HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Apel Bendera Ala Partai Busuk

Foto : Syawaluddin/STC Laporan : SYAWALUDDIN | STC ACEH TAMIANG | ‘Kuluk’ terduduk lesu, saat iring-iringan konvoi Apel Bendera ...

Foto : Syawaluddin/STC
Laporan : SYAWALUDDIN | STC

ACEH TAMIANG | ‘Kuluk’ terduduk lesu, saat iring-iringan konvoi Apel Bendera Merah Putih tiga kabupaten—Aceh Tamiang (Atam), Kota Langsa dan Aceh Timur (Atim)—meninggalkan dirinya menuju Kota Langsa pusat apel dari tiga kabupaten kemarin pagi.

Padahal tak seharusnya dia tertinggal, namun aba-aba Korlap memerintahkan dirinya untuk mendatangi salah satu Partai Nasional (Parnas), untuk menanyakan kenapa Parnas yang ada di Atam tidak mengirimkan utusannya, dalam apel akbar merah putih tersebut.

Kuluk mendapatkan jawaban, “kita tidak dibenarkan oleh ketua provinsi untuk mengikuti apel itu, kalau minta anggota kami, konfirmasikan ke provinsi dulu”. Begitu kata ketua salah satu Parnas di kabupaten ini.

Dengan wajah miris, Kuluk pun balik. Begitu sampai alangkah terkejutnya dia, sebab dia tak melihat iring-iringan konvoi truck bendara merah putih yang akan membawanya ke Kota Langsa. Hanya Korlapnya saja yang terlihat sibuk menelpon untuk suksesnya perlhelatan akbar tersebut.

Diapun menunggu Korlap selesai menelpon, untuk melaporkan hasil kunjungannya ke salah satu Parnas tadi. Begitu selesai tanpa tedeng aling-aling kuluk melaporkan kunjungannya ke Parnas “Bang, semua Parnas tidak mau ikut Apel Bendera Merah Putih ini, intinya mereka tidak mendukung gerakan ini bang”. Kata Kuluk, lalu di jawab Korlap “Mereka Sparatis dan PKI itu, ndak ada jiwa NKRI-nya, pengecut”. Tegas Korlap Apel.

Lalu, Kuluk dan Korlap pun berangkat menuju kota Langsa, untuk mengikuti Apel Akbar Bendera Merah Putih dengan menggunakan mobil kijang hijau. Dialog pun terjadi di dalam mobil. “Aneh ya bg, Parnas kan merupakan perwakilan politik dari pusat ke Provinsi dan Kabupaten, untuk memberikan yang terbaik bai rakyat”. Kata Kuluk.

“Alah…mereka lebih dari Gerakan Aceh Merdeka (GAM), jadi bukan GAM, tapi lebih dari GAM. Mereka hanya mementingkan diri pribadi, kelompok dan perutnya. Biarlah Negara bangkrut. Asal mereka bisa menikmati hasil dari rekayasa politik murahannya, menipu rakyat dan menjadikannya komoditi kepentingan, Kuluk”. Lanjut Korlap.

Dimana harga diri anggota Parnas yang katanya pro NKRI, tapi kenyataanya dalam apel akbar Bendera Merah Putih itu tak terlihat ada anggota Parnas yang ikut Apel, mana suara NKRI partai yang konon bela Negara seperti Golkar, PPP, PKS, Patriot Indonesia, PBB, PBR, PDI Perjuangan, Gerindra, Demokrat, dan banyak lagi lainnya. Tidak memberikan kontribusi bela Negara.  
“Itu kuluk, jangan lagi pilih calon legislatif dari Parnas, mereka itu tak lebih bagaikan parasit yang menggerogoti Negara, katanya bela kepentingan rakyat dan Negara. Buktinya apa?, apel bendera merah putih pro NKRI saja mereka takut mati di tembak oleh momok kan?...keterlaluan itu Kuluk, nyawa bukan momok yang menentukan tapi Allah”.   

Memang sih, tak satu Partaipun yang terlihat ikut dan ada dibarisan konvoi Apel Akbar Bendera Merah Putih Pro NKRI, kecuali itu Parnas dari PKPI ada mengirimkan utusannya sebanyak 5 orang. Yang lainnya pada kolep atau tidur, atau tidak mau tahu. Luar biasa kontribusi Parnas ‘PARTAI NASIONAL BUSUK’ yang membuat Indonesia kolep. Percaya atau tidak, analisa saja sendiri.
****
Konvoi Ormas, OKP dan LSM
Kamis, Pagi jam 9.30 wib kemarin. 500 an warga Atam dari berbagai elemen Ormas, OKP dan LSM berkumpul di alun-alun Kantor bupati Atam yang tergabung dalam Solidaritas Masyarakat Sipil Aceh Tamiang (SOMASI) melakukan Apel Bendera Merah Putih Pro NKRI dengan memusatkan acara di Kota Langsa dari tiga Kabupaten/Kota. Aceh Tamiang, Kota Langsa dan Aceh Timur.

Tepat jam 10.00 wib, elemen masyarakat Atam melakukan konvoi menuju kota Langsa, warga dari tiga Kabupaten tumpah ruah di Lapangan Merdeka Kota Langsa. Seribuan warga menolak dan mendesak pusat untuk tidak mengesahkan Qanun Nomor 03 tahun 2013 tentang Lambang dan Bendera Aceh.

Gerakan itu menolak lahirnya qanun nomor 3 tahun 2013 tentang lambang dan Bendera Aceh yang dapat dan berpotensi kerawanan sosial paska perjanjian damai Agustus 2005 di Helsinky lalu. Apalagi diperkuat dengan riset Rabithah Thaliban, dimana symbol buraq tersebut telah melukai islam, dengan menghina nabi Muhammad SAW.

Begitupun para anggota dewan yang berasal dari parnas hanya diam dan diam, tidak mampu berbuat apa-apa. Korlap SOMASI Atam, Sayed Zainal MSH dalam orasinya di Kota Langsa mengatakan; menentang dan menolak sikap politik anggota DPRK dan DPRA dari Partai Politik Nasional yang hanya diam, takut dan tidak memberikan pendapat, saran terhadap lahirnya qanun nomor 3 tahun 2013 tentang lambang dan Bendera Aceh yang dapat dan berpotensi memecah belahkan persatuan dan kesatuan NKRI.

Didepan Anggota Apel, Sayed menegaskan; meminta secara sadar kepada anggota DPRK dan DPRA segera mengundurkan diri dari lesgislatif dan dari keanggotaan ataupun pengurus Partai Nasional karena tidak memiliki tanggung jawab sebagai bangsa dan anggota masyarakat di NKRI ini. 

Selain Sayed, Ketua PETA Aceh Teuku Sukandi menegaskan, kalau pengesahan qanun Bendera dan Simbol Aceh adalah bentuk penistaan terhadap UUD NKRI 1945 dan penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW, sebab Buraq yang di lambangkan sebagai kepala perempuan cantik dengan memakai mahkota, bukan gambaran buraq seperti yang di katakana dalam Al-Qur’an.

Dia juga menyerukan kepada ulama-ulama Aceh untuk menyerukan dan mengambil langkah-langkah bijak dan keputusan tentang symbol Aceh yang dianggap sudah menghina tersebut. “Ulama jangan diam, kami minta tolong ingatkan, kalau buraq yang digunakan sebagai symbol Aceh tersebut adalah salah”. Tegasnya

Menurutnya, ini adalah bentuk pemecah belahan persatuan dan kesatuan bangsa Aceh, dari orang Yahudi. “itu dogma nya yahudi untuk menghancurkan aqidah Islam, para ulama Aceh tolong segera luruskan ini, agar tidak terjadi perpecahan dalam mengartikan hala-hal yang salah”.

Disamping itu Ketua Departemen Riset RTA, Zulkhairi, MA dalam risetnya bahwa; sejarah tentang buraq tidak bisa dipisahkan darti sejarah islam yang diukir oleh Nabi Muhammad SAW saat melakukan isra’ mi’rat, tidak ada referensi otentik bahwa buraq itu berkepala wanita.

Bahwa buraq berkepala wanita dengan mahkota emas adalah bentuk penghinaan orang yahudi kepada Nabi Muhammad, yahudi mencemooh seolah gila perempuan dan harta. Buraq dimaknai sebagai kendaraan yang terbangnya secepat kilat, buraq dalam bahasa arab berarti kilat.

“Saya hanya sekedar mengingatkan, jangan sampai lambing Aceh kontradiksi dengan semangat keislaman masyarakat Aceh. Persoalan lambing apa yang bisa dipakai sebagai penggantinya, saya kira pemerintah Aceh dan DPRA bisa berkoordinasi dengan jajaran ulama besar di Aceh”. Tegas Zulkhairi. (***)