HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Pengolahan Asam Gelugur Aceh Tamiang Terkendala Lahan

Foto:-Medanbisnis ACEH TAMIANG | STC -  Agen penampung dan pengolah asam gelugur di Desa Simpang Opak, Kecamatan Bendahara, Aceh Tamian...

Foto:-Medanbisnis
ACEH TAMIANG | STC -  Agen penampung dan pengolah asam gelugur di Desa Simpang Opak, Kecamatan Bendahara, Aceh Tamiang, mengaku terkendala lahan untuk menjemur sekitar satu sampai dua ton buah asam gelugur yang diolahnya. 

Ditemui di lokasi usahanya, Selasa (23/7), Eliun Juniarli (46) mengatakan sudah 20 tahun menjadi agen dan pengolah asam gelugur, setelah sebelumya ia menjalankan usaha tersebut di Tanjung Pura, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. 

Menurutnya, Aceh adalah tempat strategis untuk mengembangkan usaha tersebut. Selain bahan baku banyak dan mudah didapat, harga belinya pun bisa bersaing dengan harga di Medan. 

Dikatakan, komoditas asam tidak seperti kakao,pinang dan sawit. Ketiga komoditas tersebut itu sudah ada pabriknya, sementara untuk asam gelugur belum ada. 

“Jadi kita hanya mengikuti apa yang dimau pengusaha eksportir,” ujarnya. Tidak sampai di situ, Eliun juga membudidayakan bibit asam gelugur, tidak terhitung sudah berapa ribu bibit asam berhasil dijualnya dengan harga Rp 2.500/batang. 

Dijelaskan, asam gelugur yang sudah kering dijual ke pengusaha eksport di Tanjung Balai, untuk selanjutnya dikirim ke Malaysia. 

Namun, dia mengakui, untuk penjemuran asam gelugur skala besar tidak punya lahan yang luas, maklum saat ini ia masih dalam tahap merintis usaha dengan lokasi dan tempat tinggal sistem kontrak. Dilanjutkan pria asal Kabupaten Langkat tersebut, pengolahan asam gelugur, setelah dipotong kemudian melalui proses penjemuran. 

Untuk mendapatkan asam yang kering harus dijemur selama lima sampai enam hari di cuaca panas. Bila tidak teliti, asam bisa bejamur, menghitam dan ikut membusuk sehingga dikauwatirkan tidak laku dijual. 

“Eksportir di Tanjung Balai hanya mau menerima barang yang benar-benar kering dan berkualitas,” imbuhnya. 

Disinggung soal harga, Eliun menyebutkan, buah asam gelugur bila dibeli dari kebun warga dengan agen memetik sendiri seharga Rp 1.000/kg, sementara bila diantar ketempat dibayar Rp 1.700/kg. Untuk  asam potong yang sudah kering dihargai Rp 12.000/kg.

Sementara Eliun menggaji tukang potong, dalam 1 kg asam diupah Rp 70. Sehari-hari dia dibantu 10 karyawan yang terlibat langsung dalam manajemen, antara lain membeli bahan baku, mengolah hingga memasarkannya.

Pria paruh baya ini berharap, ada campur tangan pemerintah daerah dalam mengembangkan usahanya, terutama dalam menyediakan lahan terbuka untuk menjemur asam. Sehingga ke depan usaha ini bisa menyerap tenaga kerja lebih banyak. 

“Selain itu suntikan dana peduli terhadap pelaku usaha dari pihak terkait, seperti Bagian Kesra Pemkab Aceh Tamiang sangat kami tunggu.” katanya. ( Medanbisnis )