HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

MPI Aceh Tamiang Bukan Parasit Masyarakat

Ilustrasi (masyarakatpancasila.org) SYAWALUDDIN | STC KARANG BARU -   Dewan Pimpinan Kabupaten (DPK) – Khusus Masyarakat Pancasila ...

Ilustrasi (masyarakatpancasila.org)
SYAWALUDDIN | STC

KARANG BARU - Dewan Pimpinan Kabupaten (DPK) – Khusus Masyarakat Pancasila Indonesia (MPI) Aceh Tamiang (Atam), hadir ditengah masyarakat bukan sebagai parasit, yang menggerogoti hak-hak rakyat, tetapi membangun harga diri dan martabat rakyat dengan mengikis bibit-bibit korupsi serta tikus berdasi di tanah Bumi Muda Sedia.

“Kami hadir bukan sebagai parasit bangsa, tapi membangun sebuah peradaban yang lebih baik dan  bebas korupsi, memanusikan manusia, memupuk nilai-nilai Sosial dan Kemanusiaan, memang MPI baru lahir di Atam, tapi bukan untuk merusak generasi muda tapi mengajak mereka untuk berpikir intelektual dan bukan bergaya premanisme”. Tegas Zul Herman, Ketua DPK-Khusus MPI Atam.

Menurutnya, nilai-nilai kemanusiaan dan sosial adalah langkah maju untuk membangun bangsa, dua sisi ini perlu dipupuk di dalam kader MPI agar berjiwa Sosial dan Kemanusiaan, MPI bukan pecundang untuk mencari kesalahan orang, tetapi memperbaiki, citra, moral dan nilai-nilai wawasan kebangsaan.

Hal tersebut ditegaskan Zul Herman yang kerap disapa Yongcek itu; pada pidato peresmian gedung sekretariat DPK-Khusus MPI Atam kemarin, tiga hari lalu, yang dihadiri oleh ratusan kader MPI se Kabupaten Atam.

Selain itu, DPK – Khusus MPI Atam juga menyantuni anak yatim dari Kecamatan Seruway dan Kota Kualasimpang, yang merupakan bentuk sumbangsih dari para keluarga besar pengurus, kader dan simpatisan MPI di kabupaten Atam. Hati mereka tergerak untuk membantu saudara kita yang kurang mampu.

Zul mengingatkan kepada kader MPI Atam; untuk bisa mensejajarkan diri kepada lembaga, pemerintah, kelompok-kelompok tertentu, terutama didalam kehidupan masyarakat. Hal ini perlu dalam mensinergikan pendapat yang berbeda-beda, agar kader MPI kelak bisa diterima dan berkembang di tengah-tengah masyarakat dengan pemikiran yang maju.

Memang; tugas mem-booming-kan MPI memang tidak semudah membalikkan telapak tangan, butuh waktu, pemikiran, serta pemikiran yang rasional tetapi baukan rasisme yang dipadati oleh pikiran singkat dalam menggapai sebuah harapan dengan jalan tidak benar.

“Saya ingatkan, terutama bagi diri saya sendiri dan kader MPI, pupuklah nilai-nilai Sosial dan Kemanusiaan, kalau kita mau dihargai sebagai kader MPI yang bermoral dan bermartabat. Formula ini obat jitu dalam membangun masyarakat yang kritis tapi berwawasan intelektual”. Tegasnya mengakhiri (***)