HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Tangse, Aceh Pidie dari Bencana ke Bencana

Foto: Serambinews TANGSE | STC -  GEMPA yang mengguncang Tangse, Kabupaten Pidie, Selasa siang kemarin melengkapi rangkaian derita akib...

Foto: Serambinews
TANGSE | STC -  GEMPA yang mengguncang Tangse, Kabupaten Pidie, Selasa siang kemarin melengkapi rangkaian derita akibat bencana yang terjadi sebelumnya. 

Setidaknya dalam dua tahun terakhir, masyarakat yang bermukim di kawasan pegunungan yang berjarak lebih dari 190 km dari pusat Kota Banda Aceh tersebut sudah empat kali didera bencana. 

Tangse adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh. Kawasan yang terdiri 28 kecamatan ini dihuni oleh oleh sekitar 25.000 jiwa. Kota Tangse (ibu kota kecamatan) berada pada ketinggian 600-1200 mdpl. Iklim yang sejuk dengan curah hujan yang tinggi menjadikan kawasan ini subur untuk berbagai komoditas pertanian. 

Tangse dan kawasan sekitarnya juga memiliki hasil tambang seperti emas, bijih besi dan lain-lain. Bahkan di era 70-an wilayah ini merupakan daerah paling makmur di Aceh, dengan kopi robusta, padi (beras tangse) yang sangat legit, durian yang manis, dan holtikultura lainnya. 

Kini, Tangse semakin akrab dengan bencana. Data terbaru sejak dua tahun terakhir, misalnya, kawasan itu sudah didera dengan banjir bandang, banjir luapan, dan gempa bumi. Pada 10 Maret 2011, belasan desa di Tangse diterjang banjir bandang menewaskan 24 orang dan ratusan rumah termasuk bangunan lainnya hancur. 

Belum lagi hilang trauma akibat banjir bandang, selanjutnya pada 25 Februari 2012, Tangse kembali didera musibah berupa banjir luapan yang diakibatkan meluapnya aliran Krueng Inong. Sedikitnya 10 desa terkurung, 26 rumah hanyut, puluhan titik badan jalan tertimbun, transportasi lumpuh, dan listrik padam akibat tiang bertumbangan. 

Ke-10 desa yang diterjang banjir luapan waktu itu adalah Kebun Nilam, Blang Malo, Ulee Gunong, Pulo Mesjid I, Pulo Mesjid II, Pulo Kawah, Neubok Badeuk, Pulo Seunong, Simpek, dan Tanjong Bungong. Ketika Tangse sedang berusaha bangkit dari duka bencana akibat banjir, tiba-tiba pada Selasa pagi, 22 Januari 2013, prahara datang lagi. 

Kali ini gempa berkekuatan 6,0 SR yang memorakporandakan kawasan pegunungan itu, termasuk Mane dan Geumpang. Ratusan rumah rusak berat dan ringan. 

Tak sedikit fasilitas umum seperti jalan, jembatan, sekolah, kantor camat, rumah ibadah, dan pukesmas juga ikut amruk diguncang lindu. Ternyata derita Tangse belum juga berakhir. 

Gempa yang mengguncang pada Selasa siang, 22 Oktober 2013, pukul 12.40 WIB semakin memperpanjang derita bencana yang dialami masyarakatnya. Derita mereka adalah derita kita. Doa untuk kesabaran terus bergema. Semoga ini menjadi akhir dari rangkaian cerita duka. ( Serambinews )