HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Derai Cemara Nyanyian Sunyi Hutan Kota

suara-tamiang.com, BANDA ACEH -- Senja rebah di batas cakrawala. Semburat warna jingga memantulkan keelokan muara tempat pepohonan bakau...

suara-tamiang.com, BANDA ACEH -- Senja rebah di batas cakrawala. Semburat warna jingga memantulkan keelokan muara tempat pepohonan bakau (mangrove) menancapkan akarnya. Angin sore membelai lembut siapa saja yang datang. 
Derai-derai cemara adalah nyanyian hutan kota yang membentang di Desa Tibang, Banda Aceh. 

Hutan seluas 7,15 Ha dengan seratusan jenis tetumbuhan itu kini menjadi pilihan favorit sebagian warga melepaskan penat. Lari dari hiruk pikuk kota yang seakan tak pernah tidur.

Kekayaan flora berupa tumbuhan pesisir sebagai magnet utama, telah mengundang spesies lain yaitu kawanan burung. 

Hutan yang dulunya merupakan lahan tidur itu lahir tatkala Aceh dipimpin Gubernur Irwandi Yusuf. 
Pencetus program moratorium logging ini bersama para pihak menasbihkan trembesi (Samanea Saman) dan tanaman sejenisnya, seperti cemara laut, ketapang, waru, glumpang, dan kelapa yang merupakan tanaman khas hutan tropis sebagai penghuni utama hutan kota. Tempat pembibitan pun siap menyemai benih-benih baru untuk menghijaukan kota itu.

“Saya bersama kawan-kawan sepulang kuliah sering kemari. Anginnya itu membuat nyaman dan bikin enggan pulang,” terang Syaridah (20) mahasiswi Jurusan Tata Boga FKIP Unsyiah Banda Aceh dengan senyum merekah.

Ia datang bersama temannya Suci (20) yang juga menjadi mahasiswi dari kampus yang sama serta berasal dari kota yang sama pula, Aceh Tamiang. Sore itu Syaridah terlihat menikmati semilir angin sambil memetik gitar. 

Ia duduk lesehan di tepi jembatan dengan kaki menjuntai ke hutan bakau yang bermuara ke pantai Alue Naga, Syiah Kuala.  

Jembatan berbentuk huruf L itu menjadi tempat mainstream bagi pengunjung, khususnya bagi mereka yang ingin berfoto ria. 

Tak hanya para selfie mania, para fotografer profesional pun kerap menjadikan lokasi itu untuk hunting foto. Spot jembatan berlatar hutan bakau juga menjadi setting favorit dalam pembuatan video klip tembang-tembang daerah. 

Jika akhir pekan tiba, warga yang ingin berlari pagi sudah wara wiri sebelum hutan kota dibuka yaitu antara pukul 09.00 WIB-18.30 WIB.   

Hutan Kota Tibang dilengkapi dengan fasilitas pendukung. Sebut saja keberadaan tempat sampah yang dikelompokkan dalam sampah kering dan basah mudah ditemukan di mana saja, toilet, hingga tempat perpustakaan anak. 

Dengan kekayaan tumbuhan di dalamnya, Hutan Kota Tibang pun tak ayal menjadi ‘laboratorium’ bagi para siswa dan mahasiswa di kota itu.

Menurut juru bicara Koalisi Peduli Hutan Aceh (KPHA), Effendi Isma SHut Banda Aceh perlu menambah titik-titik hijau di jantung kota. 

Sehingga warga tak perlu jauh-jauh datang ke Hutan Kota Tibang untuk sekedar menghirup udara segar dan menatap hijau pepohanan.Keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) menurut Effendi harus terintegrasi dengan tata kota.

“Selain menambah spot-spot hijau di tengah kota seperti di Kawasan Peunayong ataupun Pasar Aceh, masyarakat perlu dibudayakan agar tidak sekedar menjadi penikmat tapi juga harus mempunyai rasa memiliki,” ulas Effendi. (nurul hayati/serambinews)

Foto : Ilustrasi/kompas.com