HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Dongeng Pemko Langsa Melestarikan Hutan Manggrove

Foto : dapur arang di gampong sungai pauh langsa (saiful alam/stc)  suara-tamiang.com, LANGSA -- Disaat gencar gencarnya Pemerintah Ko...

Foto : dapur arang di gampong sungai pauh langsa (saiful alam/stc) 
suara-tamiang.com, LANGSA -- Disaat gencar gencarnya Pemerintah Kota (Pemko) Langsa merawat hutan manggrove agar asri memiliki luas area hutan kurang lebih 9 hektar dengan giatnya dilakukan penanaman kembali manggrove ini dinilai hanya sebuah kamuflase Pemerintah Kota saja, pasalnya hingga saat ini perambahan hutan mangrove masih merajalela yang terkesan dilndungi.

Kenyataannya saat ini penebangan hutan mangrove (bakau) semakin menggila, yang terlihat di sejumlah titik dimana dengan menjamurnya dapur-dapur arang berbahan dasar kayu bakau, yang ditebang secara membabi-buta  di daerah pesisir Gampong Sungai Pauh, Kec. Langsa Barat, Kota Langsa. 

Begitupun, aksi serupa juga dilakukan di Gampong Meurandeh, Kec. Manyak Payed, Aceh Tamiang yang berbatasan langsung  dengan Langsa.

Salah seorang warga perambah hutan bakau berinisial D, kepada wartawan, Kamis (7/5), secara buka-bukaan mengatakan, setiap harinya menebang pohon bakau itu. 

" kita harus menebang bakau demi menghidupi keluarga dan kita sadar sekali tindakan ini bukan hal yang benar."

"Terpaksa kami tebang hutan bakau demi keluarga dan sejengkal perut saja bukan cari kaya," ungkapnya yang enggan menyebutkan jati dirinya.

Lebih lanjut dia mengungkapkan, dalam operasi kesehariannya bermodalkan perahu dengan ukuran 4 x 5 M menyisir tepian alur untuk menebang kayu bangka di wilayah pesisir Langsa maupun Manyak Payed, Aceh Tamiang.

"Dalam satu perahu  kita bisa memuat sekitar 80 batang kayu bangka dengan  puluhan orang menggunakan perahu bermesin ikut  merambah hutan mangrove di pesisir ini."

Dapat diperkirakan dalam setiap hari ratusan  batang kayu bakau ini habis dibabat para perambah liar yang sejauh ini belum ada regulasi dari Pemko Langsa dalam menyiasati agar warga memiliki pekerjaan alternatif. 

Ikhwal semakin memperburuk keadaan menyusul Pemko Langsa di bawah kepemimpinan Usman Abdullah bagai tak menghirau untuk membuka lapangan pekerjaan buat warganya.

"Seharusnya Pemko memberikan lahan pekerjaan lainya agar kami bisa dapat bekerja lain tanpa harus menebang hutan bakau, karena kita juga tidak tahu harus menitipkan apa untuk anak cucu bila hutan mangrove kita habisi," imbuhnya.

Tambahnya lagi, kita tidak tebang kayunya saja melainkan juga hingga akarnya karena nilai jualnya mahal ketimbang batangnya.

Sementara itu dapur arang juga tumbuh subur di wilayah pesisir Gampong Lhokbani, Gampong Sungai Pauh, Gampong Alue Berawe, Gampong Sungai Lueng, Gampong Cinta Raja, hingga ke Gampong Meurandeh, Aceh Tamiang, dan ini menandakan bahwa bisnis kayu arang berbahan bakau ini lancar di pasaran, dan untuk harga jualnya dari para perambah dalam 1 batang ukuran kecil Rp. 500 dibayar agen penampung arang membelinya dengan harga Rp. 3000/kg.

"Dapur-Dapur Arang yang tak ‎ terhitung lagi jumlahnya itu, berkapasitas produksi minimum satu ton/hari arang yang dihasilkan,‎" jelasnya.

Dalam bisnis dapur arang diduga kuat juga sang pemiliknya ada oknum Geuchik dan juga ada anggota DPRK Langsa, maka bisnis arang ini sepertinya tak tersentuh pihak berwajib dan pemerintah diam 'seribu bahasa'.

"Ditengah menggalakkan penanaman mangrove oleh Pemko Langsa, disatu sisi penebangan liar hutan mangrove juga tak mampu dibendung oleh Pemko dan ini hanya kamuflase Pemko saja untuk mendapatkan anggaran dari APBN," ujar warga tersebut.

Secara terpisah Kepala Dinas Kelautan Dinas Kelautan Perikanan dan Pertanian (DKPP) Kota Langsa, Ir Nasrullah A Jalil, yang ditemui wartawan mengatakan, tidak menanpik masih adanya penebangan liar dan kita selaku dinas yang ditujuk oleh pemerintah tetap melakukan pelestarian hutan mangrove di Kota Langsa.

Terkait pembalakan liar,"Kita tetap antisipasi dengan mengerahkan Polhut, unsur polres," ujar Nasrullah. (saiful alam/stc)