Foto : koran.jakarta.com DEWI INDRIANI | STC ACEH TAMIANG | Kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) harus banyak-banyak berinter...
Foto : koran.jakarta.com |
DEWI
INDRIANI | STC
ACEH
TAMIANG | Kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) harus banyak-banyak
berinteraksi dengan
masyarakat. Tujuannya untuk memperkenalkan jati diri PKS sebenarnya lewat
gambaran asli kader alih alih kasus Ahmad Fathanah.
Hal itu ditegaskan H Tgk Raihan
Iskandar, Lc, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dari
Fraksi PKS, dalam rilis yang diterima STC, Minggu (19/5). Dinyatakan Raihan di
hadapan para bakal calon legislatif PKS untuk DPRK Aceh Tamiang dan DPR Aceh.
Arus opini pemberitaan di media yang
berkembang sekarang memang tidak menguntungkan untuk partai mereka, dan
tidak ada cara lain daripada menyatakan langsung di lingkungannya seperti
apa PKS dan kadernya lewat interaksi sosial sehari-hari.
"Cara menyelesaikannya, turun langsung ke masyarakat melawan opini saat ini, Kita hadirkan jati diri ke masyarakat. Tingkatkan interaksi sosial dengan tetangga, sangat aneh kalau mengaku punya pemahaman islam yang baik tetapi di masyarakat tidak kenal, tegasnya dalam reses Selasa (14/5) lalu.
Tujuan yang lebih fundamen, tambah anggota DPR RI dari Dapil Aceh 2 itu, untuk menciptakan basis teritorial dan berakar di lingkungannya. Dengan begitu caleg tidak perlu terlalu banyak mengeluarkan biaya kampanye jor-joran.
"Iklan itu cuma berefek 22 persen,
sisanya tatap muka dan interaksi langsung. Baliho, umbul-umbul, stiker, hanya sarana pengingat saja setelah interaksi yang intens tadi," imbuh pria asal Pidie itu.
Tak lupa Raihan menegaskan agar sounding ke masyarakat bahwa Ahmad Fathanah bukanlah kader PKS apalagi kader inti sebagaimana opini yang berkembang di banyak media.
Sumbang Kursi
Sementara
itu, saat melakukan kunjungan ke daerah pemilihan di Kecamatan Tenggulun, Rabu
(15/5), Raihan sempat pula menyambangi Madrasah Ibtidaiyah Swasta Baitul
Makmur. Didampingi ketua DPD PKS Aceh Tamiang, Mustafa MY dan Bendahara
Zulkarnain, AMd.
Ia
prihatin dengan kondisi fasilitas di sekolah agama tersebut. Terutama sekali
bangkunya banyak yang patah. Meskipun bukan di bawah komisi pendidikan tempat
dimana ia bernaung, Raihan kemudian menyumbangkan 50 kursi untuk sekolah
tersebut. (***)