suara-tamiang.com , KARANG BARU — Hujan berkepanjangan selama dua minggu terakhir ini, menyebabkan Daerah Aliran Sungai (DAS) Aceh Tamia...
suara-tamiang.com,
KARANG BARU — Hujan berkepanjangan selama dua minggu terakhir ini,
menyebabkan Daerah Aliran Sungai (DAS) Aceh Tamiang (Atam) meluap,
tercatat 9.000 jiwa penduduk dari 50
Desa di 9 kecamatan diterjang arus bah
DAS Atam, bertahan dan makin bertambah
di camp-camp pengungsian hingga pukul 21.53 Wib tadi malam.
Kecamatan terkena terjangan air bah DAS Atam antara lain, Kecamatan
Tamiang Hulu, Tenggulun, Bandar Pusaka, Sekrak, Rantau, Manyak Payed, Banda
Mulia, Kota Kualasimpang serta Karang Baru. Kondisi terparah dirasakan
masyarakat wilayah kecamatan Tenggulun, Tamiang Hulu dan Bandar Pusaka
ketinggian air mencapai 2 - 3 meter.
“Kita terus berupaya mengevakuasi dan memantau mobile masyarakat, sejak tanggal 17 sampai 22 Desember, Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sudah mendirikan 9 tenda darurat, tersebar
di beberapa titik rawan. Kecuali itu, kita masih keterbatasan peralatan dalam
menyikapi bencana ini,” tegas Jalaluddin, Kepala BPBD Kabupaten Atam kepada STC.
Masih Jalaluddin, meski dengan berbagai keterbatasan. Pihak BPBD Atam
24 jam nonstop terus bergerilya menyatroni
penduduk untuk mengevakuasi mereka ditempat-tempat yang sudah disediakan oleh
BPBD, meski dengan segala keterbatasan peralatan apa adanya.
Labih jauh dikatakan, pihak BPBD bekerja dengan Instansi dan institusi
terkait dalam menanggulangi dampak dari bencana banjir tersebut. Seperti
Dinsos, SAR, Tagana, RAPI, TNI dan Polri, menyebar serta membaur untuk memberikan
pertolongan kepada masyarakat.
Warga Mulai Kelaparan
Hingga laporan ini diturunkan, warga yang bertahan di camp-camp
pengungsi mulai kelaparan, mengingat bantuan dari pemerintah sudah terhenti.
Wabah penyakit sudah mulai menyebar, hasil refortase STC, tidak melihat adanya
paramedis bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat.
“Kami sudah kehabisan makanan, beberapa hari lalu kami masih menerima
bantuan makanan dari pemerintah, tapi sekarang sudah tidak ada lagi. Untuk
mengisi perut, kami disini mamasak apa saja yang bisa dinamakan, untuk menahan
rasa lapar,” ujar Keliwon (50) warga Rongoh.
Kelaparan tidak dirasakan oleh warga Rongoh saja, tetapi juga
dirasakan di camp-camp pengungsi lainnya, seperti di Jambo Rambong, Wono Sari,
Serba, Rantau Panjang. Rata-rata mereka bertahan dib alai desa dan rumah-rumah
penduduk yang tidak terkena banjir.
Jalaluddin mengakui, kalau stok bahan makanan sudah habis di
pemerintahan. Tapi pihak Pemkab Atam terus berupaya meminta bantuan kepada
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Pusat untuk menyalurkan bantuan
makanan ke Pemkab Atam, agar masyarakat tidak kekurangan makanan.
“Saya sudah berkoordinasi dengan bapak Bupati, untuk mengurus
administrasi system pengambilan bahan makanan di BNPB Pusat. Ini sudah kita
lakukan, tinggal menunggu jawaban dari pihak BNPB dan menjadwalkan pengiriman
bahan makanan ke Atam.” Keta Jalal.
Teks foto : Banjir di desa Rongo kecamatan Tamiang Hulu capai 3 meter (syawaluddin/stc)