Foto : Rico Fahrizal RICO FAHRIZAL | STC ACEH JAYA | Hujan yang terus menerus mengguyur Nagan dan Aceh Jaya Sabtu (6/4), mengakibatka...
Foto : Rico Fahrizal |
ACEH JAYA | Hujan yang terus menerus mengguyur Nagan dan Aceh Jaya Sabtu (6/4), mengakibatkan sungai (Krueng Lamie) di Nagan Raya meluap. Sementara di Aceh Jaya, akibat jebolnya tanggul sungai (Krueng) Teunom tersebut, akibatnya tinggi debit air melebihi, karena hujan yang melanda di dua kawasan tersebut.
Informasi yang diterima STC via seluler Sabtu (6/4), banjir kiriman yang melanda dua tempat tersebut, datang sangat cepat, membuat warga tidak sempat menyelamatkan harta bendanya, ketinggian air saat ini telah mencapai 2 meter, merata di semua kecamatan dan belum ada informasi, mengenai korban jiwa, kecuali harta benda penduduk serta tanaman.
Meluapnya sungai (Krueng Lamie) yang letaknya di pesisir barat sumatera, atau 400 kilometer dari Provinsi Aceh itu, selain merendam belasan hektar tanaman produktif, seperti kakao, kelapa sawit dan paliwija juga merendam enam desa di Kecamatan Tripa Makmur, meliputi Gampong Ujong Krueng, Neubok Yee PP, Neubok Yee PK, Drien Tujoh, Babah Lueng.
Luapan air sungai Krueng Lamie, awal nya terjadi Senin (1/4) sekitar pukul 06.00 WIB. Tinggi air dipermukaan perlahan-lahan bertambah, dari 80 centimeter (cm) hingga mencapai 2 meter, merendam seluruh permukiman warga.
Sementara Informasi yang diterima, dari Aceh Jaya, banjir Jumat (8/2), akibat jebolnya tanggul sungai tersebut, serta tingginya curah hujan beberapa hari terakhir, membuat debit air sungai (Krueng Teunom) meluap ke pemukiman warga.
Belum ada tanda tanda air akan surut, akibatnya banyak aktivitas masyarakat terhenti total, termasuk proses belajar-mengajar.
Di Nagan Raya, banjir juga menyebabkan 200 kepala keluarga (KK) di Kecamatan Tripa Makmur mengalami kerugian, karena air bah tersebut, telah merusak dan menghanyutkan harta benda, termasuk ternak unggas warga. Dan belum ada informasi, mengenai korban jiwa, kecuali harta benda penduduk serta tanaman.
FMAKHA (Forum Masyarakat Aceh Tamiang untuk Kelestarian Hutan Aceh) menilai, banjir yang melanda di dua kawasan tersebut, yaitu Nagan dan Aceh Jaya, merupakan salah satu dampak dari illegal logging.
Untuk itu FMAKHA meminta Polda Aceh menindak tegas pelaku illegal logging tersebut. Disamping itu FMAKHA juga meminta, Pemerintah Aceh agar meninjau ulang kembali usulan Perubahan Peruntukan dan fungsi kawasan hutan Aceh, karena alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian. Di sadari atau tidak hal itu telah banyak menimbulkan masalah (red-bencana), seperti penurunan kesuburan tanah, erosi, kekeringan dan banjir. (***)