HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Warga Tenggulun Demo, Minta Bupati Tamiang Izinkan Penambangan Dolomit

ACEH TAMIANG | STC - Puluhan warga dari sejumlah desa dalam Kecamatan Tenggulun, Kabupaten Aceh Tamiang, mendatangi kantor bupati di Ka...

ACEH TAMIANG | STC - Puluhan warga dari sejumlah desa dalam Kecamatan Tenggulun, Kabupaten Aceh Tamiang, mendatangi kantor bupati di Karang Baru, Selasa (28/1), meminta agar bupati mencabut keputusannya menghentikan penambang batu dolomit, yang diputuskan penghentiannya pada rapat 21 Januari 2014. Warga dari Desa Selamat, Desa Tenggulun dan Desa Simpang Kiri ini datang menggunakan dua unit dump truk dan puluhan sepeda motor. Dalam orasinya, mereka meminta bupati bersikap adil kepada masyarakat, dengan kembali memberikan izin penambangan dolomite, serta sebaliknya menutup CV Langkat Jaya. 
Apabila tuntutan mereka tidak ditanggapi, masyarakat mengancam akan menghentikan paksa operasional angkutan CPO di desa mereka.

Beberapa menit berorasi, enam orang sebagai perwakilan warga diperbolehkan masuk untuk berkoordinasi dengan pemerintah daerah. Sembari menunggu rekan mereka bernegosiasi, puluhan pengunjuk rasa lainnya duduk-duduk di halaman kantor bupati, sambil terus bernyanyi. 

Suasana sempat riuh setelah pertemuan dianggap lamban, dan belum mencapai keputusan. Sesekali beberapa orang terlihat sibuk menelpon rekannya yang berada di dalam ruang pertemuan. Sementara dua lapis petugas Satpol PP dan polisi bersiaga, memagar betis pintu masuk kantor bupati. 

Lama menunggu, warga akhirnya kesal. Mereka nyaris memecah barisan petugas untuk merangsek masuk ke dalam kantor, namun upaya itu berhasil dicegah Polwan yang tersebar di tangga masuk.

Setelah hampir dua jam, enam orang perwakilan warga keluar dari ruangan kantor bupati dengan membawa kabar yang tidak memuaskan pengunjukrasa. Kerumunan warga kembali mengancam akan menduduki kantor bupati sampai tuntutan mereka dipenuhi.

Muhamad Ali, warga Desa Selamat kepada wartawan mengaku telah kehilangan pekerjaan pascakegiatan tambang dolomit dihentikan pemerintah daerah. Ali yang kesehariannya menjaga alat berat, kini tak lagi bergaji. "Biasanya kelompok kami menjaga sebanyak tujuh unit alat berat dengan upah Rp 1,2 juta/unit setiap bulan," ungkapnya.

Informasi diperoleh wartawan dari seorang staf pemda, perwakilan warga telah bertemu Kabag Pemerintahan Tri Kurnia yang didampingi Kadis Perhubungan Helmi. Diskusi alot dan menuju jalan buntu, karena permintaan warga tidak bisa dipenuhi. Sampai akhirnya Kabag Pemerintahan harus menelepon wakil bupati, dan juga tidak ada keputusan. 

"Hanya saja pemda minta waktu lima hari untuk mengambil keputusan," ucapnya. Puluhan warga akhirnya sepakat membubarkan diri, seraya mengancam bakal merusak infrastruktur jembatan di kawasan mereka.

Aksi demo bubar, akhirnya menyisakan sampah seperti bungkus nasi, bekas minuman kemasan, bungkus rokok dan plastik-plastik. Dari pengamatan, sampah juga tersebarsampai ke lokasi parkir mobil orang nomor satu di kabupaten itu. Trotoar taman, pot bunga, teras dan jalan masuk juga tak luput dari sampah. (ck 05/medanbisnis)

Foto : ck 05/medanbisnis