JAKARTA | STC - Betapa masygulnya, Sekretaris Jend Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI), Ustadz Bachtiar Nassir mewanti-wa...
JAKARTA |
STC - Betapa masygulnya, Sekretaris Jend Majelis Intelektual dan Ulama Muda
Indonesia (MIUMI), Ustadz Bachtiar Nassir mewanti-wanti umat Islam Indonesia
mengenai sepak terjang Jokowi. Beliau berpendapat bahwa Jokowi selalu
mewariskan pemimpin kafir dan selangkah lagi dapat membuat Indonesia Kafir.
Sumber : http://www.voa-islam.com/read/opini/2014/03/17/29532/bachtiar-nasir-selangkah-lagi-jokowi-membuat-indonesia-kafir/#sthash.ttu1FbEI.dpbs
“Jokowi
emang hebat, di Solo mewariskan pemimpin KAFIR, di Jakarta juga mewariskan
pemimpin KAFIR. Selangkah lagi akan KAFIR kan Indonesia,” jelas Ustadz Bachtiar
dalam akun Twitternya @BachtiarNasir, Sabtu malam (15/03).
Ketua Alumni
Madinah Islamic University se-Indonesia ini juga menyatakan bahwa orang
Islam yang tidak menggunakan pandangan Islam dalam memilih pemimpin, berarti sedang
pensiun Keislamannya.
“Orang Islam
yang tidak gunakan cara pandang Islam dalam memilih pemimpin, berarti sedang
pensiun dari Islam,” tulisnya. Ustadz kelahiran 26 Juni 1967 itu juga
menyatakan bahwa Islam adalah Harga mati. ” Berislam sampai MATI, MATI bersama
Islam, Ini harga MATI,” tegas Pimpinan AQL Islamic Center itu.
Jokowi yang
sekarang dielu-elukan itu, sejatinya hanya membuat musibah, bagi Muslim
Indonesia, bukan membuat kehidupan menjadi lebih tenang. Tetapi, kalangan
Muslim banyak yang menjadi korban media, yang memang sudah disetting membuat
berpikirnya kalangan Muslim, berubah dan terbalik. Mereka percaya bahwa Jokowi
itu, manusia suci, dan sangat ‘mumpuni’, dan akan membebaskan Indonesia dari
berbagai belitan masalah.
Bangsa
Indonesia berulangkali menjadi korban dari opini media, yang menggiring
dan mengarahkan mereka. Seperti, ketika sesudah Soeharto lengser, media
mengangkat Megawati sebagai ‘ratu’ piningit, dan akan menyelamatkan Indonesia
dari krisis. Sehingga, ketika berlangsung pemilu l999, PDIP menang, dan
kemudian Mega menjadi presiden.
Semua itu,
tak terlepas dari peranan opini yang dibuat media massa yang ada. Karena
media massa di Indonesia berada di tangan konglomerat Cina dan Zionis. Lebih
dari 12 media massa, seperti telivis, surat kabar, majalah, dan radio, sebagian
besar di tangan konglomerat Cina.
Tetapi,
sesudah Mega berkuasa, tak dapat melakukan apa-apa, dan malah menjerumuskan
Indonesia, menjadi subordinasi asing. Asset negara yang sangat strategis
dijual, seperti Indosat kepada Singapura. Mega memberikan ampunan kepada
obligor konglomerat Cina yang sudah ngemplang dan maling dana bailout BLBI
Rp,650 triliun.
Di era Mega
lahir UU Anti Teroris, dan sampai sekarang UU itu, digunakan oleh aparat
keamanan khususnya Densus 88, mengejar para aktivis Islam, yang sudah diberi
lebel sebagai ‘teroris’, dan banyak diantara mereka yang tewas, akibat tembakan
oleh Densus 88.
Sekalipun
kasusnya tidak pernah dibuktikan secara hukum. Semua itu, berlangsung di era
Megawati.
Jokowi
dengan dukungan konglomerat Cina yang merupakan kelompok minoritas di Indonesia
berusaha mengangkangi kekuasaan, dan menggunakan kalangan ‘Muslim’ abangan yang
dapat dijadikan ‘boneka’ guna merengkuh kekuasaan di Indonesia.
Jokowi bukan
hanya meninggalkan pejabat kafir, seperti sekarang di Solo, di mana walikota
Solo dipegang oleh seorang katolik. Di DKI Jakarta, sekarang Jokowi melenggang,
dan dicalonkan oleh Mega, menjadi calon presiden. Jika terpilih,maka otomatis
Ahok akan menjadi gubernur. Tidak terbayangkan bagaimana jika gubernur DKI
dipegang Ahok.
Mega dengan
keputusan mengangkat Jokowi itu, seperti memasang ‘bom waktu’ bagi Indonesia.
Karena, dibelakang Jokowi sarat dengan kepentingan kelompok konglomerat Cina,
Kristen, dan ditambah dengan Syi’ah. Semua itu akan menciptakan konflik
horisontal bagi masa depan Indonsia. Wallahu’alam