suara-tamiang.com: | Kabupaten Aceh Tamiang, setelah sepuluh tahun terpisah dan berdiri sendiri, telah membawa beberapa perubahan baik s...
suara-tamiang.com: | Kabupaten Aceh Tamiang, setelah sepuluh tahun terpisah dan berdiri sendiri, telah membawa beberapa perubahan baik sosial maupun ekonomi, selain berbatasan langsung dengan Sumut, tamiang juga jadi gerbang jalur keluar masuk kendaraan, antar provinsi.
Hal itu membuat intensitas kenderaan masuk dalam mengangkut barang jadi tinggi. Sayangnya Pemkab Atam dinilai lamban atau kurang jeli melihat potensi tersebut, buktinya hingga kini, Aceh Tamiang belum menyediakan Terminal Mobil Angkutan Barang (Mobar).
Padahal bila potensi tersebut dimanfaatkan, yaitu keberadaan sebuah terminal barang(Mobar), akan sangat besar menambah PAD, karena pajak parkir di Terminal Mobar masih menjadi sumber pendapatan tertinggi untuk daerah.
Tetapi akibat ketiadaan sebuah Terminal Mobar, selain Pemkab Atam kehilangan PAD, juga menambah kesemrawutan lalu lintas.
Pantauan Berita Sabtu(16/3), Kuala Simpang sebagai kawasan kota terpadat di Aceh Tamiang, sehari-hari pemandangan rutinnya terlihat seperti kota tak bertuan, semerawut karena banyak kenderaan berbadan besar, bebas keluar masuk kota, tanpa rute dan pengaturan waktu melintas seenaknya dalam kota.
Seharusnya armada angkutan barang tidak diperkenankan melintasi jalan-jalan tertentu pada siang hari, dan hanya diperkenankan masuk pada malam hari.
Belum lagi Traffic Light yang juga telah sangat lama dibiarkan tidak berfungsi, semakin menambah kesemerautan dan kemacetan Menurut Warga pada Berita, banyak kenderaan berbadan besar seenaknya saja mem-bongkar-muat barang di dalam kota, ironisnya, petugas terkait, seperti Satpol PP, Dishub dan Polantas, tidak datang menertibkan.
"Ketiadaan sebuah Terminal Mobar, bukan menjadi alasan untuk membiarkan kondisi tersebut berjalan terus, karena hal itu bisa menghilangkan wibawa Pemerintah Daerah,' ujar warga Dan disinyalir, banyak oknum baik dari dinas tertentu, maupun oknum preman dari organisasi tertentu, memamfaatkan kondisi tersebut, untuk menarik semacam setoran keamanan untuk dapat masuk kota, seharusnya setoran tersebut bisa menjadi PAD Pemkab Atam dalam membangun Tamiang.
Menurut penilaian beberapa tokoh masyarakat, "Tamiang jika dibandingkan dengan Langsa", "Pemkabnya seperti kehilangan wibawa,” dan itu terbukti, “traffic Light saja, tidak bisa di atasi?" ironisnya lampu tamannya malah diperbanyak, dan sekarang banyak yang tidak berfungsi jika malam hari.
Anehnya beberapa minggu ini, mulai dari tingkat Kecamatan sampai Kabupaten sedang fenomenal dengan Musrenbang.
"Musrenbang hanya seremonial saja, buang-buang duit, "ujar warga yang tidak mau namanya di tulis pada Berita. | Sumber : Berita Sore
Hal itu membuat intensitas kenderaan masuk dalam mengangkut barang jadi tinggi. Sayangnya Pemkab Atam dinilai lamban atau kurang jeli melihat potensi tersebut, buktinya hingga kini, Aceh Tamiang belum menyediakan Terminal Mobil Angkutan Barang (Mobar).
Padahal bila potensi tersebut dimanfaatkan, yaitu keberadaan sebuah terminal barang(Mobar), akan sangat besar menambah PAD, karena pajak parkir di Terminal Mobar masih menjadi sumber pendapatan tertinggi untuk daerah.
Tetapi akibat ketiadaan sebuah Terminal Mobar, selain Pemkab Atam kehilangan PAD, juga menambah kesemrawutan lalu lintas.
Pantauan Berita Sabtu(16/3), Kuala Simpang sebagai kawasan kota terpadat di Aceh Tamiang, sehari-hari pemandangan rutinnya terlihat seperti kota tak bertuan, semerawut karena banyak kenderaan berbadan besar, bebas keluar masuk kota, tanpa rute dan pengaturan waktu melintas seenaknya dalam kota.
Seharusnya armada angkutan barang tidak diperkenankan melintasi jalan-jalan tertentu pada siang hari, dan hanya diperkenankan masuk pada malam hari.
Belum lagi Traffic Light yang juga telah sangat lama dibiarkan tidak berfungsi, semakin menambah kesemerautan dan kemacetan Menurut Warga pada Berita, banyak kenderaan berbadan besar seenaknya saja mem-bongkar-muat barang di dalam kota, ironisnya, petugas terkait, seperti Satpol PP, Dishub dan Polantas, tidak datang menertibkan.
"Ketiadaan sebuah Terminal Mobar, bukan menjadi alasan untuk membiarkan kondisi tersebut berjalan terus, karena hal itu bisa menghilangkan wibawa Pemerintah Daerah,' ujar warga Dan disinyalir, banyak oknum baik dari dinas tertentu, maupun oknum preman dari organisasi tertentu, memamfaatkan kondisi tersebut, untuk menarik semacam setoran keamanan untuk dapat masuk kota, seharusnya setoran tersebut bisa menjadi PAD Pemkab Atam dalam membangun Tamiang.
Menurut penilaian beberapa tokoh masyarakat, "Tamiang jika dibandingkan dengan Langsa", "Pemkabnya seperti kehilangan wibawa,” dan itu terbukti, “traffic Light saja, tidak bisa di atasi?" ironisnya lampu tamannya malah diperbanyak, dan sekarang banyak yang tidak berfungsi jika malam hari.
Anehnya beberapa minggu ini, mulai dari tingkat Kecamatan sampai Kabupaten sedang fenomenal dengan Musrenbang.
"Musrenbang hanya seremonial saja, buang-buang duit, "ujar warga yang tidak mau namanya di tulis pada Berita. | Sumber : Berita Sore