Muhammad Zemi | STC Seklumit tentang rasa ketakutan yang menerpa para peserta lomba final Teknologi Tepat Guna ( TTG ) yang baru sa...
Seklumit tentang rasa
ketakutan yang menerpa para peserta lomba final Teknologi Tepat Guna ( TTG )
yang baru saja di laksanakan ( 24/04) oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat Aceh
Tamiang yang lalu terbukti terjadi, dan masih menyisakan sedikit permasalahan,
baik dari peserta maupun bagi penonton yang datang ke areal perlombaan itu,
Pasalnya yang
memenagkan perlombaan itu lebih banyak mempergunakan alat keluaran dari
pabrikan seperti mesin dompeng ( mesin cina), ini terlihat seperti juara
pertama dalam hal pembuat alat pakan ternak hanya sedikit menambah alat
pencacah makanan ternak saja.
Salah seorang peserta
di areal perlombaan di halaman kantor BPM setempat mempertanyakan beberapa
aspek penilaian yang di nilai oleh dewan juri, " seharusnya juri
mengumumkan semua nilai dari seluruh peserta, bukan hanya peserta yang mendapat
nominasi saja yang di umumkan, jadi kami tahu nilai kami berapa, bukan di
tutup-tutupi terangnya.
Hal senada juga di ucapkan oleh seorang penonton warga rantau
muharam ( 31 thn ), yang sempat singgah melihat proses penjurian lomba itu ber
ujar, " saya tidak jadi ikut perlombaan TTG tahun 2014 ini di karenakan
kekewatirannya dalam sistim penilaian, bukan rahasia umum lagi bila proses
penilaian teknologi tepat guna ini di, seharusnya peserta membawa hasil inovasi
sendiri, mesin yang di buat sendiri bukan di tambah dengan mesin dari pabrikan
lagi, buat sendiri walaupun dari bahan kertas tetapi hasil kreasi sendiri itu
yang layak di menangkan.
Sementara itu wakil ketua LSM LIPAT (Lembaga Informasi dan
Pemantau Aceh Tamiang ), jimi mengungkapkan bahwa permasalahan sistem
penilaian TTG mempunyai kriteria dan batasan dalam penilaian, acara tersebut telah
sukses di laksanakan dalam hal ini panitia telah menjalankan dan menyukseskan
lomba ini, juri tidak mengumumkan seluruh nilai hasil lomba para pesertanya,
ini yang menjadi pergunjingan di tingkat warung kupi di seputaran kuala simpang
dan karang baru.
"Kedepan Panitia perlombaan juga harus selektif dalam
menunjuk juri yang di rekrut, lihat latar belakang juri, lihat ahlaknya, bukan
orang yang bermasalah, bukan karna saudara atau kedekatan yang lain, juri harus
bertanggung jawab terhadap apa yang di nilaikan. karna akan di pertanggung
jawabkan dengan manusia dan Tuhan jadi bukan seenak perut juri itu dalam
memenangkan peserta,
"Lihat efek yang di timbulkan bila juri salah dalam penetapan
pemenang, bila ini terjadi maka jangan harap Peserta TTG Aceh tamiang ke depan
banyak peminatnya, ini harus dicamkan oleh semua juri yang terlibat dalam
penilaian TTG tahun 2014 ini.
Tanggapan dari Panitia TTG Aceh
Tamiang
Menurut Rizah Hanum"Pada dasarnya Panitia telah bekerja maksimal dalam sistim penilaian, kami telah cek en ricek semua alat yang di tampilkan dalam lomba ini, dan tidak ada plagiat atau copy paste dalam pembuatan alat, dan kami sudah sangat objektif dalam penilaian, kami memenangkan peserta sesuai aturan dan kriteria yang berlaku, serta juri yang terlibat juga mempunyai aturan dan terus di awasi, jadi untuk terjadinya kecurangan bisa di bilang tidak ada. bersambung.(***)
Foto : Ilustrasi (ibintan.com)