HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Ketika Hidup Bertumpu pada Tumpukan Sampah

suara-tamiang.com, ACEH TAMIANG -- Ada ungkapan, hidup butuh perjuangan. Namun perjuangan bukan sekadar untuk bisa bertahan hidup, akan ...

suara-tamiang.com, ACEH TAMIANG -- Ada ungkapan, hidup butuh perjuangan. Namun perjuangan bukan sekadar untuk bisa bertahan hidup, akan tetapi harapan memperoleh hidup yang nyaman dan berkecukupan tanpa harus meletakan tangan di bawah.

Meski pekerjaan setiap hari mengumpulkan barang bekas seperti botol, dus dan plastik bekas, dijalani dengan iklas oleh Marlina (28), warga Kampung Benua Raja, Kecamatan Rantau.

Baginya, mengumpulkan barang bekas tetap sebuah profesi yang harus dijalani sepanjang hasil, yang perolehnanya halal menurut agama.

Rutinitas tiap hari Marlina, dari pagi hingga sore, adalah bergelut dengan barang bekas di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Kampung Durian, Rantau, Aceh Tamiang. Dari tumpukan sampah, dia menumpukan hidup dan ekonomi rumah tangganya.

Terkadang di tengah terik matahari atau hujan, dia tetap bekerja. Seakan tak ada rasa lelah terlihat di raut wajahnya.

Bahkan bagi Marlina, tidak pernah ada istilah sungkan dan malu menjalani pekerjaan sebagai pemungut barang bekas.

Sekian banyak truk pengangkut sampah yang keluar masuk lokasi pembuangan akhir, bagi Marlina adalah kesempatan untuk mendapatkan barang bekas yang masih bernilai.
Dari tempat itu dia mampu mengumpulkan tiga hingga empat karung plastik bekas seberat 4 kg setiap hari.

Selain plastik, barang bekas lain seperti besi, dus atau karton serta fiber, juga dipungut. Meski jika dihitung penghasilannya tak banyak, hanya sekira Rp 20.000/hari.

"Setiap minggu pengepul barang datang membeli, jadi seminggu sekali terima uang hasil penjualan," ungkap Marlina, seraya mengaku penghasilannya dipergunakan untuk tambahan kebutuhan rumah tangga.
Sekilas Marlina menuturkan kisah hidupnya hingga kini jadi pengumpul barang bekas.

Dimasa kecilnya dulu, faktor ekonomi menjadi kendala sehingga dirinya hanya mengecap pendidikan sekolah dasar.

"Saya bisa membaca dengan lancar, cuma kalau berhitung dengan cepat, kurang bisa," aku perempuan yang baru menikah beberapa bulan lalu.

Dia melakukan pekerjaan itu bersama sang ibu, karena tidak memiliki modal untuk usaha serta tidak memiliki keahlian khusus, sehingga harus bekerja memungut barang bekas.

"Berkisar 14 tahu, setiap hari harus berjibaku dengan sampah," tutur Marlina sambil mengusap keringat yang menempel di wajahnya.

Dihadapkan dengan kondisi sekarang ini, Marlina tetap bersyukur dan bahagia. "Abang (suaminya) kan juga kerja membuat batu nisan di salah satu industri sekitar sini.

Ya Alhamdulillah untuk hidup berdua cukuplah," ucapnya sambil terus mengorek tumpukan sampah, mencari barang bekas yang bisa diambil dan dijualnya. (indra/stc)

Foto : MEMUNGUT BARANG BEKAS Marlina memungut barang bekas di TPA sampah Kampung Durian, Rantau, Aceh Tamiang. Pekerjaan mengumpulkan barang bekas dijalani dengan iklas oleh Marlina.