HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Putra Terbaik Aceh Tamiang Raih Goldman Environmental Prize

MEDAN | STC - Seorang pegiat lingkungan asal Aceh Tamiang, menerima penghargaan lingkungan dari The Goldman Environmental Prize.  Anuge...

MEDAN | STC - Seorang pegiat lingkungan asal Aceh Tamiang, menerima penghargaan lingkungan dari The Goldman Environmental Prize. 

Anugerah lingkungan paling bergengsi di dunia ini diberikan pada 28 April 2014 di San Francisco, California, Amerika Serikat, bertepatan dengan hari ulang tahun lembaga tersebut.


Rudi Putra, pria kelahiran Seruway Aceh Tamiang tahun 1977 adalah satu dari enam warga negara di dunia yang berhasil meraih penghargaan tersebut, sekaligus mengantongi hadiah senilai US$ 175.000/orang.

The Goldman Environmental Prize didirikan oleh tokoh masyarakat dan dermawan Richard dan Rhoda Goldman dari San Francisco tahun 1989. Para pemenang dipilih oleh dewan juri internasional berdasarkan nominasi rahasia yang diserahkan melalui jaringan kerja organisasi-organisasi dan orang-orang dalam bidang lingkungan hidup.

Rudi, melalui perjuangan keras bersama timnya, berhasil menghentikan laju perkebunan kelapa sawit ilegal yang menyebabkan deforestasi masif di Kawasan Ekosistem Leuser, di Kabupaten Aceh Tamiang, sambil melindungi badak Sumatera yang terancam punah.

Sebagai seorang anak yang dibesarkan di Aceh, Rudi sudah menunjukkan minatnya yang kuat kepada alam dan kehidupan satwa. 


Ia mempelajari biologi pelestarian, dan jatuh cinta pada badak Sumatera. Satwa ini merupakan anggota paling kecil dan paling terancam punah dari keluarga badak.

Lulusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh dan Magister di Institut Pertanian Bogor (IPB) Bidang Konservasi Biodiversitas Tropika ini menghabiskan waktunya selama kurun waktu 14 tahun dalam upaya konservasi satwa di Kawasan Ekosistem Leuser. 


Ini merupakan kawasan konservasi yang menjadi harapan terakhir dunia bagi upaya penyelamatan beberapa satwa langka.

Selain bertugas melakukan patroli rutin mencegah perburuan satwa liar, Rudi juga aktif memimpin upaya restorasi kawasan hutan yang telah berubah fungsi menjadi perkebunan kelapa sawit agar dapat dikembalikan menjadi hutan.

Rudi juga terlibat memimpin kelompok-kelompok pelindung badak dan berpatroli melacak para pemburu liar di Kawasan Ekosistem Leuser. 


Kawasan Ekosistim Leuser seluas 2,6 juta hektar itu terbentang di Provinsi Aceh hingga Sumatra Utara, dan menjadi salah satu di antara sedikit habitat badak Sumatera yang masih tersisa.

Rudi menyadari, selain berusaha melawan perburuan liar, usahanya tidak akan lengkap tanpa memecahkan ancaman lebih besar yang dengan cepat mendahului pelestarian badak Sumatera. Yakni, perusakan habitat akibat perkebunan kelapa sawit liar.

Kajian lebih lanjut menunjukkan pentingnya hutan bagi empat juta orang yang tinggal di sekitar Kawasan Ekosistem Leuser yang dilindungi. 


Warga di kawasan itu hanya mengandalkan hutan untuk digunakan sebagai lahan pertanian berkelanjutan dan sumber air.

Rudi juga menyadari hutan memberikan perlindungan yang sangat besar dari ancaman banjir yang frekuensinya kian sering terjadi dalam tahun-tahun terakhir ini. 


Dia akhirnya menyadari bahwa tugasnya tidak saja mencakup perlindungan badak dan habitatnya, namun juga orang-orang yang tinggal di kawasan itu.

Mendapat dukungan dari masyarakat setempat, Rudi langsung melakukan pendekatan ke kepolisian daerah agar menutup sejumlah perkebunan kelapa sawit liar di sekitar Kawasan Ekosistem Leuser. 


Ia berbicara bahwa ratusan ribu warga yang kehilangan rumah dan keluarga tercinta mereka, akibat tersapu banjir Aceh 2006 serta perjuangan mereka untuk mendapatkan air bersih.

Selain pendekatan kepada aparat kepolisian, Rudi juga mendekati para pemilik perkebunan kelapa sawit serta mengingatkan mereka bahwa tindakannya bertentangan dengan undang-undang. 


Rudi berhasil meyakinkan mereka setelah menunjukkan batas-batas area pelestarian. Akhirnya, sejumlah pemilik menutup perkebunan mereka dan mengembalikan tanah yang sebelumnya dikuasai kepada pemerintah.

Rudi melakukan berbagai pendekatan dan negosiasi strategis yang berkelanjutan dan berujung pada penghentian lebih dari 485 hektar perkebunan kelapa sawit liar di Kawasan Ekosistem Leuser. 


Rehabilitasi atas hutan sesudah pembersihan sisa perkebunan kelapa sawit itu, telah menciptakan kembali koridor satwa liar yang kini digunakan oleh gajah, harimau, dan orangutan.

Untuk kali pertama, pemandangan ini terjadi dalam 12 tahun terakhir. Populasi badak Sumatera di Kawasan Ekosistem Leuser pun perlahan-lahan naik dalam satu dasawarsa terakhir. Kini, Rudi juga terlibat dalam perjuangan melawan ancaman baru terhadap hutan tropis. 


Sebuah proposal dari Pemerintah Provinsi Aceh yang secara sah akan membebaskan wilayah hutan tropis yang luas di Kawasan Ekosistem Leuser untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit.

Sepanjang 2013, Rudi sudah mengorganisasi sebuah petisi yang meminta dukungan internasional agar menentang proposal Pemerintah Aceh itu. 


Petisi tersebut akhirnya berhasil mengumpulkan 1,4 juta tanda tangan. Langkah ini sudah diakui secara luas dan berfungsi sebagai katalis dalam pembicaraan internasional di antara para pejabat pemerintah Norwegia, Uni Eropa, Indonesia dan Pemerintah Provinsi Aceh. (rizanul/ril)

Foto: Rudi putra