Asnawi (35), warga Desa Lhok Puuk, Pantonlabu, Aceh Utara tewas akibat minibus L-300 BL 1528 PB yang ia sopiri menabrak sebatang pohon d...
Asnawi (35), warga Desa Lhok Puuk, Pantonlabu, Aceh Utara tewas akibat
minibus L-300 BL 1528 PB yang ia sopiri menabrak sebatang pohon di
pinggir jalan kawasan Desa Ikue Alue, Kecamatan Peudada, Bireuen, Jumat
(24/8) sekitar pukul 04.30 WIB. Sebelas penumpang yang dia angkut dari
Banda Aceh ke arah Langsa mengalami luka parah dan ringan.
Keterangan yang diperoleh Serambi, minibus itu bertolak dari Banda Aceh pukul 23.00 WIB Kamis dalam keadaan penuh penumpang. Dalam perjalanan, Asnawi sempat mampir di sebuah tempat mencuci muka, diperkirakan untuk menghilangkan kantuk.
Saat kembali mengemudi, setiba di kawasan Desa Ikue Alue, Peudada, Bireuen, entah bagaimana kendaraan yang beroperasi di bawah grup “Flamboyan Tour” itu menabrak pohon penghijauan di pinggir jalan.
Demikian kuatnya benturan itu, sehingga minibus yang dia kendarai spontan berputar ke arah semula. Bagian depan mobil ringsek berat, terutama di bagian depan tempat sopir. Korban meninggal di tempat, diduga akibat tubuhnya terjepit setir mobil.
Amatan Serambi, sekitar pukul 06.30 WIB pagi, besi setir bagian bawah copot dan hampir lengket dengan tempat duduk sang sopir.
Seluruh penumpang yang luka-luka akhirnya dievakuasi dengan ambulans Puskesmas Peudada ke RSUD Bireuen sebanyak tiga kali angkut. Murniati, salah satu penumpang, malah mengalami luka berat di bagian wajah dan kepalanya.
Korban lainnya, Hamdani (30), warga Kuala Simpang Ulim, Aceh Timur, yang ditanyai Serambi di UGD RSUD Bireuen menyatakan bahwa sejak naik L-300 itu ia duduk di bangku belakang bersama istri dan dua anaknya. “Kami sedang tidur lelap. Tiba-tiba mobil menghantam pohon. Saya tak tahu pasti penyebab tabrakan. Begitu saya sadar, tahunya sudah di dalam ambulans saat dibawa ke rumah sakit,” ujarnya.
Beberapa korban menduga, sopir mengantuk dan tak mampu mengendalikan laju kendaraannya dengan stabil, sehingga menabrak sebatang pohon di pinggir jalan.
Dugaan bahwa sopir mengantuk, kata seorang anggota Satlantas Polres Bireuen di lokasi kejadian, hampir mendekati kebenaran, karena tak ditemukan bekas ban yang direm mendadak di badan jalan. “Tidak ada tanda bahwa sopir mengerem kendaraan, melainkan langsung menghantam pohon,” katanya menganalisis kejadian itu.
Hingga kemarin siang, kesebelas korban yang cedera ditangani di UGD RSUD Bireuen pada tiga ruangan berbeda. Mahyar selaku dokter piket di UGD RSUD Bireuen kemarin pagi mengatakan, sebagian korban mengalami luka robek di wajah, tangan, dan dahi. Hanya Murniati yang mengalami luka berat di wajah dan kepala. | Sumber : Serambinews
Keterangan yang diperoleh Serambi, minibus itu bertolak dari Banda Aceh pukul 23.00 WIB Kamis dalam keadaan penuh penumpang. Dalam perjalanan, Asnawi sempat mampir di sebuah tempat mencuci muka, diperkirakan untuk menghilangkan kantuk.
Saat kembali mengemudi, setiba di kawasan Desa Ikue Alue, Peudada, Bireuen, entah bagaimana kendaraan yang beroperasi di bawah grup “Flamboyan Tour” itu menabrak pohon penghijauan di pinggir jalan.
Demikian kuatnya benturan itu, sehingga minibus yang dia kendarai spontan berputar ke arah semula. Bagian depan mobil ringsek berat, terutama di bagian depan tempat sopir. Korban meninggal di tempat, diduga akibat tubuhnya terjepit setir mobil.
Amatan Serambi, sekitar pukul 06.30 WIB pagi, besi setir bagian bawah copot dan hampir lengket dengan tempat duduk sang sopir.
Seluruh penumpang yang luka-luka akhirnya dievakuasi dengan ambulans Puskesmas Peudada ke RSUD Bireuen sebanyak tiga kali angkut. Murniati, salah satu penumpang, malah mengalami luka berat di bagian wajah dan kepalanya.
Korban lainnya, Hamdani (30), warga Kuala Simpang Ulim, Aceh Timur, yang ditanyai Serambi di UGD RSUD Bireuen menyatakan bahwa sejak naik L-300 itu ia duduk di bangku belakang bersama istri dan dua anaknya. “Kami sedang tidur lelap. Tiba-tiba mobil menghantam pohon. Saya tak tahu pasti penyebab tabrakan. Begitu saya sadar, tahunya sudah di dalam ambulans saat dibawa ke rumah sakit,” ujarnya.
Beberapa korban menduga, sopir mengantuk dan tak mampu mengendalikan laju kendaraannya dengan stabil, sehingga menabrak sebatang pohon di pinggir jalan.
Dugaan bahwa sopir mengantuk, kata seorang anggota Satlantas Polres Bireuen di lokasi kejadian, hampir mendekati kebenaran, karena tak ditemukan bekas ban yang direm mendadak di badan jalan. “Tidak ada tanda bahwa sopir mengerem kendaraan, melainkan langsung menghantam pohon,” katanya menganalisis kejadian itu.
Hingga kemarin siang, kesebelas korban yang cedera ditangani di UGD RSUD Bireuen pada tiga ruangan berbeda. Mahyar selaku dokter piket di UGD RSUD Bireuen kemarin pagi mengatakan, sebagian korban mengalami luka robek di wajah, tangan, dan dahi. Hanya Murniati yang mengalami luka berat di wajah dan kepala. | Sumber : Serambinews