HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Aceh Tamiang Dikepung Banjir, 15 Desa Terendam Air

suara-tamiang.com , KARANG BARU -- Sedikitnya 15  desa dari 8 kecamatan dalam wilayah Kabupaten Aceh Tamiang (Atam) dikepung banjir. Akib...

suara-tamiang.com, KARANG BARU -- Sedikitnya 15  desa dari 8 kecamatan dalam wilayah Kabupaten Aceh Tamiang (Atam) dikepung banjir. Akibat curah hujan melewati ambang batas normal selama sepekan terakhir ini.

Dari 8 kecamatan, Banjir di Tamiang terjadi di Kecamatan Bandar Pusaka, Rantau, Seruway, Banda Mulia, Manyak Payed, Karang Baru Taming Hulu dan Tenggulon. Sedikitnya 15 desa dikepung air bah (banjir kiriman), mereka rata-rata saat ini bertahan di camp pengungsian.

"Kami disini mulai beratahan di tenda-tenda darurat, seperti yang anda liat, apa adanya. Saya kira tidak layak, tapi kami harus bagaimana, mau kemana manapun kami tak bisa," kata Jumiran warga desa rongoh penuh harap.


Pemkab Harus Tanggap

Refortase STC, bersama Juanda, SP salah satu Pimpinan  DPRK Atam, dari partai PAN. Menemukan  sejumlah anak-anak mulai diserang penyakit perut kembung, demam, gatal-gatal. Dikawatirkan, jika tidak ditangan secara signifikan, akan menjadi wabah.

Juanda menegaskan, pihak eksekutif seharus cepat tanggap dengan kondisi prost major seperti dihadapi masyarakat saat ini. BPBD dan dinas Sosial harus segera bertindak, untuk urusan kemanusiaan.

Itu, baru Jumiran. Masih banyak Jumiran-Jumiran lain, butuh pertolongan dalam wilayah kabupaten Atam, terhadap mereka yang terkena musibah banjir.

Dia menambahkan, apalagi, Atam merupakan salah satu Kabupaten siaga bencana (tanggap darurat nasional), mengingat eskalasi banjir diwilayah ini tertinggi di Aceh.

Menurut Juanda, Anggaran Pembangunan dan Belanja Kabupaten (APBK) Atam, tidak disalurkan ke fisik-fisik saja, melainkan harus menyentuh ke akar rumput (Rakyat Kecil), sebab sendi-sendi ekonomi suatu pemerintah berangkat dari bawah keatas, bukan dari atas kebawah.

Saluran irigasi sangat bermanfaat bagi kehidupan rakyat kecil, disamping untuk kebutuhan pertanian, juga mampu mengurangi efek banjir, sebagai penampung air bah. Memang terlihat sepele, akan tetapi itu semua sangat signifikan.

"Saya tidak katakan 15 desa terendam, itu hasil refortase media yang meliput langsung. Tapi saya lihat dengan mata saya, banyak masyarakat, bertahan, saat ini. Di tenda-tenda darurat. Saya berharap pemerintah cepat merespon dan menanggapi keluhan derita masyarakat hari ini," tegas Juanda.


SaR Siaga Satu

Sementara Search and Rescue (SaR) Atam sudah bergelut sejak Jumat lalu, mereka membawa peralatan pertolongan bagi kepentingan masyarakat. Agaknya tim SaR sudah siap tempur saat masyarakat membutuhkan pertolongan.

"Kita sudah siaga satu, melihat dan memantau kemungkinan-kemungkinan bakal terjadi dari efek ujan berkepanjangan ini, saya sudah perintahkan seluruh staf SaR siaga satu dalam menghadapi banjir ini," tegas Saiful Sahputra, ketua Tim SaR Atam.


Bencana Itu Kita Undang

Sementara Anggota DPRA, dari Partai Nasdem,  Zulfikar ZB  Lidan menegaskan, kalau bencana banjir Atam adalah bencana yang diundang oleh manusia,  bukan datang dari Tuhan.

Dia merincikan, berapa banyak balakan liar terjadi di Aceh Tamiang, Aceh Timur, Aceh Utara dan Aceh-aceh lainnya. Adalah bagian penyebab bencana di Aceh, khususnya Aceh Tamiang.

"Berapa juta batang, tegakan hutan di balak, dialih fungsikan (konversi) menjadi perkebunan kelapa sawit, juntrungnya membuka bentangan hutan. Notabenenya untuk resapan air, hari ini, gundul. Bencana tanah longsong terjadi, seperti terjadi hari ini disebagian wilayah Aceh, terutama Aceh Tamiang, bukankah kita yang mengundang banjir itu datang?," tegas Cicik, sapaan akrab zulfikar.  

Dia menambahkan, keseimbangan lingkungan harus terjaga dengan baik, sebab jika mata rantai ini terputus, akan berdampak kepada bencana. Karena bagian dari siklusnya sudah berkurang.

Cicik mengajak, agar peran aktif masyarakat untuk menjaga hutan, tak terkecuali mereka para pembalak. Hentikan kegiatan menebang hutan. Masih banyak kegiatan yang mendatang ekonomi.

"Hari ini masyarakat Tamiang berkabung, menanggung derita bencana dari kerakusan tangan-tangan manusia, merusak tatanan hutan dan lingkungan. Haruskah kita menanggung beban ini?," kata Cicik. (Syawaluddin/stc)


Teks foto : Pimpinan DPRK Aceh Tamiang, Juanda SP. Saat meninjau desa yang terkena banjir (foto. : syawaluddin/stc)