Foto : yanwarfakhri.blogspot.com RICO FAHRIZAL | STC BANDA ACEH | Penyerangan terhadap calon legeslatif yang terjadi belakangan ...
Foto : yanwarfakhri.blogspot.com |
RICO FAHRIZAL | STC
BANDA ACEH | Penyerangan terhadap calon legeslatif yang terjadi belakangan ini menunjukkan
bahwa prilaku individu bergaya preman yang anti demokrasi masih dominan
dilakukan. Bila terus dibiarkan imbasnya keamanan Aceh akan terganggu.
Begitu pendapat pengamat politik
dan keamanan Aceh Aryos Nivada, Minggu (28/4/2013) saat diminta pandangan
terhadap maraknya intimidasi terhadap caleg menjelang Pemilu 2014. Kata Aryos,
prilaku premanisme belum mampu dihilangkan oleh kader partai politik tertentu.
Bahkan, sikap anti demokrasi itu terkesan terus dipelihara.
“Seharusnya etika berdemokrasi diiringi dengan
tindakan yang fair mampu diterapkan oleh politisi yang maju ke arena
pemilu 2014. Jangan sampai tindakan itu menjadi prilaku yang dianggap lumrah
oleh politikus,” ujar Magister Politik Pemerintah UGM ini.
Lebih jauh ia mengatakan, maraknya
kasus kekerasan menunjukan kelemahan dari pihak Polda Aceh dalam menjamin rasa
aman bagi masyarakat. Bila pihak kepolisian tidak mampu mengantisipasi,
kata Aryos, jangan salahkan masyarakat bila apatis terhadap hukum. Imbasnya,
masyarakat cenderung mengambil jalan penyelesaian sendiri.
“Kasus-kasus seperti ini besar
peluang akan mempengaruhi stabilitas keamanan yang tidak kondusif. Parahnya
lagi pemilu tidak berjalan sesuai rencana karena regulasi demokrasi akan banyak
dilanggar,” tambahnya.
Menurut Aryos Dosen FISIP
Universitas Teuku Umar, Polda Aceh bersama masyarakat harus dan semua stakeholder
harus bersinergi dalam menciptakan kondisi yang aman dilingkungan
setempat.
“Saran saya seluruh caleg yang
maju ke pemilu 2014 harus mengedepankan semangat menjaga kedamaian dan
mensukseskan jalannya pemilu yang sebentar lagi akan berlangsung,” pesannya. [***]