HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Pembangunan Parit Beton Desa Balai Menuai Protes Warga

suara-tamiang.com , Aceh Tamiang |   Proyek pembangunan parit beton oleh Dinas pekerjaan Umum (PU) Aceh Tamiang melalui Bidang Cipta Karya...

suara-tamiang.com, Aceh Tamiang |  Proyek pembangunan parit beton oleh Dinas pekerjaan Umum (PU) Aceh Tamiang melalui Bidang Cipta Karya, di Desa Balai, Kecamatan Bendahara, Aceh Tamiang, pascarampung pengerjaanya dinilai masih menyisahkan berbagai persoalan. 

Salah satunya terdapat sejumlah boks/gorong-gorong milik warga yang telah dibongkar pekerja tidak dipasang kembali.Selain itu, gaji para pekerja tidak dibayar lunas, padahal mereka sudah mengorek parit sepanjang puluhan meter. 

Hery, salah seorang pekerja mengaku gajinya tidak terbayarkan oleh pihak rekanan. Padahal dia dan para pekerja lain sudah mengerjakan penggalian parit sekitar puluhan meter.

"Parit yang sudah kami gali sekitar 90 sampai 100 meter. Selain itu kami juga mengangkat bongkahan boks milik warga yang terkena jalur parit beton hingga memakan waktu dua hari. 

Tapi gaji kami tetap tidak dibayar dengan dalih sudah kelebihan volume, sehingga tidak masuk hitungan kontraktor," ungkap Hery, Kamis (9/10).

Hery didampingi dua rekanya M Amin dan Yusri membeberkan, kualitas materrial yang digunakan untuk membangun parit beton juga dinilai buruk. 

Sebab pihak pemborong memerintahkan tukang menggunakan pasir batu diduga hasil bekoan yang banyak kandungan lumpur dan kayunya, sehingga dia mengkhawatirkan jaminan mutu bangunan tidak mampu bertahan lama.

Ironisnya lagi, upah yang diterima pekerja tidak sama, ada berkisar Rp 40.000/meter dan ada Rp 50.000/meter. 

"Sebenarnya sistem borong dengan bayaran Rp 50.000/meter itu sangat murah, tapi kami kepepet, berhubung tidak ada pekerjaan lain menjelang Hari Raya Idul Fitri lalu. 

Parahnya lagi, gaji kami tidak dibayar oleh pemborong membuat kami masih ada sangkutan utang di kedai sampai sekarang," ungkap Hery lagi dengan diamini dua rekannya.

Salah seorang warga menyatakan, pembangunan parit beton tidak menarik benang sehingga badan parit bergelombang menyerupai badan ular. 

"Seyogianya jika kondisinya di lapangan tidak ada belokan, sewaktu pembuatan mal harusnya ditarik benang supaya bangunan rapi dan lurus," ujar Ibu Jafar (58).

Dia juga menuturkan, boks/gorong-gorong memasuki rumahnya menjadi terbengkalai pascadibongkar untuk perencanaan jalur parit, tapi ternyata tidak jadi dibangun. 

Sehingga membuat Ibu Jafar yang sudah uzur harus membuat titi dari kayu untuk penyeberangan keluar masuk rumahnya.

"Waktu lebaran, tamu ibu kesulitan saat menyebrang parit yang tidak ada boksnya," ujarnya.Menurut dia, ada sekitar sepuluh rumah yang boksnya dibongkar. 

Bagi warga yang mampu, membangun kembali boksnya dengan dana pribadi. Sedangkan warga lain termasuk dia membiarkan boksnya pecah dan terbengkalai.

Terpisah, Edy dari Bidang Cipta Karya Dinas PU Aceh Tamiang saat dikonfirmasi wartawan membenarkan dirinya sebagai PPTK pada paket proyek tersebut. 

"Ia saya PPTK-nya, bila ada persoalan besok langsung diperbaiki," jawab singkat Edy melalui SMS.
Disinggung kembali mengenai jalur parit yang sudah dikorek tapi tidak jadi dibangun yang mengakibatkan gaji sejumlah pekerja tidak dibayar, Edy enggan mengklarifikasi pertanyaan tersebut. Dia tidak menjawab petanyaan yang diajukan. (dede/stc)

Foto : Ilustrasi/metrosiantar