HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Master Limbad Tinjau Potensi Giok Gayo

suara-tamiang.com , TAKENGON  - POPULARITAS batu giok Aceh bukan hanya memikat para kolektor batu mulia lokal, tetapi juga Master Limbad....

suara-tamiang.com, TAKENGON - POPULARITAS batu giok Aceh bukan hanya memikat para kolektor batu mulia lokal, tetapi juga Master Limbad. Pesulap yang menyandang gelar Master Magician kelahiran Tegal, Jawa Tengah, 6 Juli 1972 ini bahkan meninjau langsung potensi giok hingga ke pedalaman Aceh, tepatnya ke Aceh Tengah.
Diam-diam, mentalis kondang ini Kamis (8/10/2015) berkunjung ke Kampung Lumut, Kecamatan Linge, Aceh Tengah. Setelah Nagan Raya, nama Aceh Tengah memang semakin melambung sebagai lumbung batu mulia tersebut. Sampai-sampai jenis giok yang terdapat di sini pun dinamakan giok lumut. Klop dengan warnanya yang memang hijau lumut.
Tapi varian giok di sini bukan cuma nefrit jenis lumut. Ada juga idocrase dengan varian solar, biosolar, dan biosolar super. Di antara batu mulia itulah yang ingin dilihat langsung oleh Limbad, Kamis lalu.
Kehadiran Master Limbad di Dataran Tinggi Gayo ini mengundang perhatian publik, meski awalnya mereka tak menyangka bahwa pria berikat kepala dan mengenakan kalung serta cincin besar di jemari kedua tangannya itu adalah Limbad. Tapi wajah seramnya yang begitu populer di televisi, membuat sosok misterius ini mudah dikenali sebagai Limbad.
Cuma, penampilannya kali ini sedikit berbeda dengan yang biasa terlihat di televisi. Kali ini, Limbad mengenakan sepatu boot yang bercak lumpurnya terlihat jelas. Lumpur yang menempel di sepatunya ternyata berasal dari lokasi penambangan dan pencarian giok di Kampung Lumut, Linge. Ia ke sana untuk melihat langsung lokasi tempat pengambilan bongkahan batu giok.
Kabar tentang kehadiran pesulap kondang ini ke kota dingin Takengon, hanya diketahui segilintir orang. Ia datang difasilitasi Gayo Gemstone Community (GGC) dan bertemu dengan sejumlah pecinta batu mulia di Gayo. Pertemuan itu berlangsung di HR Cafe, Takengon.
Limbad yang didampingi sejumlah rekannya tiba di HR Café sekira pukul 21.00 WIB. Suami Susi Indrawati ini langsung menyapa ramah sejumlah warga yang sedang santai mengopi di HR Café, termasuk Ketua GGC, Kamal Bahagia, Kadis Peternakan dan Perikanan Aceh Tengah, Drh Rahmandi, serta sejumlah pecinta batu giok.
Satu per satu warga yang sudah menunggunya disalami Limbad. Tapi, seperti biasa, pesulap yang sudah teken "kontrak bisu" dengan sebuah stasiun televisi nasional ini, tak bersuara. Ia hanya tersenyum dan sesekali manggut-manggut saat berbisik dengan rekannya.
Yang menjadi juru bicaranya dalam pertemuan itu adalah Ketua Asosiasi Petani Palawija dan Holtikutura Aceh, H Basri yang sebelumnya ikut mendampingi Limbad ke Kampung Lumut.
Ketika ditanya Serambi apa tanggapan Limbad mengenai batu giok Gayo, ia hanya tersemyum tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Lalu ia berbisik kepada H Basri yang duduk tepat di sampingnya.
"Seperti kita ketahui, Master Limbad ini jarang berbicara dan saya akan menjawab semua pertanyaan Saudara-saudara. Untuk batu giok Gayo, menurut Limbad, good," ungkap H Basri diiringi Limbad dengan acungan jempol.
Menurut H Basri, kunjungan Limbad ke Lumut, hanya sekadar jalan-jalan biasa untuk melihat kawasan Lumut yang makin sohor di tingkat nasional sebagai penghasil batu mulia. "Tujuan kami, untuk melihat apa sih giok ini. Dan bagaimana potensi, termasuk kualitasnya," ungkap Basri mewakili Limbad.
Basri mengusulkan agar deposit giok di Gayo tidak ditambang secara besar-besaran karena harus disisakan untuk anak cucu. Ia khawatir, jika eksploitasi giok di Tanah Gayo itu tak terkendali, maka suatu saat batu giok Gayo hanya tinggal nama dan cerita. "Jangan karena batu ini mahal, maka semuanya habis diambil tanpa ada yang ditinggalkan untuk anak cucu," ujarnya sembari disambut Limbad dengan senyuman.
Pertemuan komunitas gemstone Gayo dengan pesulap kondang ini hanya sekitar 30 menit. Selebihnya, sembari berfoto dengan warga yang duduk di kafe tersebut, Limbad sempat menyeruput segelas kopi. Bahkan ketika dihidangkan kopi espresso tanpa gula, Limbad terlihat meringis lantaran meminum kopi pahit khas Gayo.
Tak lama kemudian, Limbad langsung meninggalkan Takengon, di tengah guyuran hujan gerimis menuju Banda Aceh untuk seterusnya kembali ke Jakarta.
Sebelum pulang, Limbad kebanjiran hadiah batu giok dari sejumlah penggemarnya di Takengon.
Karena harus konsisten berperan "bisu", sulit untuk mengorek langsung dari Limbad apa tujuan sebetulnya ia ke Takengon. Tapi yang pasti, ayah tiga anak ini sudah mendapatkan dua pesona Tanah Gayo sekaligus, yakni kopi arabika yang telah mendunia serta batu giok yang kini sedang naik daun. (mahyadi/serambi)