Suara-Tamiang.Com | Kendati tidak diketahui secara persis kapan, namun nama Kuala Simpang menurut sejarah sudah ada sejak adanya kerajaan ...

Pada pertemuan kedua sungai Simpang Kiri dan sungai Simpang Kanan tersebut oleh suku melayu Tamiang menyebutnya Kuala, sehingga karena sungai Tamiang tersebut bersimpang dua maka kedua kata tersebut dirangkai menjadi Kuala Simpang.
Keberadaan kota Kuala Simpang seperti halnya kota-kota lain baik yang berada di provinsi Aceh maupun kota –kota lain di tanah air dalam perkembangannya dari jaman dahulu hingga sekarang pastilah mempunyai cerita dan rentetan sejarah tersendiri yang unik dan menarik untuk ditelusuri.Menurut sejarah, Kuala Simpang sebelum menjadi kota sekitar tahun 1888 masih bernama Pekan Raya. Disebut Pekan Raya karena wilayah ini merupakan pusat perdagangan yang sangat ramai disinggahi oleh para saudagar–saudagar dari luar untuk berdagang di daerah ini. Pekan Raya pada saat itu dipimpin oleh seorang Wali Kota. Informasi yang diperoleh koran ini Wali Kota pertama yakni Syamsuddin.
Kuala Simpang dahulu merupakan ibu kota Tamiang atau dalam bahasa Belanda disebut Onder Afdeling Tamiang. Pada jaman penjajahan Belanda kepala pemerintahan Onder Afdeling Tamiang adalah Controleur. Namun pada masa kemerdekaan Onder Afdeling Tamiang berubah menjadi kewedanaan Tamiang yang dipimpin oleh seorang Wedana.Seiring dengan kemajuan dan perkembangan jaman, maka istilah Kewedanaan Tamiang berubah menjadi kecamatan yang dipimpin oleh seorang Camat. Kota Kuala Simpang adalah sebuah kota kecamatan yang mempunyai luas sekitar 448 Km2 dengan penduduk sebanyak 18.030 jiwa terletak di perbatasan Aceh - Sumatera Utara tersebut merupakan bagian dari kabupaten Aceh Tamiang saat ini.
Kecamatan Kota Kuala Simpang terdiri dari beberapa kampung yakni Kampung Kota Kuala Simpang, Sriwijaya, Bukit Tempurung, kampung Kota Lintang dan kampung Perdamaian. Kecamatan kota Kuala Simpang merupakan salah satu dari 12 kecamatan yang ada di kabupaten Aceh Tamiang hasil pemekaran dari 7 kecamatan setelah Aceh Tamiang menjadi kabupaten hasil pemekaran dari kabupaten induk Aceh Timur pada tahun 2002 lalu.
Penduduk yang mendiami kota Kuala Simpang sangat heterogen, selain suku Melayu Tamiang sebagai suku aslinya, ada juga suku Aceh, Gayo, Jawa, Minang, Tapanuli dan Tionghoa. Kendati yang mendiami kecamatan kota Kuala Simpang ini sangat beraneka ragam suku, namun dalam kehidupan dan pergaulan sehari-hari keharmonisan diantara mereka dari dulu hingga sekarang tetap terjaga dengan baik.
Hal ini tercermin dari pergaulan masyarakat Kota Kuala Simpang sehari-harinya. Sebagai daerah pintu gerbang provinsi Aceh yang berbatasan langsung dengan Sumut, penduduk Kota Kuala Simpang termasuk yang tercepat menerima arus globalisasi dari luar terutama melalui jalur lintas sumatera Utara dibanding kota-kota lain di Aceh. Hal ini mungkin dilatar-belakangi kerukunan mereka bermasyarakat sebagai penduduk yang plural yang sudah berfikir maju sehingga kota kecil paling timur Aceh ini menjadi tolak ukur dan cerminan bagi kota-kota lain di provinsi Aceh. (Bersambung) | Rakyat Aceh