Produksi padi Aceh Tamiang masa tanam tahun ini dengan sistem intensifikasi padi yang lebih dikenal pola System of Rice Intensification...
Produksi padi Aceh Tamiang masa tanam tahun ini dengan sistem
intensifikasi padi yang lebih dikenal pola System of Rice
Intensification (SRI) mencapai delapan ton padi/hektare untuk katagori
bibit jenis serang. Sedangkan untuk benih jenis hibrida mencapai 10
ton/hektare.
Kepala Dinas Pertanian Aceh Tamiang, M Yunus Jumat (14/9) mengatakan, luas lahan sawah yang menggunaan pola tanam SRI di Tamiang seluas 300 hektare. “Dan belum semua petani menggunakan pola tanam SRI, karena merupakan pola tanam baru di Tamiang, namun secara perlahan kita sosialisasi dan praktekkan di Aceh Tamiang,” ujarnya.
Dengan pola tanam SRI hasil panen padi di Aceh Tamiang lebih meningkat mencapai 10 ton dibandingkan dengan penanaman padi cara konvesional 5-6 ton. Jarak tanam antara satu bibit dengan bibit yang lebih luas, sedangkan cara tanam konvensional, jarak penanaman satu bibit dengan lainnya dekat. Begitu juga dengan bibit padi yang ditanam di sawah pada usia lima hari, sehingga bibit tumbuh dengan matang selama 110 hari berikutnya. “Dengan metode tanam SRI, jumlah anakan bibit padi yang ditanam lebih banyak,” ujarnya.
Berbeda dengan cara penanaman konvensional, dimana bibit yang ditanam di sawah pada usia sebulan sehingga hanya mengalami pertumbuhan di sawah selama 85 hari. “Kondisi inilah yang membuat hasil panen padi petani lebih meningkat dengan pola SRI,” ujar Yunus.
Selain dengan pola SRI, peningkatan padi juga dilakukan dengan pola optimalisasi lahan di Kecamatan Seruway enam desa, Bendahara dan Manyak Payed serta Karang Baru. Hasilnya juga lumayan mencapai tujuh ton per haktare. “Kita berharap masa tanam selanjutnya petani secara perlahan dapat merubah pola tanam yang lebih meningkatkan poduksi padi mereka,” ujarnya. | Sumber : Serambinews
Kepala Dinas Pertanian Aceh Tamiang, M Yunus Jumat (14/9) mengatakan, luas lahan sawah yang menggunaan pola tanam SRI di Tamiang seluas 300 hektare. “Dan belum semua petani menggunakan pola tanam SRI, karena merupakan pola tanam baru di Tamiang, namun secara perlahan kita sosialisasi dan praktekkan di Aceh Tamiang,” ujarnya.
Dengan pola tanam SRI hasil panen padi di Aceh Tamiang lebih meningkat mencapai 10 ton dibandingkan dengan penanaman padi cara konvesional 5-6 ton. Jarak tanam antara satu bibit dengan bibit yang lebih luas, sedangkan cara tanam konvensional, jarak penanaman satu bibit dengan lainnya dekat. Begitu juga dengan bibit padi yang ditanam di sawah pada usia lima hari, sehingga bibit tumbuh dengan matang selama 110 hari berikutnya. “Dengan metode tanam SRI, jumlah anakan bibit padi yang ditanam lebih banyak,” ujarnya.
Berbeda dengan cara penanaman konvensional, dimana bibit yang ditanam di sawah pada usia sebulan sehingga hanya mengalami pertumbuhan di sawah selama 85 hari. “Kondisi inilah yang membuat hasil panen padi petani lebih meningkat dengan pola SRI,” ujar Yunus.
Selain dengan pola SRI, peningkatan padi juga dilakukan dengan pola optimalisasi lahan di Kecamatan Seruway enam desa, Bendahara dan Manyak Payed serta Karang Baru. Hasilnya juga lumayan mencapai tujuh ton per haktare. “Kita berharap masa tanam selanjutnya petani secara perlahan dapat merubah pola tanam yang lebih meningkatkan poduksi padi mereka,” ujarnya. | Sumber : Serambinews