KARANG BARU | STC - Pelayanan kesehatan masyarakat di Aceh semakin sering terganggu, terutama di kabupaten/kota. Jika beberapa pekan lalu...
KARANG BARU | STC - Pelayanan kesehatan masyarakat di Aceh semakin sering terganggu, terutama di kabupaten/kota. Jika beberapa pekan lalu sempat terjadi kekosongan oksigen dan alat medis lainnya di RSUD Simeulue, kini giliran Aceh Tamiang yang mengalami krisis obat.
Informasi krisis obat di Aceh Tamiang dibenarkan Kepala Dinas (Kadis) Kesehatan Aceh Tamiang, dr Catur Hayati. Menurutnya, permasalahan itu sudah terjadi sejak dua bulan terakhir.
Dampak yang dimunculkan tergolong serius terutama terhadap pelayanan kesehatan masyarakat di puskesmas. Pihak puskesmas harus membeli sendiri obat untuk kepentingan pasien dengan cara berutang.
“Jangankan di puskesmas, di Dinkes sendiri stok obat kosong sejak hampir dua bulan terakhir,” ungkap Catur menjawab Sabtu (31/5).
Terjadinya masalah ini, menurut Catur karena berubahnya sistem pengadaan obat. Biasanya, pengadaan obat dilakukan untuk stok 1,5 tahun dengan sistem penunjukan.
“Ketika disahkan APBK Aceh Tamiang, kami langsung memesan obat yang dibutuhkan,” katanya.Sejak 2014, lanjut Catur, pengadaan obat dilakukan untuk satu tahun dan wajib melalui e-katolog.
Karena prosesnya e-katalog, obat yang boleh dipesan adalah obat yang sudah terdaftar di e-katalog. Pemesanannya dilakukan dalam volume besar karena perusahaan tidak melayani pemesanan obat dalam volume kecil.
“Saat ini hampir seluruh obat tidak ada stok di Dinkes maupun puskesmas di Aceh Tamiang,” ujarnya.
Diakui Catur, untuk mengatasi krisis obat di Tamiang, pihak provinsi ada membantu obat dan sudah didistribusikan ke puskesmas namun saat ini stoknya kembali kosong.
Salusi yang bisa ditawarkan oleh pihak Dinkes Tamiang adalah menyurati pihak pukesmas agar membeli obat sendiri dengan cara utang. Nanti ketika cair dana dari Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) akan dilunasi.
“Kita juga sarankan agar harga obat yang dibeli agar diperhatikan, dan obat generik,” demikian Kadis Kesehatan Aceh Tamiang. (Serambinews/md)
Foto: Ilustrasi/blogspot
Informasi krisis obat di Aceh Tamiang dibenarkan Kepala Dinas (Kadis) Kesehatan Aceh Tamiang, dr Catur Hayati. Menurutnya, permasalahan itu sudah terjadi sejak dua bulan terakhir.
Dampak yang dimunculkan tergolong serius terutama terhadap pelayanan kesehatan masyarakat di puskesmas. Pihak puskesmas harus membeli sendiri obat untuk kepentingan pasien dengan cara berutang.
“Jangankan di puskesmas, di Dinkes sendiri stok obat kosong sejak hampir dua bulan terakhir,” ungkap Catur menjawab Sabtu (31/5).
Terjadinya masalah ini, menurut Catur karena berubahnya sistem pengadaan obat. Biasanya, pengadaan obat dilakukan untuk stok 1,5 tahun dengan sistem penunjukan.
“Ketika disahkan APBK Aceh Tamiang, kami langsung memesan obat yang dibutuhkan,” katanya.Sejak 2014, lanjut Catur, pengadaan obat dilakukan untuk satu tahun dan wajib melalui e-katolog.
Karena prosesnya e-katalog, obat yang boleh dipesan adalah obat yang sudah terdaftar di e-katalog. Pemesanannya dilakukan dalam volume besar karena perusahaan tidak melayani pemesanan obat dalam volume kecil.
“Saat ini hampir seluruh obat tidak ada stok di Dinkes maupun puskesmas di Aceh Tamiang,” ujarnya.
Diakui Catur, untuk mengatasi krisis obat di Tamiang, pihak provinsi ada membantu obat dan sudah didistribusikan ke puskesmas namun saat ini stoknya kembali kosong.
Salusi yang bisa ditawarkan oleh pihak Dinkes Tamiang adalah menyurati pihak pukesmas agar membeli obat sendiri dengan cara utang. Nanti ketika cair dana dari Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) akan dilunasi.
“Kita juga sarankan agar harga obat yang dibeli agar diperhatikan, dan obat generik,” demikian Kadis Kesehatan Aceh Tamiang. (Serambinews/md)
Foto: Ilustrasi/blogspot