M. Hendra Vramenia | STC KARANG BARU - Momentum bulan suci Ramadhan 1435 H dimanfaatkan oleh Yayasan Hutan, Alam dan Lingkungan Aceh (HAk...
M. Hendra Vramenia | STC
KARANG BARU - Momentum bulan suci Ramadhan 1435 H dimanfaatkan oleh Yayasan Hutan, Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA) untuk mengajak semua pihak menyelamatkan masa depan hutan di Aceh Tamiang dengan menyelenggarakan sebuah forum diskusi lintas sektoral antara Pemerintah – Masyarakat -LSM di Aceh Tamiang pada Rabu (23/7/2014) bertempat di Aula Hotel Grand Arya Karang Baru. Kegiatan ini juga dimaksudkan untuk menyambung silaturahmi dengan semua pihak di Aceh Tamiang, sekaligus mengadakan buka puasa bersama.
“Forum ini bertujuan agar semua pihak punya kesepahaman yang sama untuk menjaga sisa hutan yang ada di Aceh Tamiang” kata Ilyas, Project Manager Yayasan HAkA.
Menurut Ilyas, dari hasil diskusi ini memperlihatkan bahwa Aceh Tamiang sedang mengalami krisis lingkungan yang parah, kerusakan hutan di Hulu dan Hilir DAS Tamiang semakin tidak terkontrol.
Dalam acara ini,hadir dua orang narasumber yang memberikan masukan positif terhadap pengelolaan hutan secara lestari di Aceh Tamiang yaitu Kabid Planologi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Aceh Tamiang Sofia Adriani, SP,MP dan peraih penghargaan Internasional Goldman Environmental Prize 2014 di Amerika Serikat Rudi H.Putra.
Kabid Planologi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Aceh Tamiang Sofia Adriani, SP,MP menyampaikan materi tentang prinsip-prinsip pengelolaan hutan secara lestari,sedangkan Rudi H Putra,Putra Seruway yang baru saja memperoleh penghargaan Internasional Goldman Environmental Prize 2014 di Amerika Serikat menyampaikan materi tentang gagasannya untuk menyelamatkan hutan Aceh Tamiang demi kepentingan dan kesejahteran masyarakat Aceh Tamiang.
Para peserta diskusi memperlihatkan antusiasme yang tinggi, salah satunya adalah Datok Penghulu Desa Pusung Kapal Kecamatan Seruway Hamzah dalam kesempatan tersebut mengatakan bahwa kerusakan lingkungan memang benar-benar terjadi yang memebawa kemunduran ekonomi masyarakat. Kerusakan hutan bakau yang terjadi di daerahnya akibat dari pembalakan liar dan konversi yang tidak terkendali telah mengurangi hasil tangkapan ikan nelayan. Beliau bersama dengan masyarakat lainnya, melakukan aksi bersama menanam bakau di lahan seluas 400 Ha untuk menyelamatkan kehidupan masyarakat yang bergantung pada hutan bakau.
Peserta lainnya yakni Datok Desa Batu Bedulang Kecamatan Bandar Pusaka Ahmad Zais dalam kesempatan tersebut menilai, kerusakan hutan di Aceh Tamiang telah menghancurkan kehidupan masyarakat. Kampung-kampung yang dulu berada di pinggir sungai saat ini harus di relokasi akibat banjir yang terus menerus terjadi setiap tahunnya. Kerusakan hutan ini disebabkan oleh pihak perusahaan perkebunan dan pemodal besar. Lanjutnya lagi, kemampuan masyarakat untuk merambah kawasan hutan tidak sebanding dengan kekuatan perusahaan yang memiliki banyak uang.
Sementara Project Officer kegiatan ini, Faisal Selian mengatakan acara ini terselenggara atas kerjasama Yayasan HAkA dengan The Asia Foundation (TAF) dengan tujuan untuk mengurangi laju deforestasi dan degradasi lahan dengan memperkuat peran pemerintah dalam pengelolaan hutan secara lestari dan melibatkan peran aktif semua pihak terutama masyarakat lokal”. Kegiatan ini akan diadakan setiap bulannya sampai enam bulan ke depan dan akan melibatkan semua stakeholder pengambil keputusan.
“Semoga hasil akhir dari forum ini dapat menciptakan suatu model pengelolaan hutan lestari yang bermanfaat bagi seluruh masyarakat Aceh Tamiang” jelasnya. (***)
KARANG BARU - Momentum bulan suci Ramadhan 1435 H dimanfaatkan oleh Yayasan Hutan, Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA) untuk mengajak semua pihak menyelamatkan masa depan hutan di Aceh Tamiang dengan menyelenggarakan sebuah forum diskusi lintas sektoral antara Pemerintah – Masyarakat -LSM di Aceh Tamiang pada Rabu (23/7/2014) bertempat di Aula Hotel Grand Arya Karang Baru. Kegiatan ini juga dimaksudkan untuk menyambung silaturahmi dengan semua pihak di Aceh Tamiang, sekaligus mengadakan buka puasa bersama.
“Forum ini bertujuan agar semua pihak punya kesepahaman yang sama untuk menjaga sisa hutan yang ada di Aceh Tamiang” kata Ilyas, Project Manager Yayasan HAkA.
Menurut Ilyas, dari hasil diskusi ini memperlihatkan bahwa Aceh Tamiang sedang mengalami krisis lingkungan yang parah, kerusakan hutan di Hulu dan Hilir DAS Tamiang semakin tidak terkontrol.
Dalam acara ini,hadir dua orang narasumber yang memberikan masukan positif terhadap pengelolaan hutan secara lestari di Aceh Tamiang yaitu Kabid Planologi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Aceh Tamiang Sofia Adriani, SP,MP dan peraih penghargaan Internasional Goldman Environmental Prize 2014 di Amerika Serikat Rudi H.Putra.
Kabid Planologi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Aceh Tamiang Sofia Adriani, SP,MP menyampaikan materi tentang prinsip-prinsip pengelolaan hutan secara lestari,sedangkan Rudi H Putra,Putra Seruway yang baru saja memperoleh penghargaan Internasional Goldman Environmental Prize 2014 di Amerika Serikat menyampaikan materi tentang gagasannya untuk menyelamatkan hutan Aceh Tamiang demi kepentingan dan kesejahteran masyarakat Aceh Tamiang.
Para peserta diskusi memperlihatkan antusiasme yang tinggi, salah satunya adalah Datok Penghulu Desa Pusung Kapal Kecamatan Seruway Hamzah dalam kesempatan tersebut mengatakan bahwa kerusakan lingkungan memang benar-benar terjadi yang memebawa kemunduran ekonomi masyarakat. Kerusakan hutan bakau yang terjadi di daerahnya akibat dari pembalakan liar dan konversi yang tidak terkendali telah mengurangi hasil tangkapan ikan nelayan. Beliau bersama dengan masyarakat lainnya, melakukan aksi bersama menanam bakau di lahan seluas 400 Ha untuk menyelamatkan kehidupan masyarakat yang bergantung pada hutan bakau.
Peserta lainnya yakni Datok Desa Batu Bedulang Kecamatan Bandar Pusaka Ahmad Zais dalam kesempatan tersebut menilai, kerusakan hutan di Aceh Tamiang telah menghancurkan kehidupan masyarakat. Kampung-kampung yang dulu berada di pinggir sungai saat ini harus di relokasi akibat banjir yang terus menerus terjadi setiap tahunnya. Kerusakan hutan ini disebabkan oleh pihak perusahaan perkebunan dan pemodal besar. Lanjutnya lagi, kemampuan masyarakat untuk merambah kawasan hutan tidak sebanding dengan kekuatan perusahaan yang memiliki banyak uang.
Sementara Project Officer kegiatan ini, Faisal Selian mengatakan acara ini terselenggara atas kerjasama Yayasan HAkA dengan The Asia Foundation (TAF) dengan tujuan untuk mengurangi laju deforestasi dan degradasi lahan dengan memperkuat peran pemerintah dalam pengelolaan hutan secara lestari dan melibatkan peran aktif semua pihak terutama masyarakat lokal”. Kegiatan ini akan diadakan setiap bulannya sampai enam bulan ke depan dan akan melibatkan semua stakeholder pengambil keputusan.
“Semoga hasil akhir dari forum ini dapat menciptakan suatu model pengelolaan hutan lestari yang bermanfaat bagi seluruh masyarakat Aceh Tamiang” jelasnya. (***)