suara-tamiang.com , SIGLI - Milad Ke-38 Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang diperingati Kamis (4/12) kemarin oleh eks kombatan dan para simp...
suara-tamiang.com, SIGLI - Milad Ke-38 Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang diperingati Kamis (4/12) kemarin oleh eks kombatan dan para simpatisan GAM yang elitenya sudah memilih berdamai dengan Pemerintah RI tahun 2005, berlangsung aman dan tertib di sejumlah kabupaten/kota di Aceh. Namun, aparat TNI dan Polri sempat menyita 30 bendera Bintang Bulan yang dikibarkan di Pidie dan 29 lembar di Aceh Jaya.
Dari hasil patroli gabungan TNI/Polri di Kabupaten Pidie kemarin ditemukan 30 lembar bendera Bintang Bulan. Bendera ini dulunya bendera separatis GAM, namun tahun lalu secara aklamasi ditetapkan DPR Aceh sebagai Bendera Aceh. Cuma, Kemendagri masih keberatan menyetujui bendera itu sebagai Bendera Aceh.
Bendera-bendera yang disita pada Kamis (4/12) dini hari di wilayah Pidie itu tersebar di lima wilayah. Paling banyak ditemukan di Gampong Rawa, Kota Sigli, mencapai 18 lembar.
Di daerah berawa ini aparat menemukan bendera yang diikatkan pada dahan beberapa pohon bakau. Empat lainnya di Kecamatan Kembang Tanjong, disangkut di pohon kawasan Desa Mee dan Desa Unoe, masing-masing satu lembar. Bendera Bintang Bulan juga ditemukan dua lembar di salah satu sekolah kawasan Paloh, Pidie. Tiga lembar lainnya ditemukan di Kecamatan Glumpang Baro.
Kapolres Pidie, AKBP Sunarya SIK melalui Kasat Reskrim AKP Ibrahim SH kepada wartawan menyebutkan, patroli ini sudah dilakukan lima hari sebelumnya. “Polres, Kodim, dan masyarakat Pidie sudah punya komitmen bahwa tidak boleh menaikkan bendera Bintang Bulan di wilayah Pidie,” ujar AKP Ibrahim.
Patroli gabungan itu berjumlah 30 orang, dibagi menjadi empat regu. Tim ini turun ke semua desa di Pidie melakukan patroli menjelang peringatan milad GAM pada 4 Desember 2014.
Tim sudah turun sejak lima hari lalu, namun bendera Bintang Bulan baru ditemukan pada Kamis (4/12) dini hari. Polisi menduga, pengibarannya dilakukan diam-diam malam hari.
Pada saat aparat menemukan bendera “kontroversial” itu dinaikkan, keuchik desa itu ditanyai. “Kita koordinasi dengan keuchik. Mereka pun tidak tahu siapa yang menaikkan. Lalu masyarakat minta pada kita untuk mengamankan bendera tersebut,” jelas Ibrahim.
Hingga kemarin sore, tim gabungan masih melakukan patroli ke seluruh Pidie. “Kita harap masyarakat melaporkan jika menemukan bendera Bintang Bulan dinaikkan,” kata Ibrahim.
Bendera Bintang Bulan juga berkibar di beberapa titik dalam wilayah Aceh Jaya kemarin. Di Lamno, Indra Jaya, dan Kecamatan Pasie Raya, berkibar 29 lembar bendera tersebut. Tapi seluruhnya telah diamankan oleh aparat Polri dan TNI sekitar pukul 05.00 WIB dini hari.
“Bendera tersebut dikibarkan di beberapa tempat oleh seseorang yang tak dikenal saat menjelang milad GAM pada malam harinya. Sejumlah barang bukti sudah kita amankan di Mapolsek Jaya dan Teunom,” kata Kapolres Aceh Jaya, AKBP Abdul Azas Siagian kepada Serambi.
Menurutnya, penyitaan bendera Bintang Bulan itu bermula dari laporan masyarakat bahwa di beberapa pinggir jalan, bendera berkibar. Anggota Polsek dan Koramil langsung bergerak untuk menyita. Di puncak Gunung Geurutee, di Km 64 hingga Km 69, ditemukan bendera Bintang Bulan tersebut berjejer. Bendera serupa juga berkibar di Desa Meudheun, Sapek, Desa Gle Putoh, Desa Meunasah Weh, dan Desa Lhuet, Kecamatan Jaya. Juga di Desa Babah Dua, Kecamatan Indra Jaya dan kawasan Desa Tuwi Kareung, Kecamatan Pasie Raya.
Para jurnalis yang melakukan peliputan di Lamno sekitar pukul 04.00 WIB kemarin menyesalkan tindakan oknum kepolisian. Pasalnya, oknum tersebut menghalang-halangi tugas wartawan dengan cara menepiskan kameranya saat hendak mengabadikan gambar bendera Bintang Bulan yang diturunkan di Babah Dua, Kecamatan Indra Jaya.
“Seharusnya polisi tidak melarang kita yang sedang bertugas, sehingga kami terpaksa mengambil gambar secara diam-diam saat penurunan bendera di Desa Babah Dua. Salah satu oknum polisi menepis kamera kami, saat kami sorot ke bendera Bintang Bulan. Akibatnya, kami tak bisa mengambil gambar bendera tersebut secara sempurna,” kata Syarkawi, jurnalis TVOne kepada Serambi.
Kapolsek Jaya, Aceh Jaya, Ipda Hamdan yang dikonfirmasi Serambi membantah jika ada oknum polisi yang menghalang-halangi wartawan saat peliputan di Lamno. “Mana ada kita halangi,” tukas Ipda Hamdan.
Sementara itu, peringatan Milad Ke-38 GAM di Banda Aceh yang dipusatkan di Mes Wali Nanggroe, kawasan Lamteumen Timur, Kecamatan Jaya Baru, berlangsung sederhana. Ditandai dengan pemberian santunan kepada 60 anak yatim dan 20 penyandang disabilitas. Prosesi peringatan tanpa pengibaran bendera itu juga diiringi doa bersama.
Hadir dalam peringatan itu, Gubernur Aceh, dr Zaini Abdullah yang memberikan kata sambutan. Terlihat sejumlah ulama besar Aceh, seperti Abu Tumin, Abu Paya Pasi, dan Waled Marhaban. Hadir juga sejumlah Anggota DPRA, kepala Satuan Kerja Perangkat Aceh (SKPA) serta seratusan mantan kombatan GAM. “Hari ini, 4 Desember, merupakan hari bersejarah bagi Aceh. Bertepatan dengan tanggal ini pendeklarasian perjuangan GAM oleh Paduka Yang Mulia, almarhum Dr Tengku Hasan Muhammad di Tiro. Meski saat ini kita sudah damai, tapi masih banyak tugas yang belum diselesaikan,” sebut Zaini.
Menurutnya, dampak dari konflik Aceh yang berkepanjangan banyak anak-anak yang menjadi yatim serta istri yang menjadi janda. Banyak pula yang fakir miskin. “Ini harus menjadi prioritas kita ke depan untuk menyejahterakan mereka,” ujar Gubernur Aceh itu. Dalam usianya yang sudah 74 tahun, Zaini mengatakan bahwa ia juga ingin berbuat yang terbaik bagi masyarakat Aceh.(aya/mir/c45/serambinews)
Teks Foto : Gubernur Aceh, dr Zaini Abdullah bersama ulama kharismatik Aceh, Abu Tumin, Abu Paya Pasi, dan Waled Marhaban menyerahkan santunan kepada 60 anak yatim dan 20 penyandang disabilitas saat memperingati Milad Ke-38 GAM di Mes Wali Nanggroe, kawasan Lamteumen, Jaya Baru, Banda Aceh, Kamis (4/12). SERAMBI/BUDI FATRIA.