HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Amran, Pelopor Budidaya Nilam di Sekrak

SUARA TAMIANG - Amran(43) bisa disebut merupakan salah satu pelopor budidaya tanaman nilam di Kecamatan Sekrak, Kabupaten Aceh Tamiang.  ...

SUARA TAMIANG - Amran(43) bisa disebut merupakan salah satu pelopor budidaya tanaman nilam di Kecamatan Sekrak, Kabupaten Aceh Tamiang. 

Dari rumah produksinya di Dusun Pasar Batu, Desa Pantai Tinjau, minyak nilam kualitas ekspor pun dihasilkan. 

Meski dewasa ini sangat minim petani yang melirik usaha bercocok tanam nilam, ia tetap eksis mendulang rezeki dengan menyuling batang dan daun nilam.

Di Kecamatan Sekrak, luas lahan tanaman nilam tidak lebih dari 10 hektare. Lahan tersebut umumnya bukan milik pribadi petani, melainkan dipinjam pakai.

Amran selaku salah seorang petani yang masih eksis membudidayakan tanaman nilam, menganggap usaha ini masih layak dikembangkan dan memiliki prospek baik.

Pada saat dikompermasi di kediamanya, akhir pekan lalu, Amram mengaku dari usia kanak-kanak dia sudah tahu cara membudidayakan tanaman nilam, sampai bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah. 

"Hambatan saat ini, kami masih sangat kekurangan lahan," ujar Amran.Begitupun dia tetap gigih, termasuk mengajak petani lain untuk menjalankan usaha ini. 

Ia tidak ragu memberitahu cara menenam bibit nilam. Demikian juga soal pascapanen, meski tidak memberitahukan secara langsung bagaimana cara khusus menyimpan minyak nilam dalam jangka waktu lama namun terjaga kualitasnya, dia membeberkan pengujian kadar minyak nilam menggunakan meterlak kaca guna melihat kadar campuran.

Saat ini pria asal Kabupaten Aceh Selatan tersebut didaulat menjadi Ketua Kelompok Tani (Poktan) Nilam Jaya, jabatan itu sudah diembannya sejak tahun 2009. 

Saat ini kelompok tersebut memiliki anggota sekitar 10 orang yang eksis mengembangkan tanaman nilam di lingkungan tempat tinggal.Bapak empat anak ini mengaku, dari tahun 2005 sudah memiliki relasi pasar untuk penampungan minyak nilamnya di daerah Medan, Sumatera Utara. 

Tanaman nilam, menurutnya, sekali tanam bisa tiga sampai empat kali panen. Setiap 30 kg bahan baku dapat menghasilkan 1 kg minyak nilam.Pasar minyak nilam asal Sekrak memang ke luar daerah, khususnya Medan. 

"Setelah terkumpul sekitar 10 sampai 30 kilogram, baru saya bawa ke Medan untuk dijual dengan harga Rp 700.000/kg," tuturnya.Amran yang didampingi rekannya Fadli Yusda, mengatakan tanaman nilam memiliki usia panen berkisar enam sampai tujuh bulan. 

Perawatannya tidak begitu merepotkan, selain tidak disukai hama umbian ini juga mampu bertahan dalam kondisi lembab atau cuaca kemarau. 

Daun yang terserang ulat akan digantikan dengan daun muda yang akan kuncup.Sementara bagi hewan pemakan umbi-umbian, tidak akan doyan hijauan nilam tersebut, dengan sendirinya tanaman aman dari serangan hama. 

"Perawatan nilam juga sangat mudah, jangan sempat rumput lebih tinggi dari tanamam,dan itu cukup dibersihkan. 

Dari luasan satu rante lahan bisa menghasilkan sekitar 300 kg bahan baku. Namun ada ancaman lain, nilam tidak tahan jika terendam air sampai berhari-hari," paparnya.

Saat ini Amran mempunyai alat penyulingan manual yang dibuat sendiri, berkapasitas 30 kg bahan baku. Kendati ada bantuan mesin suing dari Dinas Koperindag setempat, namun Amran dan kawan-kawan enggan menggunakan alat modern tersebut, dikarenakan masih kekurangan bahan baku.

"Kapasitas mesin tersebut sangat besar, tidak sebanding dengan pasokan bahan baku," akunya.Semua anggota Poktan Nilam Jaya selalu datang ke rumah produksi pada musim panen nilam, untuk menyuling. 

Biaya penyulingan dibayar 20% dari hasil. Dan tidak sedikit petani menjual langsung hasil panennya kepada Amran dengan harga disetarakan.Amran mengisahkan, pada tahun 2010 pernah mendapat pesanan bibit nilam sebanyak 500.000 batang dari Provinsi Bali. 

Meski dia sanggup menyediakan bibitnya, namun terkendala proses pengiriman sehingga pesanan urung dipenuhi.Pada tahun 2011 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Aceh Tamiang pernah memberi bekal berkaitan program pengembangan nilam di Aceh Tamiang.

Namun, menurut mereka, kurangnya sosialisasi dari pihak dinas membuat program pengembangan nilam tak berjalan dengan baik. 

Tak hanya untuk tanaman nilam, program penanaman serai wangi juga dinilai gagal."Semua program Pemkab Aceh Tamiang mengambang, berhenti di tengah jalan. 

Khususnya program penanaman serai wangi yang dulu digadang-gadang untuk dikembangkan ke sejumlah kecamatan, tapi lahannya kini menjadi semak belukar. 

Pasalnya harga minyak serai wangi sangat murah, hanya Rp 200.000/kg, sementara dinas hanya bisa memberi bibit tidak mau tahu pangsa penjualannya," tutur Fadli Yusda yang diamini Amran.

Khusus komoditas nilam, mereka berharap pemerintah daerah mencarikan solusi untuk pengembangannya, terutama soal penampungan yang mau membeli dalam jumlah sedikit tapi dengan harga sesuai. 

"Masa satu dua kilogram harus dijual ke Medan, kan tidak mungkin," ujarnya.Permintaan ini dirasa Amran dan Fadli sangat realistis, sebab produksi minyak nilam Poktan Nilam Jaya selalu dibawa pemda melalui dinas terkait ke ajang pameran. 

"Produk kami selalu dibawa ke event pameran dan diklaim sebagai usaha rumahan binaan Dinas Koperindag Aceh Tamiang," ujar Amran.(dede/stc)

Foto: MENUNJUKAN Ketua kelompok tani, 'Nilam Jaya' Amran (kanan) bersama anggota Fadli Yusda, S.Pd, menunjukan alat uji meterlak dan minyak nilam dalam jereken 5 liter serta tumbuhan nilam sekitar 40 kg yang siap dicincang untuk kemudian dijemur, di rumah produksi, dusun Pasar Batu, desa Pantai Tinjau, Sekrak Aceh Tamiang, Kamis (15/8)(dede/stc)