Foto: Ilustrasi-atjehpost.com BANDA ACEH | STC - Gubernur Aceh Zaini Abdullah meminta aparat kepolisian mengusut dan menangkap para pe...
Foto: Ilustrasi-atjehpost.com |
“Aceh sudah kondusif, jangan lagi kacaukan Aceh, jangan ada lagi yang membuat riak-riak kekacauan menjelang pemilu. Mari mempraktikkan demokrasi secara sehat dan konstruktif, tidak melakukan tindakan yang mencederai demokrasi.
Selain menyerukan ketenangan, Zaini juga menyatakan Pemerintah Aceh dalam waktu dekat akan duduk bersama anggota Muspida Plus membahas berbagai peristiwa kekerasan di Serambi Mekkah.
“Kita bersama Muspida Plus akan duduk bersama membahas dan menemukan solusi atas peristiwa-peristiwa kekerasan belakangan ini,” kata Zaini.
Dalam perbincangan khusus dengan wartawan harian ini di Jakarta dua hari lalu, Zaini juga kelihatan begitu menaruh harapan besar pada polisi untuk menuntaskan peristiwa-peristiwa kekerasan yang belakangan ini terjadi di Aceh.
Yang menjadi pertanyaan kita adalah, apakah mungkin polisi bisa menuntaskan kejahatan berbau politik yang memiliki matarantai antara satu kasus dengan kasus lainnya? Bukankah kejahatan terkait politik hanya bisa diselesaikan secara politis juga? Polisi hanya bisa menyelesaikan secara fisik, misalnya menangkap pelaku dan semacamnya.
Sedangkan akar masalah cuma bisa dislesaikan secara politis. Di pihak lain, saat ini opini masyarakat terhadap politisi dan parpol memang kurang baik.
Imej buruk itu muncul karena banyaknya kasus-kasus politisi nakal dan parpol sikap parpol yang sering tidak memihak kepentingan rakyat banyak. Kemudian, adanya kejahatan-kejahatan yang berkembang sekarang ini, juga sudah membuat masyarakat kehilangan rasa aman dan nyaman.
Kita tak ingin masuk ke wilayah yang sudah dan akan ditangani Pak Gubernur bersama Muspida. Yang penting sekarang kita persoalkan adalah bagaimana masyarakat harus bersikap dalam suasana politik sepanas ini. Soalnya, kita melihat sejak dua pekan terakhir cara para bacaleg dan parpolnya memperkenalkan sudah rada brutal.
Tidak dapat lagi dianggap wajar meski kita masih sedang belajar berdemokrasi. Selain serangan terhadap fisik, isu menjurus fitnah yang sebelumnya kita takutkan, kini juga mulai merebak. Soal keyakinan, keabsahan ijazah, dan hal-hal negatif lain tentang seorang bacaleg mulai deras dihembuskan ke tengah masyarakat dengan berbagai cara.
Padahal, untuk masyarakat Aceh yang pemahaman demokrasinya sudah lumayan baik, cara-cara “kampanye hitam” seperti itu tidak efektif lagi untuk menjatuhkan lawan. Masyarakat Aceh sekarang sudah bisa menjatuhkan pilihan berdasarkan hati nuraninya.
Jadi bukan karena tekanan atau intimidasi.Akhirnya, kita berharap Muspida Aceh dapat menyelesaikan ketegangan politik ini sebelum dampak buruknya berimbas ke masyarakat. ( Serambinews.com )