Foto; sindo.news RICO FAHRIZAL | STC ACEH TAMIANG | Pengamat politik dan keamanan Aceh, Aryos Nivada kepada STC , Kamis (27/2)...
Foto; sindo.news |
RICO
FAHRIZAL | STC
ACEH TAMIANG | Pengamat politik dan keamanan Aceh, Aryos Nivada kepada STC, Kamis (27/2) mengatakan bahwa kondisi Aceh belakangan ini semakin tidak
kondusif. Hal itu bisa dilihat dari beberapa kasus yang terjadi belakangan ini,
seperti kasus penembakan Posko Partai Nasdem di Aceh Utara.
“Kasus penembakan
posko Nasdem sedikit menarik untuk dianalisis. Mengapa harus partai baru
menjadi incaran dari pelaku, apakah caleg Partai Nasdem mampu mempengaruhi
suara bagi caleg dari partai lain?” sebut Aryos yang juga peneliti di Jaringan
Survey Inisiatif.
Menurutnya, jika
dikaitkan dengan perseteruan dari segi kekuatan politik antar partai, hal itu
sedikit janggal karena Partai Nasdem di wilayah Aceh Utara belum memperoleh
kursi. ”Ada keanehan jika membaca pemberitaan media, dimana pelaku terkesan
sudah membuat skenarionya. Ditunjukan dengan cara operasinya hanya menembak
posko tanpa mengenai target orang ditambah lagi memiliki senjata M16,” kata
Aryos.
Keanehan kedua
kejadian kriminalitas selalu dominan di wilayah pesisir timur, bahkan
penggunaan senjata oleh pelaku sangat masif. Ini menunjukan peredaran senjata
di wilayah tersebut masih marak. Selanjutnya memunculkan pertanyaan di benak
Aryos, siapa yang menyelundupkan senjata dan bagaimana jalur masuknya?”
Masih menurut Aryos
Nivada mengatakan “Saya berpikir ini strategi dari pihak-pihak tertentu yang berkeinginan Aceh dikatagorikan tidak aman
sehingga mengambil keuntungan atas kondisi tersebut. Intinya ada penggiringan
bahwa Aceh tidak aman sehingga dapat mengambil keuntungan dari segi ekonomi dan
politik,” katanya.
Kondisi itu, menurut
penulis buku Wajah Politik dan Keamanan Aceh harus direspon cepat oleh pihak kepolisian untuk segera
mengambil tindakan dalam bentuk. Polisi diharapkan harus benar-benar bersikap
serius dan netral tidak berpihak dalam mengungkapkan disetiap kasus yang terjadi di Aceh.
“Polisi juga harus
berani mengungkapkan penjualan dan penyelundupan senjata di Provinsi Aceh agar
mengurangi tingkat kejadian penggunaan senjata api.” [***]