Foto : tribunews Syawaluddin | STC ACEH UTARA - Intensitas curah hujan yang melebihi kapasitas dalam dua minggu terakhir menye...
Foto : tribunews |
Syawaluddin | STC
ACEH
UTARA - Intensitas curah hujan yang melebihi kapasitas dalam dua
minggu terakhir menyebabkan wilayah Pantai Timur Aceh terancam air bah. Beberapa kabupaten yang menjadi langganan
banjir kiriman adalah, Aceh Utara, Aceh Timur dan Aceh Tamiang, Provinsi Aceh.
Kali ini, air mengepung Kabupaten Aceh Utara; di 4 Kecamatan dan
merendam sebanyak 72 desa, akibat sejumlah sungai yang ada di wilayah tersebut
meluap. Humas Aceh Utara, Fahrul Razi kepada wartawan mengatakan; meluapnya
sungai-sungai diwilayah ini akibat curah hujan yang terlalu tinggi.
Dikatakan, sampai sejauh ini belum ada laporan korban jiwa dalam
musibah ini, beberapa warga di wilayah desa yang terendam itu, beringsut
mencari tempat-tempat ketinggian. Mereka mendirikan kamp-kamp pengungsi. Agar
terhindar dari jangkauan air.
Sebagian warga yang bertahan di kamp-kamp pengungsi membuat dapur umum
alakadarnya untuk bertahan hidup, meski air terlihat berangsur mulai surut.
Begitupun Pemkab Aceh Utara sudah menyediakan kamp pengungsian yang dilengkapi
dengan dapur umum untuk mengantisipasi dampak dari banjir ini.
“Kita sudah mengantisipasi dampak banjir, dengan mendirikan kamp
penampungan yang kita lengkapi dengan dapur umum, hal ini kita lakukan,
mengingat curah hujan yang terus mengguyur Gunung Antara intensitasnya sangat
tinggi”, jelas Fahrul.
Dari lokasi STC melaporkan; ketinggian genangan air bah mencapai 1,5 –
2 meter di empat kecamatan di Aceh Utara itu; Kecamatan Pirak Timu, Paya
Bakong, Matang Kuli dan Tanah Luas. Di Kecamatan Matang Kuli sampai dengan
pukul 00.35 Wib tadi malam, air yang menggenang masih bertahan setinggi 1,5
meter.
Sebab wilayah ini, merupakan wilayah terendah, yang menjadi daerah
tampungan air bah, dibandingkan dengan tiga kecamatan lainnya, yang berada di
ketinggian. Muksin (40) yang dijumpai mengatakan; dirinya terpaksa mengungsi
karena air bah merendam rumahnya setinggi 2 meter.
Dirinya sudah dua hari bertahan di kamp pengungsi darurat untuk
menghindar dari gerusan air bah. “Saya, berserta istri dan anak, sudah dua hari
bertahan di tenda darurat yang kita buat sendiri, sebab airnya tidak menentu,
kadang surut, kadang naik lagi. Saya berharap pemkab cepat tanggap
mengantisipasi dampak banjir ini”, katanya.