Sayap perempuan sebuah kelompok pejuang hak sipil menyerukan kepada perempuan Togo untuk menggelar aksi mogok seks selama sepekan untuk men...
Sayap perempuan sebuah kelompok pejuang hak sipil menyerukan kepada perempuan Togo untuk menggelar aksi mogok seks selama sepekan untuk mendesak mundurnya presiden negara Afrika tersebut.
Pemimpin sayap perempuan kelompok Let's Save Togo Isabelle Ameganvi meminta kaum perempuan Togo untuk menolak berhubungan seks dengan suami mereka muali Senin (27/8). Menurutnya, aksi itu akan memberikan tekanan kepada kaum lelaki Togo untuk melakukan aksi melawan Presiden Faure Gnassingbe.
Amenganvi yang merupakan seorang pengacara mengatakan bahwa kelompoknya meniru aksi yang dilakukan perempuan Liberia yang menggunakan aksi mogok seks pada 2003 dalam kampanye damai mereka.
"Kami memiliki banyak cara untuk membuat kaum pria mengerti apa yang diinginkan kaum perempuan untuk Togo," ujar Ameganvi.
Ajakan aksi mogok seks itu diungkapkan dalam sebuah aksi demonstrasi yang dihadiri beberapa ribu orang di Lome pada Sabtu (25/8). Aksi demonstrasi itu digelar oleh kelompok koalisi yang memprotes reformasi pemilu yang mereka sebut membuat partai pimpinan Gnassingbe lebih mudah meraih kemenangan dalam pemilu parlemen yang akan digelar Oktober mendatang. | Sumber : MICOM
Pemimpin sayap perempuan kelompok Let's Save Togo Isabelle Ameganvi meminta kaum perempuan Togo untuk menolak berhubungan seks dengan suami mereka muali Senin (27/8). Menurutnya, aksi itu akan memberikan tekanan kepada kaum lelaki Togo untuk melakukan aksi melawan Presiden Faure Gnassingbe.
Amenganvi yang merupakan seorang pengacara mengatakan bahwa kelompoknya meniru aksi yang dilakukan perempuan Liberia yang menggunakan aksi mogok seks pada 2003 dalam kampanye damai mereka.
"Kami memiliki banyak cara untuk membuat kaum pria mengerti apa yang diinginkan kaum perempuan untuk Togo," ujar Ameganvi.
Ajakan aksi mogok seks itu diungkapkan dalam sebuah aksi demonstrasi yang dihadiri beberapa ribu orang di Lome pada Sabtu (25/8). Aksi demonstrasi itu digelar oleh kelompok koalisi yang memprotes reformasi pemilu yang mereka sebut membuat partai pimpinan Gnassingbe lebih mudah meraih kemenangan dalam pemilu parlemen yang akan digelar Oktober mendatang. | Sumber : MICOM