TANJUNG SEUMENTOH | STC - Asap dari cerobong pengolahan pabrik kelapa sawit ( PKS ) Tanjung Seumentoh, di Kecamatan Karang Baru, Aceh ...
TANJUNG SEUMENTOH | STC - Asap dari
cerobong pengolahan pabrik kelapa sawit (PKS)
Tanjung Seumentoh, di Kecamatan Karang Baru, Aceh Tamiang, meresahkan warga
sekitar.
Pasalnya, Asap PKS
milik PTPN1 tersebut kerap sampai ke permukiman warga, sembari menyemburkan
pertikel berupa abu dari ketel.
Selain mengotori perkarangan dan atap rumah, abu tersebut juga menggangu
kesehatan pernapasan, seperti batuk dan asma. Kepulan asap hitam hasil olahan
tandan buah segar (TBS) itu tak ayal menganggu pengguna jalan yang melintasi
kawasan tersebut. Demikian diutarakan Tgk Affandi, tokoh masyarakat Desa
Simpang Upah, Selasa (3/6).
Dikatakannya, kondisi tersebut sudah berlangsung puluhan tahun. Meski protes sering disampaikan warga melalui surat yang dilayangkan ke Badan Lingkungan Hidup (BLH) kabupaten maupun provinsi, tidak ada yang berani menegur atau menghadapi pihak PKS berplat merah tersebut.
Seorang pengendara, Sutrisno Harun (35) menuturkan, dia pernah mengalami kesulitan ketika hendak melintas kawasan PKS Tanjung Seumentoh menggunakan sepeda motor, karena asap tebal menyelimuti jalan menyebabkan jarak pandang terbatas.
Samsiah dan Ratna, warga Simpang Empat Upah, mengungkapkan, abu berwarna hitam mirip dedak padi itu selalu mengotori halaman rumah bahkan sampai ke teras.
"Satu hari mesti tiga kali membersihkan halaman. Mirisnya, setiap hari-hari besar seperti Idul Fitri, warga terdekat pabrik jarang diperhatikan, seperti mendapat uluran tali asih sebagai warga yang terkena imbas langsung dari asap pabrik tersebut," keluh Samsiah.
Kepala Bidang Standarisasi Penaatan dan Pengendalian Lingkungan pada kantor BLH dan Kebersihan Kabupaten Aceh Tamiang Sayid Mahdi mengatakan, terkait polusi asap etrsebut, pihak PKS harus membangun cerobong asap dua kali lebih tinggi dari bangunan yang ada di sekelilingnya.
Dikatakannya, kondisi tersebut sudah berlangsung puluhan tahun. Meski protes sering disampaikan warga melalui surat yang dilayangkan ke Badan Lingkungan Hidup (BLH) kabupaten maupun provinsi, tidak ada yang berani menegur atau menghadapi pihak PKS berplat merah tersebut.
Seorang pengendara, Sutrisno Harun (35) menuturkan, dia pernah mengalami kesulitan ketika hendak melintas kawasan PKS Tanjung Seumentoh menggunakan sepeda motor, karena asap tebal menyelimuti jalan menyebabkan jarak pandang terbatas.
Samsiah dan Ratna, warga Simpang Empat Upah, mengungkapkan, abu berwarna hitam mirip dedak padi itu selalu mengotori halaman rumah bahkan sampai ke teras.
"Satu hari mesti tiga kali membersihkan halaman. Mirisnya, setiap hari-hari besar seperti Idul Fitri, warga terdekat pabrik jarang diperhatikan, seperti mendapat uluran tali asih sebagai warga yang terkena imbas langsung dari asap pabrik tersebut," keluh Samsiah.
Kepala Bidang Standarisasi Penaatan dan Pengendalian Lingkungan pada kantor BLH dan Kebersihan Kabupaten Aceh Tamiang Sayid Mahdi mengatakan, terkait polusi asap etrsebut, pihak PKS harus membangun cerobong asap dua kali lebih tinggi dari bangunan yang ada di sekelilingnya.
Bila ada
bangunan masyarakat ketinggiannya 20 meter, maka cerobong PKS wajib dibangun 40
meter. "Karena juknisnya pun mengatur seperti itu," kata Sayid.
Menurutnya, pihak PKS Tanjung Seumentoh rutin memberi laporan dampak lingkungan seperti limbah dan polusi udara ke BLH Aceh Tamiang, setiap enam bulan sekali.
Menurutnya, pihak PKS Tanjung Seumentoh rutin memberi laporan dampak lingkungan seperti limbah dan polusi udara ke BLH Aceh Tamiang, setiap enam bulan sekali.
Meski di sisi lain, warga pernah melayangkan protes dalam bentuk surat kepada
BLH Aceh Tamiang dan ditembuskan ke BLH provinsi, sejauh ini kantor BLH belum
memiliki alat untuk melakukan pengambilan sampel.
"Kalaupun dilakukan kami harus melibatkan tim laborotarium dari Medan. Sementara anggaran untuk itu tidak tersedia. Tahun lalu ada anggaranya Rp 8 juta, sedangkan untuk tahun ini sudah diusulkan tapi kabarnya telah dicoret di dewan," ujarnya.
Sayid menambahkan, ada dua PKS di Aceh Tamiang yang keberadaannya dinilai sudah tidak ideal akibat dampak lingkungan yang ditimbulkan, karena berlokasi di kawasan permukiman padat penduduk, yakni PKS Tanjung Seumentoh dan PKS milik PT Socfindo Kebun Sungai Liput.
Untuk itu BLH mengimbau, harus ada upaya konkrit dari perusahaan terkait untuk bisa mengatasi pertikulat atau debu yang menjadi pencemaran udara selama ini. Bila asap hitam pekat sudah mengepul di udara, berarti boilernya sudah layak untuk diganti.
"Praktiknya sejauh ini perusahaan enggan membeli barang yang baru, lebih memilih memperbaiki barang yang rusak," katanya.
Manager PKS PTPN1 Tanjung Seumentoh Firdaus melalui Asisten Kepala Basri saat dijumpai, tidak menampik adanya keluhan masyarakat terkait polusi asap. Sejauh ini pihaknya sudah berupaya meredam kepulan asap yang turut menyemburkan pertikel abu ketel.
"Upaya mengurangi pertikel abu sudah kami lakukan dengan cara menyemprotkan air ke dalam cerobong yang sudah dipasangi kran.
"Kalaupun dilakukan kami harus melibatkan tim laborotarium dari Medan. Sementara anggaran untuk itu tidak tersedia. Tahun lalu ada anggaranya Rp 8 juta, sedangkan untuk tahun ini sudah diusulkan tapi kabarnya telah dicoret di dewan," ujarnya.
Sayid menambahkan, ada dua PKS di Aceh Tamiang yang keberadaannya dinilai sudah tidak ideal akibat dampak lingkungan yang ditimbulkan, karena berlokasi di kawasan permukiman padat penduduk, yakni PKS Tanjung Seumentoh dan PKS milik PT Socfindo Kebun Sungai Liput.
Untuk itu BLH mengimbau, harus ada upaya konkrit dari perusahaan terkait untuk bisa mengatasi pertikulat atau debu yang menjadi pencemaran udara selama ini. Bila asap hitam pekat sudah mengepul di udara, berarti boilernya sudah layak untuk diganti.
"Praktiknya sejauh ini perusahaan enggan membeli barang yang baru, lebih memilih memperbaiki barang yang rusak," katanya.
Manager PKS PTPN1 Tanjung Seumentoh Firdaus melalui Asisten Kepala Basri saat dijumpai, tidak menampik adanya keluhan masyarakat terkait polusi asap. Sejauh ini pihaknya sudah berupaya meredam kepulan asap yang turut menyemburkan pertikel abu ketel.
"Upaya mengurangi pertikel abu sudah kami lakukan dengan cara menyemprotkan air ke dalam cerobong yang sudah dipasangi kran.
Hasilnya, abu
ketel sudah jauh berkurang, namun kendala yang dihadapi cerobong asap bagian
bawah harus rutin dibersihkan, karena abu ketel yang terhadang air mengendap di
bawah," ujarnya. (Medanbisnis/ck05)
Foto: ASAP PABRIK - Asap hitam mengepul dari cerobong pengolahan pabrik kelapa
sawit (PKS) Tanjung Seumentoh, di Kecamatan Karang Baru Aceh Tamiang,
Selasa (3/6). (medanbisnis/ck 05)