MANYAK PAYED | STC - Program pembangunan rumah kaum duafa yang didanai dari pos Baitul Mal Aceh di Desa Mesjid, Kecamatan Manyak Payed, A...
MANYAK PAYED | STC - Program pembangunan rumah kaum duafa yang didanai dari pos Baitul Mal Aceh di Desa Mesjid, Kecamatan Manyak Payed, Aceh Tamiang, sempat terbengkalai hingga tiga bulan.
Pasalnya satu unit rumah milik Aisya (57) yang sudah dibongkar bagian dindingnya tapi mandeg dikerjakan pihak rekanan akhir Desember 2013.
Hingga kini belum jelas kapan rumah reot tersebut kembali dibangun.Saat menyambangi rumah Aisya di Desa Mesjid, tampak sejumlah material bangunan seperti batu bata dan besi sudah didatangkan pihak kontraktor.
Gito, salah seorang pekerja, meangatakan pembangunan rumah tersebut akan dilanjutkan.Sementara di sekeliling rumah Aisya yang berukuran 3x5 meter berlantai tanah ini tampak baru dibangun pondasi dengan besi berukuran 9 milimeter.
Tahu rumahnya akan segerah dibangun, ia pun berinisiatif mengungsi ke rumah kerabat terdekat.Namun selang beberapa bulan rumah duafa yang seyogianya dibangun tepat waktu tersebut tak kunjung dikerjakan, sementara dinding rumah janda ini sudah dibongkar oleh tukang yang membuatnya tidak mungkin lagi menghuni rumah tersebut.
Suriani, warga terdekat menuturkan, sepengetahuannya pembangunan rumah terhenti sejak November 2013. Setelah selesai pembuatan fondasi, para pekerja tidak tampak kembali meneruskan pekerjaan.
"Kalau memang tidak jadi dibangun, seharusnya dinding kembali dipasang, sehingga pemilik rumah bisa menempati kembali," ujarnya.
"Ada beberapa kali pihak yang mengaku dari Baitul Mal datang untuk mengecek, sempat kami tanyakan apa masalahnya kok tidak diteruskan, dia menjanjikan seminggu lagi akan dilanjutkan pembangunannya, tapi belum terbukti sampai sekarang," sambung Suriani.
Hal serupa disampaikan warga lain, Abdul Manaf, dia mengatakan gara-gara rumah tidak jadi dibangun nasib Aisya terkatung-katung.
Sebab, wanita yang kesehariannya mencari nafkah dengan berjualan kue itu terpaksa mengungsi ke tempat kerabatnya sehingga menyulitkan dia untuk beraktivitas sehari-hari."Padahal kalau dikerjakan, sekitar dua bulan rumah sudah rampung," ujar Manaf.
Aisya kepada wartawan mengatakan, bersyukur rumahnya akan kembai dibangun, karena sudah lama ia menunggu dan akhirnya datang sejumlah orang termasuk ketua komite mengecek dan mendatangkan material.Tapi dia masih meragukan pengecoran pondasi awal yang dikerjakan tukang yang lama, yang dinilainya kurang kokoh.
Sebab, tanah tidak digali lebih dulu, hanya dicangkul dengan kedalaman beberapa sentimeter.Mantan Kepala Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang Drs Syuibun Anwar saat dikonfirmasi beberapa waktu lalu menegaskan, kasus berhentinya pembangunan rumah duafa itu dikarenakan oknum kontraktor tidak memiliki modal.
Metode yang dijalankan rekanan saat ini hanya menunjuk tukang untuk bekerja, sementara fungsi pengawasan terbilang lemah karena konsultan pengawas didatangkan dari provinsi untuk mengawasi satu daerah.
"Pihak Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang waktu saya menjabat Juni 2013 sudah pernah meminta untuk pelaksanaan tender atau pengawasan dilakukan oleh kabupaten, namun tidak diberikan dan tetap ditangani provinsi," ungkap Syuibun.
Menurutnya, di Kabupaten Aceh Tamiang untuk tahun 2013 pembangunan rumah duafa sebanyak 47 unit dengan pagu anggaran Rp 57 juta tiap unit.
Sementara secara global untuk Provinsi Aceh jumlah pembangunan rumah duafa sebanyak 1.000 unit dengan total anggaran Rp 57 miliar.
"Sejauh ini Baitul Mal kabupaten dalam kapasitas mengusulkan calon penerima sesuai dengan yang disamapaikan Baitul Mal Aceh, sedangkan proses tender dan pengawasan ditentukan provinsi," katanya lagi.
Kepala Baitul Mal Provinsi Aceh Dr Armiadi saat dihubungi kemarin mengatakan, program rumah duafa sudah diserahkan secara teknis kepada komite pelaksana yakni Heri.
"Bila ada permasalahan, silahkan hubungi komite saja," ucapnya.Heri, yang berhasil dihubungi wartawan kemarin mengatakan, akan segera membangun rumah tersebut mengugnakan dana infaq dari Baitul Mal.
Menurutnya, pembangunan tersebut merupakan lanjutan program tahun 2013 dengan pagu anggaran sama yakni Rp 57 juta.
"Tidak ada masalah program 2013 dikerjakan di tahun 2014, karena ini menggunakan dana infaq," terang Heri, sembari menambahkan soal pondasi bila tidak layak akan dibongkar. (Medanbisnis/ck05)
Foto: Medanbisnis
Pasalnya satu unit rumah milik Aisya (57) yang sudah dibongkar bagian dindingnya tapi mandeg dikerjakan pihak rekanan akhir Desember 2013.
Hingga kini belum jelas kapan rumah reot tersebut kembali dibangun.Saat menyambangi rumah Aisya di Desa Mesjid, tampak sejumlah material bangunan seperti batu bata dan besi sudah didatangkan pihak kontraktor.
Gito, salah seorang pekerja, meangatakan pembangunan rumah tersebut akan dilanjutkan.Sementara di sekeliling rumah Aisya yang berukuran 3x5 meter berlantai tanah ini tampak baru dibangun pondasi dengan besi berukuran 9 milimeter.
Tahu rumahnya akan segerah dibangun, ia pun berinisiatif mengungsi ke rumah kerabat terdekat.Namun selang beberapa bulan rumah duafa yang seyogianya dibangun tepat waktu tersebut tak kunjung dikerjakan, sementara dinding rumah janda ini sudah dibongkar oleh tukang yang membuatnya tidak mungkin lagi menghuni rumah tersebut.
Suriani, warga terdekat menuturkan, sepengetahuannya pembangunan rumah terhenti sejak November 2013. Setelah selesai pembuatan fondasi, para pekerja tidak tampak kembali meneruskan pekerjaan.
"Kalau memang tidak jadi dibangun, seharusnya dinding kembali dipasang, sehingga pemilik rumah bisa menempati kembali," ujarnya.
"Ada beberapa kali pihak yang mengaku dari Baitul Mal datang untuk mengecek, sempat kami tanyakan apa masalahnya kok tidak diteruskan, dia menjanjikan seminggu lagi akan dilanjutkan pembangunannya, tapi belum terbukti sampai sekarang," sambung Suriani.
Hal serupa disampaikan warga lain, Abdul Manaf, dia mengatakan gara-gara rumah tidak jadi dibangun nasib Aisya terkatung-katung.
Sebab, wanita yang kesehariannya mencari nafkah dengan berjualan kue itu terpaksa mengungsi ke tempat kerabatnya sehingga menyulitkan dia untuk beraktivitas sehari-hari."Padahal kalau dikerjakan, sekitar dua bulan rumah sudah rampung," ujar Manaf.
Aisya kepada wartawan mengatakan, bersyukur rumahnya akan kembai dibangun, karena sudah lama ia menunggu dan akhirnya datang sejumlah orang termasuk ketua komite mengecek dan mendatangkan material.Tapi dia masih meragukan pengecoran pondasi awal yang dikerjakan tukang yang lama, yang dinilainya kurang kokoh.
Sebab, tanah tidak digali lebih dulu, hanya dicangkul dengan kedalaman beberapa sentimeter.Mantan Kepala Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang Drs Syuibun Anwar saat dikonfirmasi beberapa waktu lalu menegaskan, kasus berhentinya pembangunan rumah duafa itu dikarenakan oknum kontraktor tidak memiliki modal.
Metode yang dijalankan rekanan saat ini hanya menunjuk tukang untuk bekerja, sementara fungsi pengawasan terbilang lemah karena konsultan pengawas didatangkan dari provinsi untuk mengawasi satu daerah.
"Pihak Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang waktu saya menjabat Juni 2013 sudah pernah meminta untuk pelaksanaan tender atau pengawasan dilakukan oleh kabupaten, namun tidak diberikan dan tetap ditangani provinsi," ungkap Syuibun.
Menurutnya, di Kabupaten Aceh Tamiang untuk tahun 2013 pembangunan rumah duafa sebanyak 47 unit dengan pagu anggaran Rp 57 juta tiap unit.
Sementara secara global untuk Provinsi Aceh jumlah pembangunan rumah duafa sebanyak 1.000 unit dengan total anggaran Rp 57 miliar.
"Sejauh ini Baitul Mal kabupaten dalam kapasitas mengusulkan calon penerima sesuai dengan yang disamapaikan Baitul Mal Aceh, sedangkan proses tender dan pengawasan ditentukan provinsi," katanya lagi.
Kepala Baitul Mal Provinsi Aceh Dr Armiadi saat dihubungi kemarin mengatakan, program rumah duafa sudah diserahkan secara teknis kepada komite pelaksana yakni Heri.
"Bila ada permasalahan, silahkan hubungi komite saja," ucapnya.Heri, yang berhasil dihubungi wartawan kemarin mengatakan, akan segera membangun rumah tersebut mengugnakan dana infaq dari Baitul Mal.
Menurutnya, pembangunan tersebut merupakan lanjutan program tahun 2013 dengan pagu anggaran sama yakni Rp 57 juta.
"Tidak ada masalah program 2013 dikerjakan di tahun 2014, karena ini menggunakan dana infaq," terang Heri, sembari menambahkan soal pondasi bila tidak layak akan dibongkar. (Medanbisnis/ck05)
Foto: Medanbisnis