HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Rasyidah, Peunajoh Raja Tamiang

suara-tamiang.com , LHOKSEUMAWE - Raja-raja Tamiang zaman silam menikmati makanan yang tergolong unik. Salah satunya, kue rasyidah. Aneka ...

suara-tamiang.com, LHOKSEUMAWE - Raja-raja Tamiang zaman silam menikmati makanan yang tergolong unik. Salah satunya, kue rasyidah. Aneka makanan Raja Tamiang turut dipamerkan di stand Dekranas Aceh Tamiang di arena Pameran Lhokseumawe yang digelar sejak Ahad, 2 November 2014. 

Di lokasi pameran depan Stadion Tunas Bangsa Lhokseumawe, ibu-ibu pengurus Dekranas Aceh Tamiang meletakkan aneka makanan, termasuk peunajoh Raja Tamiang, di atas meja paling depan dalam stand itu. “Ini semua makanan Raja-raja Tamiang zaman dulu,” kata Raddeni, pengurus Dekranas Aceh Tamiang yang bertugas menjaga stand saat ditemui ATJEHPOST.co, kemarin. 

Raddeni ditemani empat rekannya lantas menunjukkan satu per satu makanan Raja Tamiang. “Ini kue rasyidah, rasanya legit, enak. Cobalah,” ujar perempuan berkacamata ini. Kue rasyidah berbentuk bulat, terbuat dari bahan tepung roti, gula, dan mentega. Bagian atas kue itu diolesi bawang goreng menyerupai srikaya. 

Lebih 20 buah kue rasyidah diletakkan dalam sebuah piring beralaskan daun pisang yang sudah dilayukan dengan api. “Yang ini ketupat dibungkus dengan daun ibus, orang daerah sini (Lhokseumawe/Aceh Utara) menyebutnya on iboh. Ketupat dimakan dengan srikaya, kami menyebutnya tengguli,” kata Raddeni. Teman Raddeni menimpali, “Uniknya, tengguli ini pakai telur penyu. Kami menyebutnya tuntong”. 

Ada pula makanan bernama anyang daun pakis dan tauge. “Anyang ini dimakan dengan bubur pedas. Dan ini yang ini anyang daun pegaga,” ujar Raddeni. Setelah menyantap aneka makanan itu, menurut Raddeni, Raja Tamiang mencicipi manisan untuk cuci mulut. 

“Manisan cuci mulut Raja-raja Tamiang zaman dulu terbuat dari bahan campuran  buah renda, papaya, bunga kates, daun kates, blubur dan buah kundur,” katanya. Bukan itu saja, Raja Tamiang juga punya minuman untuk tolak angin. “Minuman ini dari kulit bawang merah, seperti bandret, untuk keluar angin. Itu minuman tolak angin Raja-raja zaman dulu,” ujar Raddeni diamini rekan-rekannya. 

Raddeni kemudian meminta wartawan ATJEHPOST.co dan pengunjung lainnya mencoba ketan dan tengguli. “Gimana, enak makanan raja kami,” tanya rekan Raddeni. “Hmmm… nyam-nyam, enak!” “Itu dia. Kata orang sih kalau sudah menginjak tanah Tamiang nggak mau keluar lagi, kalau pun keluar balik lagi,” ujar Raddeni. 

“Kalau ada yang bilang makanan Raja Tamiang tidak enak, mungkin lidahnya perlu diperiksa,” kata seorang pengunjung yang minta tambah porsi ketan campur tengguli. Anda mau coba? (atjehpost.co - foto : Irman I. Pangeran/atjehpost)