Alue Punti, Desa Paya Tampah, Kecamatan Karang Baru, Aceh Tamiang, Jumat ...
suara-tamiang.com, KARANG BARU -- Warga transmigrasi di Dusun Alue Punti,
Desa Paya Tampah, Kecamatan Karang Baru, Aceh Tamiang, Jumat (22/5) melaporkan
pada anggota Pansus DPRA Dapil VII soal kesulitan memperoleh air bersih dan
ketiadaan aliran listrik.
Pansus yang terdiri dari Rusli Tambi,
Zulfikar Lidan, Tgk Mahyaruddin Yusuf, Nurzahri, meninjau langsung proyek
pembangunan 40 unit pemukiman warga trasmigrasi tahun 2014 dengan anggaran
mencapai Rp 5,4 miliar. Selain melihat kondisi bangunan rumah, talud penahan
tebing rumah, jalan dan bak penampungan air, anggota dewan juga menyerap
keluhan warga transmigrasi.
Warga translok, Gersang (54) mengatakan,
masalah yang dihadapi saat ini ketiadaan air bersih dan ketiadaan penerangan
listrik serta beberapa jembatan kecil yang masih menggunakan batang pohon
kelapa. Begitu juga dengan kondisi jalan tanjakan di bukit ragu-ragu agar
dikeruk dan dilebarkan lagi, sehingga mudah didaki kenderaan warga. “Memang ada
dibangun waduk untuk menampung air, namun airnya tidak dapat digunakan untuk
minum karena kotor, warga hanya mengguankan untuk mencuci,” ujarnya.
Untuk kebutuhan minum, warga mengambil air
di hutan yang jaraknya sekitar 2 km dari pemukiman penduduk itu. Selain itu,
juga ada warga terpaksa membeli air ke Desa Bandung dengan harga Rp
8.000/liter. Diakui warga untuk penerangan mushalla ada satu unit genset yang
dibantu oleh seseorang.
Sementara itu, anggota Pansus Nurzahri
mengaku kecewa sekali melihat bangunan rumah transmigrasi yang tak diplaster,
tapi dipasang batako. Selain itu, talud penahan abrasi yang roboh. “Anggaran
pembangunan rumah Rp 60 juta kenapa digunakan batako, kalau sekarang harga
standar rumah tipe sederhana Rp 70 juta kenapa tidak ditambah anggarannya
sehingga bangunan rumah dapat diplaster dan terlihat indah,” ujarnya.
Kepala Seksi sarana dan Prasarana Dinas
Sosial dan Transmigrasi Aceh, Makmun didampingi Kabid Transmigrasi Tamiang,
Tantowi Nawawi mengatakan, pembangunan pemukiman transmigrasi berbeda dengan
proyek pembangunan lain. Katanya, rumah yang dibangun di tengah hutan dengan
akses mengangkut material berjarak 35 kilometer dengan kondisi jalan rusak dan
berbukit.
Mengenai talud penahan
tanah yang ambruk disebabkan tingginya curah hujan pada Januri lalu, sehingga
tidak sanggup menahan tekanan dari atas bukit. Tahun ini bukit yang dijadikan
jalan menuju pemukiman transmigrasi akan dilebarkan kembali. (Saiful Alam,
SE/stc).